Chapter 13

3 0 0
                                    

"Sebagian orang mungkin merasa bahwa melupakan seseorang yang telah lama dikenal adalah hal yang sulit. Tidak berlaku untuknya, justru pertemuan singkat itulah yang membuatnya harus menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk benar-benar melupakan. Namun, dengan kesadaran penuh ia tak ingin melupakan gadisnya."

●●●

Flashback on

Seorang remaja laki-laki berusia 18 tahun keluar dari kamarnya, melewati koridor apartemen yang sepi. Ia berjalan menuju rooftop yang berada di lantai 25. 

Ting~
Ia mengetikkan sesuatu yang tidak diketahui banyak orang, lantas akses pintu menuju rooftop pun terbuka. Hembusan angin malam langsung menyapa, membawa dingin yang menusuk tubuh tegapnya.

Dari atas, ia dapat melihat gemerlapnya kota Floor, jalanan terlihat lenggang dengan menyisakkan beberapa kendaraan yang melaju kencang, ia membawa tatapannya jauh kebawah sana, betapa jauhnya tanah jika ia memutuskan untuk melompat detik itu juga.

"Lan.. Apakah sakit jatuh dari ketinggian segini?" ucapnya parau. Pemuda itu memejamkan matanya, setiap kali angin menyentuh wajah, ada sensasi dingin yang halus, membawa rasa lega dari segala beban hari.

Namun, terkadang hembusan itu terasa lebih tajam, menggulung sedikit dengan kekuatan yang tak terduga, membuat udara terasa lebih dalam, lebih dalam lagi, seperti menggugah segala kenangan yang tersembunyi di balik malam.

-Ini semua karena kau, Sa! Andai saja kau membuang sikap acuhmu itu. Bahkan panggilan telfonnya pun kau acuhkan, sialan.-

Perkataan itu kembali terngiang-ngiang meski sudah 4 tahun lamanya.

"Lan, mengapa kau meninggalkanku sendiri. Bukankah kita berjanji akan selalu menguatkan?" 

Pria itu berjalan diatas pembatas setinggi 20 cm dari permukaan rooftop, seakan tak pernah takut jika dirinya pun akan jatuh dari sana.

"Hei, bodoh! Apa yang ingin kau lakukan disana?" teriak seorang gadis dari ambang pintu. Pria itu mengernyit, mengapa ada seseorang yang dapat mengakses pintu rooftop selain dirinya. 

Ia berjalan masuk mendekati sosok yang berdiri diujung rooftop dengan tatapan geram, tangannya hendak menarik ujung baju pria dihadapannya namun pria itu sudah turun lebih dulu, ia memasuki keadua tangannya ke dalam saku.

"Kau salah jika berfikir aku akan bunuh diri," ia memutar bola matanya malas.

"Ck, lantas apa yang kau lakukan diatas sini?"

"Bukan urusanmu."

"Ternyata rumor tentangmu memang benar. Araksa Rayn," gadis itu menarik sudut bibirnya, menahan kesal. Seharusnya ia tidak usah berlari mengikuti pria ini, sulit sekali memiliki sifat acuh ternyata, ia terlampau khawatir. 

Takutnya dipagi hari akan ada berita menggemparkan, tentang seorang remaja yang merenggang nyawa saat mengikuti asrama seleksi olimpiade internasional yang diadakan 5 tahun sekali.

Nit nit nit~

Suara sensor sandi yang sedang diketik, sontak pria itu menarik gadis di hadapannya menuju tembok yang memiliki celah, ia mengisyaratkan kepada gadis itu untuk diam.

Ceklit~

Pintu pun terbuka, Aksa berdiri tak jauh menatap kedatangan pria itu.

"Aksa? Masuk! Kau, melanggar peraturanku."Di tempat persembunyiannya, Eyra mematung menutup mulutnya rapat-rapat.

ResetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang