12

12.4K 717 607
                                    

Happy Reading

Tandai jika ada typo!

"Kenapa Azriel gak masuk sekolah?"

Satria dkk tengah berkumpul di rooftop sekolah, setelah bel istirahat berbunyi lima menit yang lalu. Vino menatap seorang pria dengan rambut coklat di depannya, terdapat sebuah tato kecil berbentuk tengkorak di leher belakang pria itu.

"Mungkin Azriel lagi ada urusan." Vino menjawab dengan cuek.

Pria yang ditatap Vino nampak mengerutkan keningnya. Entah apa yang ada dalam pikiran pria itu.

"Tadi pagi Azriel dicariin anak basket," celutuk Satria.

"Tumben, ada urusan apa anak basket nyari Azriel?" tanya pria dengan rambut coklat itu.

Satria mengangkat bahunya acuh. "Katanya mau latihan buat pertandingan Minggu depan," sahut Aksa yang berada di samping Satria.

"Bukannya Azriel udah berhenti jadi kapten? Ngapain mereka masih nyari dia?"

"Azriel jadi kapten pengganti Davin untuk pertandingan Minggu depan. Mending lo tanya langsung ke anaknya deh, Vin." Aksa menjawab seraya menatap pria berambut coklat yang tak lain adalah Melvin.

"Lo kayaknya betah banget ya di Jakarta?" celutuk Noval.

Melvin mengangguk. "Iya lah! Jakarta, kan kota kelahiran gue."

"Terus kenapa balik lagi kesini? Kenapa gak tinggal disana aja selamanya?"

Melvin menatap kesal Febri yang baru saja berucap. Kenapa ia merasa seolah-olah Febri menyuruhnya untuk tidak kembali lagi ke sini?

"Mending telepon aja! Bilang ke dia kalau anak basket tadi nyariin dia, sekalian tanya kenapa gak masuk sekolah," usul Satria.

Di sisi lain, tepatnya di kantin sekolah. Diza, Anggi, dan Revalina kini sedang memakan makanan mereka, sesekali mereka mengobrol ringan. Beberapa saat setelahnya seorang siswi dengan rambut sebahu bercat abu-abu menghampiri meja mereka.

"K-kak!" panggil siswi itu.

Diza menatap siswi yang tak lain adalah adik kelasnya, kening gadis itu berkerut ketika membaca name tag yang tertera pada seragam siswi itu.

"Apa?"

Gadis di depan Diza dengan name tag Melany itu nampak menunduk takut. Sial, jika saja bukan karena teman-teman sekelasnya yang memaksa dirinya untuk kesini, ia tidak akan mau menampakkan diri di depan kakak kelasnya itu.

Bukan apa, Diza terkenal sebagai gadis yang emosian. Banyak sudah yang mendapatkan bentakan kata-kata kasar nan pedas yang begitu menusuk karena tidak sengaja menganggu Diza.

"Em Kak Rachel di mana?" tanya Melany berusaha untuk tidak gugup.

Diza menatap Melany sinis.

"Mau apa lo nyari temen gue?" Diza bertanya dengan nada yang menunjukkan ketidak sukaan.

Melany memilin ujung seragamnya dengan kuat. Dalam hati gadis itu mengumpati teman-temannya, awas saja nanti mereka itu.

Rachel's Second Life [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang