7. Sampai Ketemu Lagi Kak Tian

19 5 0
                                    

Suara lalu lalang orang-orang di bandara, tdk di perdulikan oleh ketiga manusia yg tengah berpamitan..

"Zea, kamu jaga diri ya, sayang! Selama tante sama Bastian di Singapur, kamu jangan lupain kami loh!" ucap Tia sambil memeluk Zea.

Zea menerima pelukan hangat dari wanita di depan nya. "Zea gak akan lupain tante sama kak Tian kok!" ucap Zea yg masih berpelukan dgn Tia.

Keduanya melepaskan pelukan. Zea beralih berjongkok di depan kursi roda yg diduduki Bastian. Tangannya terulur menggapai tangan Bastian.

Merasakan ada sentuhan tangan dari gadis yg selama ini menemani nya selama 1 bulan ini. Bastian menundukkan kepalanya. Walaupun ia tdk bisa melihat tapi dia bisa merasakan jika gadis itu tengah berjongkok di hadapan nya, sama seperti biasanya.

"Kak Tian nanti di sana jaga kesehatan ya! Zea bakal nungguin kak Tian, cepat sembuh ya kak! Biar kakak bisa lagi melihat dunia dgn berbagai keindahan nya!" ucap Zea menggenggam erat tangan Bastian. Ia ingin menangis tapi ia tdk akan memperlihatkan nya di depan kedua orang yg sudah ia anggap keluarga sendiri.

"Lo, juga jaga diri, nanti kalau gua udah bisa ngeliat, pas pulang gua langsung nyariin lo!" ucap Bastian mengelus punggung tangan Zea.

"Udah ya, bentar lagi pesawat mau lepas landas" ucap Tia pasalnya pesawat yg akan ia tumpangi sebentar lagi mau lepas landas, lebih baik masuk cepat dari pada ditinggal.

"Iya tante!" ucap Zea langsung berdiri.

"Tante pergi ya!" pamit Tia sambil mendorong kursi roda anaknya.

"Iya tante, sampai ketemu lagi kak Tian!" ucap Zea melambaikan tangannya.

Setelah pesawat yg di tumpangi Bastian dan Tia lepas landas. Zea pun pergi, ia akan berkunjung ke makam ayahnya.

***
"Assalamu'alaikum papa, Zea datang!" ucap Zea saat tiba di samping makam ayahnya.

"Kok ada bunga? Apa ada yg datang tadi? Tapi siapa? Mama gak mungkin kan?" tanya Zea entah pada siapa.

"Papa, Zea udah datang sesuai janji Zea, Zea bakal berkunjung setiap hari sabtu ke makam papa!" ujar nya sambil mengelus batu nisan sang ayah.

"Pa, Zea mau cur—" ucapannya terpotong saat ponsel nya yg berada di tas selempang miliknya bergetar.

"Bertar, ya pa! Ada orang yg nelpon!" ucap Zea lalu sedikit mundur, dan mengangkat panggil lan.

"Halo?"

"......."

"Baik saya kesana sekarang!"

"......"

"Iya!"

Tut...

"Papa, Zea pamit ya, mama masuk rumah sakit, Zea harus jenguk mama, mau bagaimana pun Zea anak mama! Zea pamit ya, Assalamu'alaikum!" pamitnya dan meninggalkan makam sang ayah dgn perasaan panik.

***
"Hai Fadly!" sapa Liza saat ia tak sengaja melihat Fadly yg tengah bermain basket di lapangan dekat taman.

Fadly tak menghiraukan sapaan dari Liza, ia lebih fokus dgn latihannya. Liza yg merasa diabaikan dgn tidak tahu malu nya berteriak.

"AYO, SAYANG SEMANGAT, YUHU... AYANK FADLY...!!!!!" teriak Liza tanpa memperdulikan tatapan tidak suka para pengunjung.

Fadly yg mendengar itu berhenti bermain dan memilih untuk pulang, sial gadis itu dgn tidak tahu dirinya memanggilnya 'sayang'.

Melihat Fadly yg pergi, Liza langsung mengejarnya. "Fadly anterin aku pulang ya?" ucap Liza dgn suara yg dibuat lembut.

"Fadly ih.. Ngomong dong!!" ucap Liza sambil menggoyangkan lengan Fadly.

𝐓 & 𝐙 {ᴛɪᴀɴ&ᴢᴇᴀ} ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang