*seminggu kemudian*
"Mari kita sambut lulusan terbaik kita." Ucap kepala sekolah turun dari podium dan mempersilahkan lulusan terbaik untuk naik dan memberikan pidatonya. Tidak ada tepukan tangan, tidak ada sorakan, yang ada hanyalah suara isak tangis dari para orang tua.
Kursi digelar berjajar ditengah lapangan. Sebagian di isi oleh murid- murid dengan topi dan baju toganya sementara sebagian lain di isi oleh foto- foto murid yang seharusnya lulus hari ini.
"Selamat pagi, semuanya. Hari ini kita semua sudah resmi lulus meskipun sebagian besar dari kita merasa kehilangan.
Sebenarnya saya ingin menyampaikan puji syukur dan harapan saya untuk teman- teman dan guru- guru yang ada di sini hari ini. Tapi.... rasanya tidak pantas saya menyampaikannya ketika sebagian dari orang tua yang seharusnya berbahagia hari ini justru bersedih karena kehilangan sosok yang sangat mereka sayangi.
Maka dari itu, saya sebagai wakil dari sekolah ini ingin menyampaikan bahwa kami turut berduka cita atas kehilangan bapak ibu sekalian." Freen berpidato singkat.
Ketika acara selesai, guru- guru menghampiri para orang tua yang kehilangan mengucapkan kalimat duka cita mereka. Murid- murid membawa bunga mawar merah dan meletakkannya di depan foto teman- teman mereka yang tewas.
Begitu juga Becky. 6 kuntum bunga mawar merah berada di tangannya. 1 persatu diletakan di depan foto teman- temannya hingga tersisa 1 bunga terakhir.
"Maaf aku terpaksa membencimu." Ucap Becky lirih meletakkan bunga terakhir itu di depan foto Marissa.
Begitu juga dengan genknya Freen. Masing- masing membawa kuntum bunga mawar tapi yang berbeda adalah warna mawar itu hitam. Melambangkan kebencian dan dendam.
Friend meletakkannya di depan foto Marissa, Heng di depan foto Engfa, dan seterusnya.
Acara selesai dan para murid dengan orang tuanya pun mulai meninggalkan tempat itu. Namun, Becky masih berdiri di hadapan kursi- kursi berisi foto itu.
"Semoga Tuhan memaafkan mereka." Ucap seseorang dari belakang Becky.
"Apa maumu?" Tanya Becky dengan nada penuh amarah.
"Aku akan pindah keluar kota 1 bulan lagi." Ucap Freen.
"Kalau kamu memaafkanku... datanglah sebelum aku pergi." Lanjutnya ketika tidak mendapatkan respon dari Becky. Freen beranjak pergi dari situ setelah memberi tahu Becky.
~
Sudah hampir sebulan lamanya Becky mengurung diri di kamar. Hatinya berkata 'ayo kejar cintamu!' Tapi pikirannya berkata 'dia pembunuh!'.
"Aku harus bagaimana, tuan Saro?" Tanyanya kepada boneka teddy bear pemberian Freen dari pasar malam.
Becky mengira Freen adalah sosok idaman baginya tapi siapa sangka dibalik itu semua Freen adalah sosok yang keji.
"Aku ingin membencinya, tuan Saro, tapi tidak bisa... aku terlanjur cinta sama dia." Ucapnya lagi semakin dilema.
Malamnya Becky mendatangi Rawee yang sedang menyeduh teh di dapur. Keadaan diantara keduanya membaik setelah kejadian di malam prom.
Awalnya Rawee menangis sejadi- jadinya ketika mendapat kabar bahwa ada ledakan di sekolah. Dirinya sudah berpikir anaknya tidak selamat.
*flashback*
'Kebakaran baru terjadi di Bangkok International School. Asalnya diduga dari ledakan-' Suara dari TV terdengar.
"Pah, anak kita!" Ucap Rawee menangis sejadi- jadinya dan memeluk Robin.
Tangisannya semakin keras ketika mendengar suara ketukan di pintu mengira bahwa itu adalah polisi yang datang untuk memberitakan kematian anak mereka. Robin pun membuka pintu.
"BECKY ANAKKU!" Teriaknya membuat Rawee cepat- cepat berlari ke pintu. Di situ berdiri anak mereka tanpa luka sedikitpun di sekujur tubuhnya.
