SEBELAS 🔞

3.4K 64 2
                                    

Happy reading..
                        🩷🩷🩷

+62 xxx xxxx xxxx: Hukuman menunggumu, baby

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

+62 xxx xxxx xxxx
: Hukuman menunggumu, baby. Lo harus diberi pelajaran.

: Sekarang lo udah mulai berani semenjak ada temen sebangku lo itu.

: Dateng ke gudang, kalau lo berani nolak...kita balik ke perjanjian awal, temen sebangku lo taruhannya!

Tangan Theia gemetaran membaca semua pesan tersebut. Setelah kejadian di kantin tadi, ia dilanda rasa takut dan cemas berlebihan.

Sebentar lagi istirahat kedua, ia harus memilih datang atau tidak.

Ele yang menyadari gelagat aneh Theia pun menatapnya khawatir. Theia memiliki gangguan kecemasan, hal itu akan kambuh saat ia stress.

Ele pun menggenggam tangan Theia guna menenangkannya. Theia pun tersenyum hangat menatap tangannya. Ele memang sangat peka.

Kringgg

Bel istirahat kedua. Theia kembali dilanda panik. "El, gue ketoilet dulu ya. Gue kebelet." Setelah mengatakan itu, Theia langsung lari terbirit birit ke toilet.

Sesampainya di toilet, ia mencuci mukanya di wastafel untuk menghilangkan suntuk. Ia menatap dirinya di pantulan kaca, kembali menimang nimang. Apa yang harus ia pilih sekarang.

Theia tahu, Alaistair bukanlah lawan mainnya. Lelaki itu bukan orang biasa. Theia takut, ancaman itu menjadi nyata. Ia pun memutuskan untuk perintah Alaistair.

Dengan berat hati, ia berjalan menuju gudang sekolah. Tak terasa, ia sudah sampai di depan pintu gudang. Tangannya bergetar saat memegang kenop pintu, kembali ragu.

Ia pun melirik sekitar, lalu menemukan sebuah pot tanaman disebelahnya. Terdapat banyak batu kerikil didalamnya.

Ia menunduk dan memasukan beberapa batu kerikil ke dalam kantung roknya sebagai perlindungan jika Alaistair berbuat aneh aneh padanya.

Lalu, ia memutar kenop pintu. Pintu terbuka. Hal yang pertama ia lihat adalah Alaistair yang terduduk di sofa dengan obat obatan yang berserakan diatasnya.

Ia mengerang, sembari menghisap rokok di tangan sebelah kirinya. Alaistair menatap Theia yang berada di ambang pintu dengan tatapan sayu.

Theia melotot lebar. Apa apaan ini? Lelaki gila ini benar benar tidak masuk akal. Dia mengonsumsi obat terlarang di area sekolah.

"Theia, tutup pintunya."

Theia menggeleng, ia segera bergegas pergi. Theia merasa ini salah. Saat ia menutup pintu dari luar, suara dari dalam membuyarkannya.

"Theia, sekali lo berani ngebantah gua, teman sebangku lo itu taruhannya. Lo tahu itu kan?"

"Eleanor Bijoux Houtman. Orang tua mereka meminta bantuan sama perusahaan gua. Tanpa gua, perusahaan properti mereka ga ada apa apanya. Gua bisa dengan gampang bangkrutin mereka, sayang. Kalau lo ga percaya, silahkan coba pergi."

Theia mematung. Ia tahu banyak tentang Ele. Alaistair punya kekuasaan yang besar.

Keringat dingin mengucur di dahinya. Ia takut Alaistair mencelakai keluarga Ele. Tapi ia juga memikirkan keselamatannya.

"Come here, baby. Gua gabakal nyelakain lo. Selagi lo nurut, semua orang disekitar lo, termasuk lo akan aman." Alaistair menghasutnya.

Ele sudah membantunya banyak hal. Tanpa Ele, dia tidak akan bisa bersekolah. Ele sudah banyak membiayai kebutuhan hidupnya. Alaistair juga berkata tidak akan melakukan apa apa pada dirinya.

Tidak ada salahnya Theia memberi kesempatan, kan? Theia masuk kembali kedalam sembari menunduk, kini Alaistair sudah berdiri sambil bersedekap dada, menatapnya datar.

Ia menghampiri Theia dengan senyum manis. Theia yang takut pun melangkah mundur hingga menabrak tembok.

"Lo harus gua hukum sayang, lo benar benar nguji kesabaran gua hari ini, lo berani deket sama orang lain selain gue."

"Lo gila kak. Ele itu perempuan, dia sahabat aku. Dia ga pantes disebut orang lain." Dengan suara kecil.

"Gua gabutuh pembelaan Theia, gua mau lo melaksanakan hukumannya, sebelum gua celakai teman lo itu." Alaistair menarik tangan Theia ke sofa dan duduk berpangkuan berhadap hadapan.

"H-hukuman apa kak?" Theia menciut.

"Hisap jakun gua." Alaistair menatap intens Theia.

"K-kak.."

"Nolak? Terserah lo Theia...lo punya pilihan sayang." Sembari menyelipkan anak rambut Theia ke belakang telinganya.

Theia yang dengan modal nekat pun menurutinya. Ia menghisap jakun Alaistair yang naik turun, lalu Alaistair menekan kepala Theia untuk semakin dalam.

Ahhh shh..

Nafas Alaistair tidak beraturan. Ia tidak pernah senafsu ini. Theia sangat candu. Ia sama candunya dengan obat obatan yang ia sering konsumsi.

Netra nya mulai menggelap. Ia meremas pinggang Theia. Menyalurkan rasa nikmatnya.

Theia yang sedari tadi menghisap, menjilat lehernya, menahan mual akan hal yang ia sedang lakukan pada lawannya. Ia benar benar malu. Ia seperti jalang sekarang.

Alaistair mulai bergerak gelisah dan menggesek bagian inti mereka perlahan yang secara tidak langsung bersentuhan, namun dilapisi oleh pakaian.

Theia terisak. Ia kalut. Ia takut Alaistair akan melakukan hal lebih.

Alaistair menekan kuat kepala Theia yang berada di lehernya.

Arghhh.

Ia mencapai pelepasannya hanya dengan mulut Theia. Ia benar benar nafsu pada Theia.

Ia bernafas tersengal sengal akibat kegiatan panas tadi. Setelah tenang, Ia menatap Theia teduh. Tatapan yang jarang ia tunjukan pada seseorang.

Ia menatap Theia yang mulai terisak kecil. Ia memasukan kepalanya di cela ceruk leher Theia. Memeluknya erat.

"sorry.. i can't control my self." Ia membiarkan Theia menangis dipelukannya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ALAISTARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang