Bag. 50

620 23 11
                                    

  Ananta sibuk menyiapkan permintaan william semalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


  Ananta sibuk menyiapkan permintaan william semalam. Pagi pagi dia sudah ada di lapangan untuk membicarakan segalanya. Memang ribet kakak iparnya itu , tapi demi Aisila .. akan dia lakukan apapun. Ini memang acara rakyat , mereka tidak ada mengganggu apapun. William hanya meminta beberapa kursi untuknya dan beberapa keluarganya.

  Aisila terbangun tengah hari, gadis itu mendapati Liam yang berjalan ke arahnya menawarkan pelukan. Aisila menerimanya ,

"let's go eat, after this we have to fight" ujar liam.

"Daddy already knows, don't worry... we are here for you, my dear sister." Lanjut liam

  Aisila naik ke punggung pemuda itu ,

"Dad? He knows? " ujar Aisila tak percaya.

"Of course, about the witch you said last night. We know..." jawab Liam.

"how could that be ?" Tanyanya.

"It's easy, I just copy the data from your old cellphone. and called the witch back, and at least mommy also helped" ringkas liam.

  Aisila turun dari punggung liam , dia kemudian duduk di meja makan bersama dengan mommy . Liam juga ikut duduk di sana ,

"where's daddy?" Tanya Aisila ketika tidak mendapati william.

"slaying cockroaches" ujar Naomi.

  Aisila mengerutkan dahinya, kenapa jadi pakai bahasa seperti ini ?!

"Don't worry, dear, we just mis communication with Nathan's family." Naomi menyajikan sup ceker kesukaan Aisila.

Aisila mengangguk , dia kemudian memegang dahinya. Liam menyentuh dahi kakaknya ,

"No fever, do you feel unwell?" Tanyanya.

"I am dizzy " ujar Aisila sembari menyendokkan kuah sop itu.

Liam berdiri mengambil obat Aisila sekalian dengan minuman dingin untuk dirinya.

●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●

William menatap rumah megah di depannya dengan berdecih. Orang orang sialan di rumah ini ya yang menyakiti Aisila bertubi tubi ? Ck ck ck .. kasihan sekali mereka.

  William melangkah dengan seorang tangan kanannya , bersama dengan rekan rekannya yang membawa senjata lengkap. Jika tidak bertarung fisik , setidaknya biarkan mereka meraung karena kehilangan dunia.

"Who are you ? "

"Me? I'm Aisila's father." Ujarnya dengan sombong.

  Orang orang itu menyingkir dengan saling menodongkan senjata. William tidak ingin buang buang waktu , sore nanti dia harus menemani putrinya menonton pertandingan.

its that you ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang