Freen dengan segala kebimbangannya mengajak Nam pergi ke kafe 24 jam untuk curhat.
"Kenapa keliatan tertekan begitu?" Tanya Nam meletakan segelas es teh yang dipesannya untuk Freen di meja mereka.
"Aku bingung." Ucap Freen mengaduk- aduk minumannya.
"Tentang?"
"Kamu tau..." Ucap Freen.
"Kamu menidurinya?" Tanya Nam tanpa ekspreksi.
"Kenapa kamu menyimpulkan begitu?"
"Pertama, dia seksi. Kedua, kalau yang dipertaruhkan gelarnya pasti dia akan ngelakuin apapun buat mertahaninnya. Jadi.... kamu menidurinya?" Tanya Nam sekali lagi menatap Freen.
"Eh... ngga juga." Ucapnya ragu.
"Freen?"
"Oke oke! Kami cuma saling... umm... gesek aja..... ga masuk." Ucap Freen pelan.
"Parah sih." Ucap Nam.
"Hei! Kamu kan tanya!" Protes Freen.
"Terus kenapa tertekan? Bukannya kamu harus jadiin pacar dulu baru dia menang?"
"Aku tau tapi ada hal lain." Ucap Freen.
Keduanya hening dan saling menatap. Freen ragu untuk mengatakannya tapi Nam tau arti tatapan Freen.
"Jangan bilang kamu naksir dia." Ucap Nam memperingatkan.
"Yah... emmm." Freen ragu.
"Astaga, Freen." Lenguh Nam kesal.
"Aku jelasin dulu. Aku cuma ngerasa iba dan penasaran sama keadaan dia, tuntutan orang tuanya. Mungkin aku kebawa suasana aja." Bela Freen.
"Iba? Kamu sadar ga gasih apa yang baru kamu ucapin? Emang dia iba sama kamu? Emang dia peduli sama kamu? Kamu lupa tujuan kita?" Tanya Nam mencecar Freen.
"Aku tau tapi..."
"Freen, ngga ada tapi! Kamu ga inget dulu ngebujuk genk buat bikin rencana ini selama berbulan- bulan? Kurang dikit lagi kita berhasil. Jangan kecewakan genk kita." Ucap Nam menekankan kalimat terakhir.
"Aku ga yakin bisa bertahan kalau mengikuti permainan mereka berdua, Nam."
"Kamu harus! Kita kurang sedikit lagi, Freen. Jangan sampai perasaanmu itu menghalangi kita semua." Ucap Nam.
~
Freen pulang ke rumah dengan perasaan semakin berat dari sebelum dia berangkat. Pikirannya berkata 'tetap pada rencana' tapi hatinya meraung- raung ingin mencari tau tentang Becky lebih jauh.
Cklek.
"Yaampun." Geramnya pelan ketika melihat Becky meringkuk di sofa ruang tv. Badannya bergetar pertanda sedang menangis sesenggukan.
"Kenapa kamu?" Tanyanya jongkok dekat sofa mencoba berkomunikasi dengan Becky.
"Hiks... Freen.... Mama... hiks." Ucap Becky terbata- bata dengan mata terpejam.
"Hah?" Ucap Freen bingung. Segera dirinya mengecek suhu Becky dengan meletakkan telapak tangannya di kening Becky.
Sangat panas.
Sepertinya Becky semakin sakit.
Segera Freen menggendong Becky ke kasur dan mengambil lap basah untuk menyeka kening dan leher Becky. Setelah selesai dibereskannya peralatan itu dan dirinya hendak pergi tidur di sofa.
"Jangan pergi." Lirih Becky menahan tangan Freen dengan lemah.
"Sini." Ucapnya lagi menunjuk ruang kosong di sisinya.
Freen pun mulai merebahkan diri di sebelah Becky.
"Peluk. Dingin." Ucap Becky mulai menggigil. Dengan ragu Freen memeluknya dari belakang.
"Kenapa hatiku terasa tenang memeluk Becky seperti ini?"
~
"Selamat pagi. Gimana? Udah enakan?" Ucap Freen menyambut Becky yang baru saja bangun dengan sepiring sarapan dan segelas air putih. Segera setelah meletakan piring dan gelas di nakas, Freen mengecek suhu tubuh Becky.
"Udah turun demamnya... minum." Ucap Freen memberikan segelas air putih.
