31. Sakit tapi tak berdarah!!

13 3 2
                                    

"AAKKKHHH!!!! INI SEMUA GARA-GARA LO!! GARA-GARA LO!! LIZI SIALAN!!! GUA GAK TERIMA GUA HARUS KEHILANGAN MASA DEPAN GUA!!!"

"Sudah selesai kamu teriak-teriak nya?" ucap Pria berusia 32 tahun yg baru memasuki kamar di mana Liza tengah berteriak bagaikan orang gila!

"Ngapain lo masuk kamar gua!" sewot Liza menatap pria tersebut yg tubuh tegapnya masih terbalut pakaian kantoran nya.

"Ini kamar saya! Jadi wajar jika saya masuk!! Seharusnya kamu memiliki sedikit sopan santun ke saya!! Ingat saya menikahi mu bukan karena cinta! Tapi terpaksa!! Tugas kamu cukup jagain kedua putra saya!!" ucap Pria itu dingin.

"Heh!! Tuan Reon!! Asal lo tau! Gua juga gak CINTA sama lo!! Gua juga terpaksa!! Enak aja mau jadiin gua babu!!" ucap Liza tak terima.

"Dengar kan kata-kata saya!! Jika tidak saya tidak akan segan menghabisi mu!! Wanita seperti mu tidak pantas hidup di dunia ini!!" ucap pria yg ia panggil Reon. Areon Tenzra Adelard.

"Emang lo siapa, sampe berhak nge hakimi gua? Ha?! Ini hidup gua! Bukan hidup lo!!"

"Kamu pikir saya ikhlas menggantikan posisi istri saya dgn kamu? Tidak, apalagi setelah kamu dgn berani menindas keponakan saya!! Satu hal yang kamu harus tahu!! Neraka dunia akan menanti mu!! Ikuti saja alur cerita hidup mu yg mengenaskan!!" ucap Reon setelahnya dia berlalu pergi meninggalkan Liza yg terdiam.

"Keponakan? Siapa?"

***
"Alex!!" panggil Marsya saat melihat cucu nya lewat tanpa menyadari kehadiran dirinya yg tengah duduk sambil membaca koran.

Mendengar suara itu, remaja yg tadi nya hanya fokus berjalan kini menghentikan langkah nya. Seperkian detik dirinya menghampiri sang nenek yg enteng duduk di kursi goyang kesayangan nya.

"Kenapa nek?" tanya Alexis setelah mendudukkan diri di sofa single size samping neneknya.

"Kamu sama Lizi serius cuman teman?" tanya Marsya menatap cucu nya lembut. Alexis diam mendengar penuturan sang nenek.

Sedangkan Lizi yg tadinya ke dapur untuk membuat kan teh hijau untuk sang tuan rumah terhenti kala mendengar ucapan wanita berusia senja itu. Teh hangat yg ada di tangan nya ia taruh di dekat meja tempat dirinya berdiri, takut jika nanti jatuh dan mengganggu percakapan kedua insan berbeda gender maupun usia itu. Sedangkan dirinya? Menguping sedikit tidak apa-apa kan?!

"Alex?"

Alexis yg tadinya melamun tersentak kaget. "I-ya nek?" jawab nya terbata-bata akibat tersentak kaget.

"Huft.. Tadi nenek ngomong! Kamu sama Lizi beneran cuma temen?" ulang nya seraya mengelus rambut cucunya.

Alexis tersenyum, lesung pipi yg tidak pernah terlihat kini terlihat jelas. Bahkan Lizi di buat pangling sendiri, baru tahu dirinya jika orang yg selama ini ia cintai memiliki dua lesung pipi, dan itu menambah kesan ketampanan nya di mata Lizi.

"Iya nek, kita cuman teman, gak lebih!" ucap Alexis, senyuman yg tadi merekah langsung ia hilang kan saat ujung matanya tak sengaja melihat sosok Lizi yg terdiam.

Jantung Lizi seakan di remas-remas, entah mengapa mendengar ucapan Alexis membuatnya sakit hati, padahal apa yg di ucapkan Alexis benar, itu kenyataan, dirinya saja yg terlalu berharap. Saat cairan bening ingin menerobos dgn cepat dirinya menghalau nya, dirinya tidak boleh cengeng, seharusnya dirinya juga sadar diri, sudah beruntung dirinya di izinkan tinggal di rumah remaja yg menjabat sebagai penghuni hatinya.

Karena tak ingin membuat dirinya semakin terluka, gadis itu meraih teh yg tergeletak di atas meja, dgn langkah pelan dirinya menghampiri kedua insan tersebut.