"Becca! Ke sini, sayang!" Ucap Rawee lega anaknya selamat.
"Maaf, mah, Becca ga bawa mahkota kali ini." Ucap Becca datar memeluk Rawee dan Robin.
"Oh, anakku, sayangku! Masa bodoh dengan mahkota itu! Yang terpenting kamu selamat!" Ucap Rawee akhirnya tersadar bahwa anaknya lebih penting dari gelar itu.
*end of flashback*
"Mah, kalau misal kita suka sama orang tapi ternyata orang itu jahat gimana?" Tanya Becky tiba- tiba.
"Kenapa tiba- tiba tanya begitu, sayang? Kamu suka siapa?" Rawee balas bertanya.
"Jawab aja, mah!"
"Hmm.... tergantung jahatnya gimana, Becca. Kamu tau, papah kamu itu dulu dianggap jahat sama 1 sekolah. Mamah juga awalnya nganggep papah kamu jahat. Papah kamu hobi banget mukulin siswa sampai masuk rumah sakit." Ucap Rawee.
"Terus terus?"
"Suatu hari papah kamu ngedeketin mamah. Ya mama gamau dong sama tukang pukul. Papah kamu terus berusaha deketin mamah sampai akhirnya mamah jatuh cinta. Tapi suatu ketika mamah pergokin papah kamu lagi mukulin orang. Kami pun bertengkar hebat dan akhirnya papah ngaku kalau dia mukulin orang sebagai balas dendam. Papah cuma mukulin orang- orang yang ngelakuin pelecehan seksual ke murid- murid di sekolah itu."
"Kenapa papah ga lapor aja ke guru?"
"Papahmu udah lapor tapi ga ditindak jadinya ya dia bertindak sendiri. Papah kamu ga peduli walaupun dicap jahat yang penting bisa membalaskan dendam orang- orang yang dilecehkan di sekolah." Lanjut Rawee.
"Oke mah makasih ceritanya." Ucap Becky pergi dari situ. Sekarang dirinya semakin yakin untuk memilih.
Freen tidak jahat, hanya membalaskan dendam teman- temannya.
~
"Kamu ga mau nunggu sehari lagi, Freen? Siapa tau dia dateng." Ucap Nam membantu Freen memasukan barang- barang ke bagasi taksi yang dipesan.
"Aku udah nunggu sebulan, Nam. Semakin lama menunggu semakin aku kecewa." Jawab Freen.
"Aku bakal kangen kamu." Ucap Nam memeluk Freen.
"Aku juga bakal kangen kalian tapi aku perlu suasana baru." Ucap Freen melepaskan pelukan mereka.
Freen hendak naik ke dalam mobil ketika tiba- tiba sebuah mobil datang menghadang taksi Freen. Pintu mobil itu terbuka dan...
"Freen! Freen!" Becky berteriak dan berlari kearah Freen yang kini keluar dari mobil.
"Aku udah maafin kamu." Ucap Becky ketika akhirnya berhasil mendarat di pelukan Freen.
"I love you." Ucapan Freen.
"I love you, too." Balas Becky.
"Ekhem aku masih di sini." Ucap Nam membuat momen intim itu buyar.
"Becky, kamu mau kan nunggu aku pulang?" Tanya Freen.
"Kamu mau kemana?"
"Aku mau kemana- mana, Beck."
"Berapa lama?"
"Aku belum tau tapi yang pasti aku bakal balik lagi kesini."
"Kalau kamu nanti naksir cewe selain aku gimana?" Tanya Becky khawatir.
"Cuma kamu satu- satunya di hatiku, Becky. Tunggu aku, aku pasti pulang." Ucap Freen.
"Janji?" Tanya Becky mengulurkan jari kelingkingnya.
"Janji!" Jawab Freen mengaitkan jari kelingkingnya ke kelingking Becky dan mengecup bibir Becky.
"Goodbye, I love you." Bisik Freen.
"Goodbye, I love you, too." Balas Becky sebelum akhirnya melepaskan pelukan mereka dan membiarkan cintanya pergi untuk entah berapa lama.
"Jangan khawatir, Beck. Freen pasti pulang." Ucap Nam menghibur Becky yang memandangi mobil kekasihnya pergi menjauh.
"Semoga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen Bee (FreenBecky)
Fanfiction'Do not think the lion is asleep just because he's not roaring.' Futa! mature content!