keluarga

17 5 1
                                    


Wildan memberitahuku kalau Juna sakit,dia tidak masuk kelas selama tiga hari.
Dan aku baru mendapat kabar sekarang...
Kakak macam apa aku ???

Walau berat,tapi aku melangkah menuju rumah yang sangat aku hindari,rumah yang tak pernah ingin aku datangi.
Rumah ayah dan Tante Martha ibu tiriku.

Pelataran yang luas dan banyak di tanami bunga dan pepohonan rindang,membuat mata fresh saat memandangnya
Aku bersyukur Juna tinggal di rumah ini,selain nyaman aku yakin kebutuhan dan kehidupan Juna terjamin disini.

Saat menikah dengan Tante Marta kehidupan Ekonomi ayah semaikan baik,tidak seperti saat dengan almarhum ibu,ayah masih belum naik jabatan dan masih pegawai biasa..
Sedangkan sekarang dia sudah punya perusahaan sendiri walau masih kecil.

Terkadang aku merasa kasihan pada ibu..
Saat ayah susah hidup dengan ibu,sedangkan saat sudah senang dan banyak uang ibu meninggal dan menikah dengan Tante Marta.

Bahkan rumah ibu yang saat ini aku tinggali tidak sebagus dan senyaman rumah ayah dan Tante Marta sekarang..
Ada rasa kecewa yang menyelip di hatiku.
Tapi aku berharap Juna merasakan semua kenyamanan ini dan aku harap juga Juna disayangi oleh Tante Marta seperti Tante Marta menyayangi anak nya kak Kamasean.

Aku mengetuk perlahan pintu rumah ayah,berharap tidak ada Tante Marta di rumah ini,karna jujur aku belum siap bertemu dengan nya.
Kejadian waktu awal pernikahan ayah dan ibu masih teringat di benak ku,dan Disana lah awal aku tidak menyukai Tante Marta.

Flashback

Aku sedang berbincang dengan Tante Marta saat itu,disebuah cafe yang menjadi pertemuan kami dengan keluarga besar Tante Marta.
Mereka yang tidak datang pada pernikahan ayah dan Tante,jadi melakukan pertemuan sekarang,sekaligus perkenalan kami masing masing anak nya.

" Mamah baru tahu kalau ayah itu ngopi terus" ujarnya sambil terkekeh,membuatku juga ikut tersenyum
" Kalau malam itu harus banyak makanan buat nemenin dia nonton bola" tante Marta geleng geleng kepala
" Iya ayah emang dari dulu seperti itu" aku ikut tersenyum sambil mengenang ayah yang suka menyuruh ibu bikin makanan ringan saat ia akan begadang nonton bola.
Dulu beliau tak sesibuk sekarang,jadi masih bisa nonton bola dan nonton dengan keluarga.

" Tapi banyak orang kantor ayah yang bilang sekarang ayah lebih rapi dan lebih berisi sesudah menikah dengan mamah" dia kembali terkekeh sambil memandangku
" Gak kayak dulu katanya"
Aku tersentak mendengar ucapan Tante Marta..
Maksudnya apa ??? Apakah dia bilang ibu tidak lebih baik darinya ??? Apa dia bilang kalau ibu tidak bisa merawat ayah ??? Apa dia bilang kalau ayah tak bahagia hidup dengan ibu???
Aku diam tak membalas ucapan Tante Martha yang menyinggung perasaan ku

Seharusnya dia tak bicara seperti itu,walau pun dia jauh lebih baik dari ibu,walau pun dia lebih segalanya dari ibu.
Tapi bisakah dia diam saja,tak usah membandingkan ibu dan dia..
Karna bagaimana pun ibu adalah ibu kandung aku
Sedangkan dia adalah wanita yang mendampingi ayah sekarang,dia bukan siapa siapa buat aku atau pun Juna
Hanya seseorang yang mendampingi ayah,itu saja...

Mulai dari sana aku tidak ingin berhubungan dekat dengan nya lagi,hanya sebatas formalitas saja.
Itu pun demi Juna dan ayah...

Flashback off

Pintu terbuka,menampilkan bibi yang bekerja di rumah ayah..
Namanya bibi rumi.
Usianya sekitar lima puluh tahunan,belum terlalu tua..
" Neng Sidney,ayo masuk neng"
Aku tersenyum dan mengangguk " sehat bi ??" Tanyaku sambil masuk kedalam rumah.
" Alhamdulillah neng,mau ketemu cep Juna ya ???" Tanya bi Rumi dengan logat sundanya yang kental.
Aku mengangguk " katanya Juna sakit ya bi"
" Iya neng,sudah tiga hari"
Kami berdua melangkah menuju kamar Juna yang berada dia lantai dua.

serenade | Kim WoonhakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang