Happy Reading
Tandai jika ada typo!
Keesokan harinya, Rachel kembali bersekolah. Gadis itu kini tengah berada di dalam kelas bersama dengan Diza dan yang lainnya.
"Za, lo kenapa, sih?" tanya Anggi sembari menatap Diza yang nampak murung.
Rachel menoleh, ikut menatap Diza dengan penasaran. Sejak tadi pagi sahabatnya itu terlihat murung dan tidak bersemangat. Entah apa yang terjadi pada Diza.
Diza menghela napas panjang. "Gue gak papa," jawabnya kemudian kembali melamun.
"Lo gak biasanya kayak gini, Za. Jujur sama kita, lo kenapa?" Anggi kembali bertanya. Kali ini nada gadis itu terdengar menuntut.
Diza terdiam. Gadis itu menenggelamkan kepalanya pada lipatan tangannya di atas meja. Namun, tak berselang lama gadis itu kembali mengangkat kepalanya, menatap Rachel dan yang lainnya.
"Gue berantem sama ortu," ucap gadis itu.
"Berantem kenapa?" tanya Revalina.
Diza menghela napas. "Salah ya kalau gue pengen lanjut kuliah? Salah ya kalau gue pengen kejar impian gue?"
Gadis itu mengangkat kepalanya kemudian duduk dengan tegap.
"Kenapa? Kenapa gue harus hidup dengan segala kekangan dari keluarga gue? Gue capek, gue capek setiap hari dikekang terus. Apa-apa gak diizinin, gue mau keluar bentar doang buat cari hiburan gak boleh. Gue stres selalu dikurung di rumah. Gue juga pengen tahu dunia luar, gue pengen kayak anak-anak lain yang bisa jalan-jalan sama temen-temennya."
Rachel dan yang lainnya terdiam, mereka membiarkan Diza mengeluarkan keluh kesahnya.
"Gue kemarin minta izin sama ortu. Lily, tetangga gue ngajakin gue jalan ke pantai. Gue bilang ke mereka, tapi mereka malah marah sama gue. Dan mereka langsung nuduh gue yang enggak-enggak cuma karena gue perginya sore. Mereka bilang gue tambah gede tambah nakal, tambah gak bisa diatur. Padahal selama ini gue selalu berusaha nurut sama mereka, apa pun yang mereka suruh gue selalu turutin. Gue udah berusaha jadi anak perempuan yang baik, tapi mereka selalu gak sadar. Di mata mereka gue selalu kurang, gue capek." Diza berucap sembari menatap Rachel dengan kedua matanya yang berkaca-kaca.
Gadis itu kembali mengingat pertengkaran antara dirinya dengan kedua orang tuanya kemarin. Hanya karena masalah sepele kedua orang tuanya langsung memarahinya habis-habisan.
Diza juga sudah mencoba memberanikan diri untuk mengatakan keinginannya untuk kuliah. Namun, respon kedua orang tuanya tidak seperti yang diharapkannya. Kedua orang tuanya marah padanya dan berakhir dirinya yang kembali berdebat dengan mereka.
Diza menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi. Gadis itu terkekeh kecil dengan mata yang berkaca-kaca. "Lebay, ya? Sorry, tapi ini benar-benar bikin gue stres," ucapnya.
Rachel menggeleng. Gadis itu menatap Diza yang menatap lurus ke depan. "Kalau lo mau nangis, nangis aja," ujarnya.
Diza langsung menghapus air matanya yang menetes kemudian memaksakan tawanya. "Sorry, kayaknya gue emang lagi mode alay haha! Ini udah sering terjadi, harusnya gue terbiasa," lirihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rachel's Second Life [On Going]
Teen Fiction~Warning!~ •Sebelum membaca, follow akun author lebih dulu! •DILARANG PLAGIAT!! •Mengandung beberapa kata-kata kasar dan adegan kekerasan⚠️ •Harap bijak dalam memilih bacaan! Rachel terpaksa menerima perjodohan dari kedua orang tuanya. Ia tidak menc...