Becky hanya menurut saja dalam diam. Inilah pertama kalinya dia dimanja seperti ini. Tak pernah sekalipun orang tua nya memperlakukan Becky dengan penuh perhatian karena mereka terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka masing- masing. Setiap kali Becky sakit, orang tuanya hanya menyuruh salah satu maid untuk mengurus Becky ataupun langsung membawanya ke rumah sakit karena tidak ingin repot mengurusi.
"Ini baju bersih buat kamu ganti." Ucap Freen sebelum meninggalkan Becky untuk mandi dan berganti baju. Kini Becky sudah mandi, demamnya sudah turun, dan memar dan bengkak di wajahnya mulai tidak terlihat.
"Sudah? Pulanglah istirahat di rumah." Ucap Freen.
"Kenapa ga di sini aja? Kan nanti siang juga ada jadwal tutor." Ucap Becky.
"Eh... gabisa... abis ini Marissa datang."
"Ih? Kok gitu? Ini kan Sabtu jadwalku!" Protes Becky yang mulai aktif berceloteh karena sudah sehat.
"Dia besok Senin ada ujian." Ucap Freen.
"Yaudah aku ikut. Ya ya ya?" Mohon Becky.
"Yaudah deh tunggu aja." Ucap Freen pasrah meskipun sebetulnya senang karena bisa menghabiskan waktu lebih banyak dengan Becky. Dirinya tersenyum sembari mencuri piring bekas sarapan.
Tapi senyum nya berganti menjadi ekspresi panik.
"Duh tu duo kucing kalo ketemu berantem ga ya? Nanti bisa hancur rumahku." Benaknya khawatir.
~
"Permisi~" Marissa mengetuk pintu rumah Freen.
Cklek.
Marisaa sudah menyiapkan ekspresi genitnya tapi dengan cepat ekspresi itu berubah ketika melihat Becky lah yang membuka pintu.
"Loh kok kamu?! Ngapain disini?" Tanya Marissa ketus.
"Suka suka akulah! Ngapain kesini? Masih kurang botak yah mau kucabutin lagi rambut gembelmu?" Tanya Becky tidak kalah ketus.
Kedua wanita itu hendak memulai perdebatannya tapi dengan cepat Freen melerai mereka.
"Eh udah dateng. Ayo masuk!" Ucapnya. Segera Marissa masuk dengan tatapan sengit ke Becky.
"Eh di kamar aja ya. Dingin." Ucap Freen untuk mendinginkan suasana yang tiba- tiba memanas.
"Kok ada dia?" Protes Marissa menunjuk Becky.
"Ini kan jadwalnya Beck- eh Rebecca juga." Jawab Freen.
"Kan aku bayar lebih buat private. Aku gamau sama si mak lampir ini." Gerutu Marissa.
"Eh, jalang. Denger ya! Hari ini harusnya aku yang disini bukan kamu!"
"Cih orang Freen aja-"
"CUKUP!" Teriak Freen tidak tahan. Dirinya mengambil nafas panjang untuk meredam rasa jengkelnya. Dipijatnya batang hidung untuk menenangkan pikirannya.
"Kamu duduk sini. Kamu duduk situ." Ucapnya kepada kedua wanita itu.
Freen membawa 2 kursi tambahan ke dalam kamar dan mengaturnya sedemikian rupa agar Becky dan Marissa duduk berhadapan dan dipisahkan dengan meja.
Kini mereka bertiga mulai kegiatan belajar mengajar mereka. Tentu saja kegiatan itu tidak berjalan mulus. Keduanya saling berlomba- lomba mendapatkan perhatian Freen membuat si tutor kewalahan.
2 jam berlalu akhirnya jam- jam penderitaan Freen telah selesai. Keringat membasahi tubuhnya akibat dari menangani duo kucing garong itu.
"Sudah selesai kelasnya! Cepet pulang!" Ucapnya langsung menggiring Becky dan Marissa keluar dari rumahnya.
"Tapi-"
BLAM!
Freen dengan cepat menutup pintunya sebelum dua orang itu bisa mengeluarkan suara mereka.
"Ga lagi deh nyatuin mereka." Pikirnya kapok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen Bee (FreenBecky)
Fanfiction'Do not think the lion is asleep just because he's not roaring.' Futa! mature content!