ᴇxᴛʀᴀ ᴄʜᴀᴘᴛᴇʀ!!

8 3 4
                                    

"Huwaaaaaaaaa.... Bunda tolong... Sepatu Melo ada kodok nya!!" pekik bocah berusia lima tahun itu seraya berlari mencari keberadaan sang Bunda.

"Eh? Melo kenapa kok teriak-teriak?" tanya sang Bunda seraya menyamakan tingginya dengan putri sulung nya itu.

"Itu Bunda, di sepatu plincess Melo ada kodoknya.. Tadi Melo mau main sama Katapel, tapi pas kelual sepatu Melo ada kodoknya.. Gede plus besal!" ucap bocah itu seraya menggerak-gerakkan tangannya selayaknya bahasa isyarat.

"Kok bisa? Perasaan tadi pak Anton udah cek semua deh, gak ada hewan lain kok!" ucap wanita itu seraya mengelus surai indah putrinya.

"Em? Apa Melo di keljain sama Gabi lagi?" ucap bocah itu seraya berpikir keras. Pasalnya adiknya satu itu ngeselinnya minta ampun.

"Gak boleh asal nuduh sayang! Tanya adek Gabi dulu, biar pasti!"

"Em! Melo nyali Gabi dulu ya! Pay pay bundaaaa!"

Wanita itu hanya tersenyum melihat anaknya yang sudah berlari mencari keberadaan adiknya.

Sedangkan bocah yg bernama Melo itu tengah berkeliling mencari posisi sang adik yang pastinya tengah bersembunyi dari nya.

"Gabi! Kamu di mana?" teriak nya.

Sedangkan di sisi lain bocah laki-laki berusia empat tahun itu tengah cekikikan sendiri di dalam lemari baju miliknya.

"Gavi? Kamu liat Gabi gak?" tanya nya ke kembaran Gabi, bocah empat tahun yang ia cari.

"Di lemari!" jawab bocah itu, bahkan tatapan nya tak teralihkan, buku di depannya lebih menarik dari pada kakaknya. Untuk bocah seusia dia memang sulit untuk mencari yang memiliki sifat yg jauh lebih dewasa dari kedua saudara nya, namun itu lah kenyataan nya. Gavriel, anak bungsu namun memiliki sifat paling dewasa dari kedua saudara nya, walaupun usianya masih empat tahun. Namun itu tak di permasalahan oleh kedua orang tuanya, jika ditanya anak mereka yang paling pintar, pendiam, dan penurut. Itulah Gavriel.

"Aaaa.. Kak Melo sakit, kuping Gabi nanti copot!" aduh Gabriel, kembaran Gavriel, yg tengah di jewer habis-habisan oleh kakaknya.

"Siapa suluh talo kodok di sepatu aku? Kamu suka makan kodok ya? Makanya selalu ngeljain aku pake kodok! Kalena aku takut kodok juga kan?" omel Melody, gadis berusia lima tahun itu.

"Yaudah aku minta maaf! I'm solly!" ucap Gabriel mengalah, mau bagaimanapun kakaknya tetap akan menang.

"Yaudah pintel! Buang kodoknya, aku mau main sama Katapel!" ucap Melody kecil seraya melepaskan jeweran telinga adiknya.

Gabriel hanya mengangguk kemudian berlari meninggalkan kakak dan adiknya. Melody menyusul, sedangkan Gavriel tetap setia dengan kekasih nya! Buku!

***
"Aaa.. Itu pelmen punya Melo!" rengek Melody.

Permen yang kini berada di tangan Gavriel menjadi alasan gadis itu terus merengek. Tatapan Gavriel datar, namun tetap saja permen di tangan nya ia bagi.

"Ini!" ucapnya sembari menyerahkan permen lolipop berbentuk hati itu.

"Makasih adeknya Melo!" ucap Melody antusias, apalagi saat lolipop itu kini berada di tangan nya.

"Kasian si Gavi, padahal dia adek tapi dia yang ngalah!" celetuk Arya tiba-tiba. Masih ingat kan? Arya sahabat Bastian.

"Kenapa sih om Alyot!! Silik aja!" ujar Melody sinis, permen nya ia emut.

"Cuman anaknya Bastian yang ngasih gua nama Aryot!! Emang dah, lakanat bener!" cibir Arya, semua yg ada di sana hanya bisa tertawa.

Melody Dandelion Oliver, anak pertama dari Bastian dan Zeara. Dan sekarang mereka tengah berkumpul di kediaman Bastian, bukan hanya teman nya semasa sekolah, melainkan mereka membawa anak mereka masing-masing.

𝐓 & 𝐙 {ᴛɪᴀɴ&ᴢᴇᴀ} ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang