26. Jangan Panggil Sayang!!

12 4 3
                                    

"Kenapa ngelamun sayang? Masih mikirin mimpi kamu?" tanya Tia yg baru masuk dari halaman belakang.

Bastian mengangguk mengiyakan. "Iya bund!" ucapnya.

"Udah, gak udah dipikirin! Itu cuman mimpi nak!" ucap nya sembari mendudukkan diri di samping anaknya.

"Tapi bund! Mimpi itu kayak nyata!! Aku takut bund!" lirihnya menatap bundanya sendu. Tangan Tia terulur menggapai tangan sang Putra.

"Sayang! Ingat mimpi itu cuman mainan tidur! Jadi kamu gak usah khawatir, okay!! Bunda yakin Zea pasti bakal sembuh dan kembali seperti semula!!" ucap nya tersenyum tulus mengelus tangan putra tunggal nya itu. Bastian masih diam, tatapan juga masih terlihat sendu.

"Gini sayang, setiap pertemuan, pasti ada perpisahan, dan setiap makhluk hidup yg bernafas, pasti akan menghadapi yg namanya kematian! Tapi kita sebagai manusia gak tau kapan ajal akan menjemput kita!! Jadi kamu cukup nikmati kehidupan kamu! Tapi tetap jangan lupa dgn beribadah ke sang Pencipta!!" jelasnya, Bastian mengangguk mengerti, perlahan sedikit senyuman terbit di bibir nya.

"Oh ya, satu lagi! Bunda pernah dengar, gak tau bunda lupa dengar nya dimana! Jadi katanya kalau kita mimpiin seseorang yg masih hidup, trus di dalam mimpi dia meninggal, maka akan panjang umur!! Entah itu rumor atau apa? Soalnya bunda gak pernah searching!! Tapi bunda yakin kok, Zea bakal sembuh dan beraktivitas kayak biasanya!!" ucapnya menyampaikan apa yg pernah ia dengar, semoga dgn itu anaknya bisa tenang.

"Iya bund, aku juga berharap nya gitu kok!!" senyuman yg tadinya tipis kini terlihat lebih mengembang.

"Yaudah, kamu mandi dulu! Habis itu kita jenguk Zea! Kamu pasti terlalu kangen makanya sampe mimpi gitu!" pintahnya ke putra tunggal nya.

"Iya bund!!"

***
"Kalian siapa?" tanya Tia saat membuka pintu rumahnya.

Tadi saat dirinya berada di dapur, suara bell rumah nya berbunyi, yg menandakan bahwa ada tamu. Makanya dirinya langsung bergegas keluar, namun yg ia temui justru tiga gadis remaja yg menatap nya dgn senyuman.

"Halo tante, aku Aluna, orang yg mau dijodohkan sama Bastian!" ucap Aluna memperkenalkan diri.

"Maksudnya? Saya tdak pernah menjodohkan putra saya! Mungkin kamu salah rumah! Lagian di komplek ini bukan cuman anak saya yg bernama Bastian, ada juga anak tetangga Reobastian Syaputra! Mungkin yg kamu maksud dia!"

"Bukan tan! Anak tante kok, anaknya om Rahendra! Suami tante kan?"

"Iya dia mantan suami saya! Kenapa?" tanya Tia bingung, kenapa gadis ini bisa mengenal almarhum Rahendra.

"Saya anaknya! Tuan Dewantara! Yg mau dijodohin sama Bastian, tapi dulu aku sempat nolak tan, karena ya, kan masih muda, jadi aku tolak, kalau sekarang, aku udah mau kok!" ucapnya tersenyum tipis. Dewantara. Ayah kandung Aluna.

"Lah? Bukannya lo gak mau karena Bastian dulu but4 Lun?" ceplos Tizara. Hal itu berhasil membuat Aluna melotot kan matanya kaget.

Sial sahabatnya ini, tidak bisa di ajak bekerja sama, kalau seperti bisa jadi ibu Bastian menolak mentah-mentah dirinya. "Awas lo Tiza!! Gua jadiin sambel penyet lo ya!!" batin Aluna geram menatap sahabat nya dgn senyuman. Senyum terpaksa, dan tatapan ingin memakan orang hidup-hidup.

"Oh, jadi begitu? Mohon maaf ya! Rahendra yg anda maksud sudah tiada! Lagi pun dia gak ada hak asuh kepada putra saya! Jadi lebih kamu pulang! Saya juga tidak sudi punya calon menantu seperti anda, belum apa-apa sudah barani berbohong!!" ucapan Tia berhasil membuat Aluna terdiam.

Sial!!. Lebih baik Tizara kabur sekarang, dari pada nanti. Malah mendapatkan bogeman mentah.

"Tapi tante—"

𝐓 & 𝐙 {ᴛɪᴀɴ&ᴢᴇᴀ} ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang