"Papah gamau tau pokoknya sebelum nilai matematika kamu naik lagi papah bakal sita mobil dan kurangin uang jajan kamu!" Ucap Robin marah. Tangannya menggenggam kertas ujian anaknya sampai tertekuk.
"Tapi, pah-"
"Ga ada tapi- tapian, Becky! Papah udah sekolahin kamu, turutin keinginan kamu, tapi apa?! Kamu malah keluyuran ga jelas sama temen- temen kamu yang ga bener itu! Kamu lebih mentingin kepopuleranmu dari pada masa depan? Mau jadi apa kamu nanti kalau udah besar!" Ucap Robin semakin marah.
Rebecca yang takut dibentak pun hanya menunduk. Air mata mulai mengalir membasahi pipinya.
"Biarin kenapa sih, pah! Anak kita itu masih remaja! Gadis remaja itu wajar kalau suka jadi populer!" Ucap Rawee.
Rawee adalah ibu dari Rebecca. Tipikal ibu- ibu sosialita yang ingin membentuk anaknya menjadi seperti dirinya. Sama seperti dirinya yang dulu adalah primadona sekolah, Rebecca juga dididiknya untuk mengikuti jejak Rawee. Terutama ketika ibu dari Marissa adalah saingannya waktu sekolah dulu.
"Aku tidak peduli! Pokoknya selama Becky nilainya masih turun, aku tidak akan mencabut hukumannya! Begitu juga kamu, mah! Kalau sampai Becky punya sifat buruk gara- gara kamu, aku tidak segan memotong uang belanjamu!" Ucap Robin meninggalkan mereka berdua.
"Hiks ma~ bagaimana ini?" Ucap Rebecca menangis tersedu- sedu.
"Sini anak mamah." Ucap Rawee memanggil Rebecca untuk menenangkannya.
"Kamu coba temui guru kamu untuk minta nilai kamu ditambah. Mamah juga gamau uang jajan kamu dipotong nanti gabisa beli barang- barang trendi. Jangan sampai kamu kalah dari Marissa! Paham, Rebecca?" Ucap Rawee.
"Paham, mah!" Ucap Rebecca.
~
"Plis, bu Sri! Ini terakhir kalinya plis tambahin nilaiku." Rebecca memelas kepada.
"Gabis begitu, Rebecca! Ibu sudah terlalu sering nambahin nilai kamu. Kalau begitu terus nanti sat ujian akhir kamu ga akan bisa ngerjainnya." Balas bu Sri.
"Plis, bu, Becca bakal lakuin apapun biar nilai Becca naik."
"Belajarnya lebih giat dong!"
"Becca udah belajar, bu, tapi tetep gamudeng."
"Hmm... Bagaimana kalau ibu daftarkan tutor untuk kamu?"
"Hah? Tutor?"
"Iya jadi sepulang sekolah kamu bisa belajar lagi sama tutor yang ibu pilihkan."
Rebecca pun berpikir keras.
"Hmm.... Sebetulnya aku males kalau harus belajar lagi pulang sekolah... Tapi gapapa deh yang penting mobilky dibalikin papah."
"Oke, bu, Becca mau!"
"Oke, nanti kamu cari Freen ya, dia tutor kamu."
"Hah?! Freen?!"
"Iya, kenapa?" Tanya bu Sri.
"Eh... Gapapa, bu. Yaudah makasih ya, bu." Ucap Rebecca cepat- cepat pergi dari ruang kelas.
"Sial! Bisa- bisanya si anak aneh itu yang jadi tutor aku! Gimana nanti kalau anak sekolah ada yang tau!" Benak Rebecca.
~
*Pulang sekolah*
Freen sedang berjalan ketika tiba- tiba dia dihadang.
"Eh kamu!" Dua gadis remaja memanggilnya bersamaan.
"Marissa!" Ucap Rebecca sinis.
"Rebecca!" Ucap Marissa tidak kalah sinis.
"Kamu harus ngajarin aku matematika!" Keduanya kembali berucap ke arah Freen.
"Ih dasar copycat!" Teriak Rebecca.
