9. Alexis?

18 5 2
                                    

Dua gadis dgn seragam putih Abu-Abu nya tengah menatap gedung sekolah dihadapan nya.

"Kita sekolah disini?" tanya Laura, menatap berbinar sekolah di depannya.

"Hm, kenapa? Lo gak suka?" tanya Auryn kembali. Tatapan nya menelusuri seluruh sudut bangunan di depan nya.

"Suka lah, orang ini sekolah udah lama ada lits hidup gua!!" ucap Laura dgn senyum mengembang.

Keduanya melangkah masuk ke kawasan sekolah. Banyak tatapan yg mereka berdua dapat kan. Auryn yg sifatnya tidak peduli dgn hal-hal baru hanya mengacuhkan tatapan dari para murid di sekolah.

Berbeda dgn Laura, ia tengah menatap semua murid yg melihat nya secara bergantian. Tatapannya berhenti ke salah satu remaja laki-laki yg hanya dengan santai masuk ke dalam gedung sekolah tanpa memperdulikan kehadirannya dgn Auryn di sekolahnya. Sangat berbeda dgn murid lain, batin Laura saat melihat remaja tadi.

"Ryn, tadi ada cowok, ganteng banget!!" bisiknya ke sahabat nya yg hanya berjalan dgn santai tanpa memperdulikan sekitar.

"Inget lo punya, pacar!" balas Auryn tanpa mengalihkan tatapan nya.

***
"Makasih ya pak!" ucap Zea menyerah selembar uang berwarna hijau ke pak Joko, ojek andalannya.

"Sama-sama atuh neng!" balas pak Joko saat mendengar ucapan 'terimakasih' dari Zea.

"Yaudah bapak pergi ya, mau ngojek, kayak biasa, haha!" ucap Pak Joko di akhiri kekehan garing.

"Iya pak, bapak hati-hati ya!" ucap Zea membalas ucapan pak Joko.

Pak Joko hanya mengangguk, setelah nya ia menyalakan mesin motornya dan pergi dari sekitar sekolah Zea.

Zea melangkah kakinya masuk ke kawasan sekolah. Namun matanya tertuju ke dua gadis asing yg berjalan masuk ke dalam gedung sekolah.

"Mereka murid baru ya?" tanya Zea entah pada siapa. Tdk memperdulikan pertanyaan di benaknya, ia memilih terus melangkah masuk. Ia harus segera tiba di kelas nya.

Saat berjalan di koridor menuju kelas nya tanpa sengaja ada seseorang yg baru turun dari lantai 2 menabrak diri nya hingga terjatuh.

Mata indahnya menatap laki-laki dgn masker hitam di wajahnya. Laki-laki yg di tatap hanya diam, hingga beberapa saat ia tersadar tangan nya terulur untuk membantu gadis yg tengah duduk dilantai akibat ulahnya yg jalan tanpa melihat ke depan.

Zea menerima uluran tangan laki-laki di depannya dgn senang hati. Saat diri nya sudah berdiri dgn sempurna. Satu kata laki-laki itu membuat Zea terdiam. "Maaf!" ucap laki-laki itu kemudian pergi meninggalkan Zea yg terdiam.

"Dia bilang maaf? Bukannya semua orang takut sama dia karena dia dingin plus galak ya? Kok minta maaf sama aku?" monolog nya yg masih bingung dgn ucapan 'maaf' yg tiba-tiba lolos dari pria yg paling ditakuti di sekolah.

Memang ia hanya siswa biasa, wlaupun orang tua nya donatur di sekolah, tapi yg mereka takuti bukan lah itu, melainkan aura dingin dari si empu, tidak ada yg berani mendekati nya laki-laki maupun perempuan. Yang bisa berkomunikasi dgn nya hanya guru, anggota OSIS, dan teman sekelasnya jika ada kerja kelompok.

Tak ingin ambil pusing Zea kembali melangkahkan kakinya menuju kelas nya sebentar lagi bell masuk berbunyi.

Sesuai dgn tebakannya tadi, tepat saat Zea mendudukkan diri di bangku nya Bell sekolah langsung berbunyi nyaring memenuhi seluruh penjuru bangunan sekolah.

Lima menit setelah bell berbunyi salah satu guru masuk untuk mengajar. Pelajaran dilakukan sama seperti biasanya. Tidak ada hambatan dalam proses belajar mengajar tersebut.

𝐓 & 𝐙 {ᴛɪᴀɴ&ᴢᴇᴀ} ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang