Happy Reading
Tandai jika ada typo!
"Kak Rachel kok bisa sakit, sih?"
Rachel menghela napas lelah, ia menatap Nadira yang baru saja masuk ke dalam ruangannya bersama dengan kedua orang tuanya. Nadira terlihat seolah begitu mengkhawatirkan dirinya. Dan itu membuat dirinya muak.
Nadira menatap heran kepada Azriel yang berada di samping brankar Rachel. Seingatnya mereka sudah tidak sedekat itu. Ia menatap tak suka ke arah laki-laki itu.
"Kak Azriel ngapain di sini?" tanyanya yang membuat Rachel tanpa sadar mendengkus.
Azriel sendiri hanya diam sembari berdiri menjauh untuk memberikan ruang kepada keluarga Ziurich itu. Aron pun mendekati putrinya kemudian menatap Rachel.
Rachel memalingkan wajahnya, ia enggan menatap pria itu, apalagi ketika mengingat saat Aron membentaknya. Hatinya masih terasa sakit.
Rachel sadar sedari dulu dirinya memang tidak terlalu dekat dengan kedua orang tuanya. Kesibukan kedua orang tuanya membuat dirinya membangun jarak diantara mereka. Apalagi dirinya yang memutuskan untuk tinggal di apartemen saat memasuki sekolah SMA.
Berbeda dengan Nadira yang sedari dulu selalu bersikap manja kepada kedua orang tuanya. Sehingga membuat kedua orang tuanya itu tanpa sadar lebih mementingkan Nadira.
"Aku mau tidur," ucap Rachel.
Nadira mencurutkan bibirnya kesal. "Ishh Kak Rachel mending tinggal bareng kita lagi ya? Kasihan kalau tinggal sendiri Kak Rachel pasti sakit," ajak gadis itu tiba-tiba.
Kedua mata Rachel yang tertutup itu kembali terbuka, gadis itu menatap Nadira dengan kerutan di dahinya.
"Iya, lebih baik kamu tinggal di rumah saja agar ada yang menjaga kamu," ucap ibunya menimpali.
"Keputusan aku masih sama, Ma."
Aron menghela napas kemudian mengusap kepala anaknya itu sekilas. "Yasudah lebih baik kamu istirahat sekarang. Kami juga tidak bisa berlama-lama," ucapnya.
Rachel mengangguk dan mulai memejamkan matanya. Nadira nampak mengembangkan senyumnya. Ia menatap kedua orang tuanya dengan binar di kedua matanya.
"Jadikan kita ke rumah nenek?" tanya Nadira dengan suara yang sedikit keras.
"Iya, ya sudah Azriel, om minta tolong kamu jagain Rachel, ya. Kami pergi dulu," ucap Aron.
Azriel mengangguk, tanpa diminta pun ia sudah pasti akan menjaga gadis itu. Beberapa saat setelah kepergian mereka, Rachel kembali membuka kedua matanya. Ia menatap pintu ruangan dengan senyum kecut.
Apa yang dia harapkan? Harusnya Rachel tidak perlu terlalu memikirkan akan hal itu, bukankah dirinya sudah terbiasa?
Azriel menghampiri Rachel kemudian mengelus rambut Rachel dengan lembut. Sebagai seseorang yang pernah menemani gadis itu, tentu saja dirinya tahu apa yang tengah dirasakan Rachel saat ini.
"Gak usah dipikirin! Sekarang istirahat, fokus sama kesehatan kamu!" perintah Azriel.
Rachel mengangguk saja. Gadis itu memejamkan matanya menikmati elusan tangan Azriel di kepalanya. Rasanya begitu tenang dan nyaman, semua beban di pundaknya seolah hilang seketika. Hingga tanpa sadar dirinya mulai terlelap memasuki alam mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rachel's Second Life [On Going]
Teen Fiction~Warning!~ •Sebelum membaca, follow akun author lebih dulu! •DILARANG PLAGIAT!! •Mengandung beberapa kata-kata kasar dan adegan kekerasan⚠️ •Harap bijak dalam memilih bacaan! Rachel terpaksa menerima perjodohan dari kedua orang tuanya. Ia tidak menc...