"Enak aja! Kamu itu yang suka niru- niru!" Teriak Marissa.
Keduanya saling melontarkan kata- kata sinis dan menghina membuat Freen tidak tahan berada di situ. Segera dia pergi tanpa kedua gadis itu menyadarinya.
*Kembali ke pertengkaran duo kucing*
"Sekolah ini butuh queen bee baru. Queen bee yang lama udah mulai ketinggalan zaman." Ucap Marissa.
"Eh siapa yang kamu bilang ketinggalan zaman?! Kukasi tau ya, kamu mau dateng ke sekolah telanjang pun juga tetep yang paling populer itu aku! Cewe murahan mana bisa jadi ratu!" Balas Rebecca tidak terima.
"Inget, ya! Kamu cuma menang gara- gara genk kamu itu maksa murid- murid buat milih kamu saat prom. Kalau ga ada mereka udah dikucilin kamu kayak para Freaks Show." Balas Marissa.
Rebecca pun bingung kenapa Marissa bisa tau tentang bantuan genknya itu.
"Ngapain kamu mau ngomong sama, Si Aneh (Freen)? Mau koleksi dia juga buat ditidurin?" Ucap Rebecca mengalihkan topik.
"Aku mau minta tutor matematika sama dia tapi karena kamu ngebahas itu.... Gimana kalau kita bikin taruhan?" Balas Marissa dengan senyum liciknya.
"Apa?!"
"Siapapun yang berhasil dipacarin Freen dan ngambil keperjakaannya.... Dia yang jadi prom queen." Ucap Marissa.
"Gila kamu?! Yakin banget dia masih perjaka?!" Tanya Rebecca.
"Lah memang itu fakta kok! Siapa yang mau tidur sama freak kayak Freen! Kenapa? Queen Bee ga berani? Oh ya aku lupa.... Queen Bee sekolah ini kan, gabisa ngapa- ngapain kalau ga ada genknya. Lemah!" Ledek Marissa.
"Enak aja! Oke aku terima tantangannya! Kamu bakal liat mahkota prom di atas kepalaku lagi tahun ini, Marissa!" Ucap Rebecca tidak terima.
"Coba aja kalau bisa, lemah!" Balas Marissa melenggang pergi dengan senyuman licik.
"Ashhh! Kerasukan apa kamu Becca sampai- sampai nerima tantangan pelacur itu!" Racau Rebecca kesal.
"Mana si Aneh itu udah ga keliatan lagi! Memang sial banget aku hari ini!" Ucap Rebecca menendang tong sampah di dekatnya.
Karena sudah kesal, Rebecca cepat- cepat berjalan ke arah parkiran. Dia berjalan jauh karena area sekolah yang luas tapi ketika sudah sampai di parkiran ia baru ingat.
"Oh iya kan mobilnya disita papah! Ih! Mana belum kasi tau supir lagi!" Gerutu Rebecca.
Dengan cepat ia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi sang supir. 1 jam berlalu akhirnya supir itu datang.
"Lama banget sih pak! Kering nih kulitku!" Gerutu Rebecca.
"Maaf, non, tadi kena macet." Ucap si supir meminta maaf.
"Udah deh pak buruan ke rumah!"
30 menit berlalu akhirnya Rebecca sampai di rumah. Dia sudah sangat kelaparan dan membayangkan makanan yang akan disantapnya sebentar lagi.
"Bibi Meyyyy.... Masak apa hari ini?" Tanyanya gembira mendatangi pembantu sekaligus tukang masaknya di rumah.
"Ehh... Saya dapat perintah dari nyonya, non... Katanya... Non perlu mengurangi berat badan jadi menunya hanya ini." Ucap bibi Mey.
Rebecca melihat hanya ada sepiring nasi, tumis sayur, dan telur rebus saja. Dengan lesu dia memakan makanan tersebut.
"Ga enak ternyata jadi populer." Benaknya sambil menyantap makanan hambar itu dengan cemberut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen Bee (FreenBecky)
Fanfiction'Do not think the lion is asleep just because he's not roaring.' Futa! mature content!