"Nek! Ini teh nya, udah Lizi buatin!" ucapnya meletakkan teh tersebut di meja samping Marsya.

"Makasih ya, sayang!! Sini duduk bareng! Ngobrol!" ucap Marsya seraya tersenyum hangat.

Senyuman tersebut mengingat kan Lizi dgn Almarhumah sang nenek. "Makasih nek, tapi, Lizi mau belajar di taman belakang! Gapapa kan?" tolak nya halus, mau bagaimana pun dirinya harus menenangkan hatinya yg sedang tidak baik-baik saja.

"Yasudah, belajar yang rajin!!"

Lizi mengangguk mengiyakan kemudian berlalu pergi, dirinya benar-benar bersyukur, Alexis tidak hanya memberinya tumpangan untuk tinggal di rumah nya. Tapi neneknya dgn baik hati mau membiayai nya untuk bersekolah kembali. Apa lagi yg membuat nya harus sedih tentang masa depan nya? Hanya percintaan nya bukan?

***
Hembusan angin sore terus menerpa gadis yg tengah meratapi nasib percintaan nya yg sangat naas, dirinya terlalu berharap dgn orang yg jelas-jelas tak memiliki sedikitpun perasaan terhadap nya. Buku di tangan nya kini ia tatap tak bernafsu, tidak ada nafsu untuk belajar, hati nya masih sakit.

Ini bukan salah Alexis, ini semua salahnya, salahnya karena dirinya terlalu mengharapkan sesuatu yg jelas-jelas tak bisa ia miliki, seharusnya dirinya sadar, sadar jika dirinya hanya beban.

Helaan nafas panjang, hanya itu yg bisa ia lakukan. Dirinya mendongak menatap burung-burung yg beterbangan dgn keluarga dan pasangan nya, dirinya tersenyum miris melihat pemandangan tersebut, apakah dirinya bisa merasakan hal yang sama? Bahkan selama ia tinggal bersama orang tua nya, hanya sang Papi yg selalu peduli dgn nya, mami? Tidak! Wanita yg menjabat sebagai maminya hanya memilih sayang dgn satu putri nya! Aliza! Gadis—ah ralat! Dia bukan gadis lagi.

Satu rahasia Liza yg Lizi pegang kuat! Liza bukan anak gadis melainkan dia seorang wanita! Alasannya karena apa? Dirinya tak sengaja melihat hasil chat Liza dgn seseorang, dan itu! Membuktikan jika Liza sudah tidak pantas di sebut anak gadis!

"Lo gak adil Za! Lo juga sama kayak gua! Tapi lo lebih parah!! Gua kehilangan mahkota gua, karena gua nolongin lo! Yg ternyata! Ha! Sudah sering melakukan!! Gua nyesel Za! Gua nyesel udah nolongin lo!! Bahkan gua harus terjebak dgn perasaan gua sendiri!! Gua suka sama orang yg jelas-jelas gak suka sama gua!" ucapnya masih setia memandangi langit sore.

Tanpa dirinya sadari, ada seseorang memperhatikan dan mendengarkan semua ucapan nya. Alexis, remaja itu hanya diam mendengar ucapan gadis dgn rambut panjang itu. Entah mengapa ucapan sang nenek tadi membuat merasakan satu gejolak aneh.

"Hahaha!! Jadi gini rasanya sakit tapi tak berdarah!!" ucap Lizi sambil terkekeh miris. Bahkan air matanya kembali luruh begitu saja. "Lo cengeng Liz!! Ini bukan Lizi yg dulu!!" ucap nya kembali, bahkan terlihat di bibir nya ada senyuman yg teramat di paksakan.

Alexis, remaja itu menggepalkan tangannya, hembusan nafas berat ia keluar kan. Dirinya berlalu pergi, tujuannya cuman satu yaitu, kamar!

Sedangkan Lizi! Gadis itu kini menundukkan kepalanya sembari menatap kakinya yg menggelantung di atas tanah. Air matanya luruh terus menerus. Ayunan yg ia dudukin bergerak sendiri akibat gerakan tubuh Lizi yg bergetar karena menangis.

"Oma! Hati Lizi sakit!!"

——————————————————

Kata : 1032 kt...

Haloooo😭😭

Gimana part ini?

Maaf penuh sama Lizi ya?

Gapapa, biar kalian juga tahu bagaimana sakitnya hati mungil Lizi!!

⚠Typo Betebaran!!⚠

Part belum di revisi!!!

See you next part!!

🌸🌸🌸

𝐓 & 𝐙 {ᴛɪᴀɴ&ᴢᴇᴀ} ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang