28

8.3K 530 96
                                    

Happy Reading

Tandai jika ada typo!

Keesokan harinya, Satria dkk kembali mengganggu Rachel saat istirahat pertama. Mereka selalu menanyakan hal yang sama, dan berakhir dengan menuduh Rachel. Diza yang sudah muak dengan kelakuan mereka pun langsung emosi.

"Lo semua mending pergi, deh! Makin hari makin menjadi-jadi ya kalian. Udah berapa kali coba Rachel bilang kalau dia gak tahu di mana Azriel. Dan lo pada gak bosen apa nuduh Rachel yang enggak-enggak? Muak banget gue lihat tingkah lo pada, laki kok cerewet?!" omel Diza.

Gadis itu menatap Febri dan Tian yang sedari tadi terus menuduh Rachel dengan tajam.

Tian mendengkus. "Lo kenapa malah nyalahin kita sih, Za? Jelas-jelas ini semua salah temen lo itu. Lo juga Chel, apa susahnya sih, lo ngaku sama kita kalau lo tahu di mana Azriel sekarang?" kesalnya tak terima. Cowok itu terus mendesak Rachel agar mengatakan di mana keberadaan Azriel.

"Bener! Gue yakin lo yang jadi dalang di balik hilangnya Azriel. Lo pasti udah nyelakain dia kan? Setelah itu lo ngebuat seolah-olah dia gak ada kabar. Dasar ya lo cewek gak tahu diri! Azriel kurang apa sih sama lo?" sahut Febri menuduh.

Diza semakin marah, gadis itu mengepalkan kedua tangannya, menahan diri agar tidak kelepasan menghajar Febri dan Tian.

Rachel menghela napas kasar. "Lo nuduh gue kayak gitu, emangnya punya bukti?" tanyanya dengan santai, berusaha menahan emosi.

Febri berdecih sinis. "Cih! Gak usah bukti juga, tetep lo pelakunya. Ayolah, Chel! Apa susahnya sih, lo ngaku sama gue? Gue gak bakalan bales, kok. Gue cuma mau tau keadaan sahabat gue aja."

"Gue gak nyangka lo bisa berbuat sejahat ini, Chel. Padahal selama ini Azriel itu baik banget sama lo, malah dia bucin banget sama lo. Tapi kenapa lo tega nyakitin dia sampai segininya Chel?" Tian ikut mendesak Rachel.

"Udah, lo berdua jangan mojokin Rachel terus. Dan lo, Chel, kalau apa yang mereka berdua omongin bener, sebaiknya lo ngaku," ucap Aksa yang sedari tadi diam.

"Apa gue harus pakai kekerasan biar lo ngaku?" hardik Febri.

"Feb!" bentak Satria. Ia merasa tidak seharusnya Febri bertindak sejauh ini.

"Apa?" bentak Febri balik. Wajah cowok itu terlihat merah karena emosi. "Lo bela cewek ini, Sat? Sadar sialan! Dia yang udah bikin Azriel hilang, dan dengan gak tahu dirinya dia bersikap seolah gak terjadi apa-apa," teriaknya marah.

Satria berdecak kesal kemudian pergi dari sana, ia membutuhkan ketenangan untuk mengontrol emosinya.

Noval menarik tubuh Febri ke belakang. "Lo tenang dulu, tahan emosi lo."

Beberapa murid yang lewat menatap ke arah mereka dengan penasaran. Posisi mereka yang berada di tengah koridor membuat mereka menjadi pusat perhatian.

Vino menatap Febri yang masih emosi. "Gue rasa lo gak perlu bertindak sejauh ini, Feb. Biar bagaimanapun lo gak bisa nuduh Rachel gitu aja tanpa bukti. Dia juga sama bingungnya kayak kita, apalagi Azriel itu pacarnya. Rasa khawatir dia pasti lebih besar dari kita," ucapnya menasehati.

Tian menggeleng tak terima. "Gak bisa gitu do—"

"Terus apa? Lo berdua gak malu nuduh orang tanpa bukti?" sela Vino dengan tajam.

Laki-laki itu muak melihat tingkah kedua sahabatnya yang semakin hari semakin menjadi. Menuduh orang tanpa bukti, menurutnya itu adalah hal yang sangat memalukan. Ia selalu menahan diri agar tidak kelepasan memukul mereka berdua.

Rachel's Second Life [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang