25. Akhir?!

11 4 1
                                    

Sedari tadi remaja ini sudah di siksa dgn perasaan yg baginya sangat tidak enak. Kaki jenjang nya terus menelusuri seluruh koridor rumah sakit tujuannya hanya satu, kamar di mana gadis yg ia cintai tengah di rawat.

Alisnya mengkerut melihat saudara dari gadis yg terbaring lemah di dalam kamar VVIP tersebut. Kedua gadis di depan ruangan itu kini tengah menangis. Terutama Auryn gadis itu sudah menangis sesegukan, sedangkan sahabatnya terus berusaha kuat, walaupun air matanya terus mengalir membasahi pipi putih nya.

"Kalian kenapa?" tanya remaja itu setelah tiba di dekat dua gadis itu.

Kedua nya mendongak. "Ze-zea, di-dia ma-makin pa-parah!!" ucap Laura terbata-bata.

"Maksudnya?"

"Gua juga gak bisa jelasin, gua bukan dokter, kita tungguin dokter yg lagi nanganin Zea! Lo mending berdoa aja, biar Zea bisa selamat!!"

Deg..

Bastian, remaja itu terdiam kaku. Bahkan wanita yg tadi mengikuti sang putra ikut terdiam mendengar penuturan gadis yg seumuran dgn putra nya.

Ceklek...

Terlihat dokter wanita yg keluar dari ruangan tersebut. Dgn tersenyum getir dokter berucap. "Dengan keluarga pasien atas nama Zea?" tanya dokter Rea memastikan.

"Iya dok, saya kakaknya!!"

"Mohon maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, namun Tuhan berkehendak lain, pasien atas nama Zaviera Zeara Adelard dinyatakan kembali ke sang Pencipta, hari Jum'at pukul 08:50! Pada tanggal 26 Juli 2024.kami dari pihak rumah sakit, turut berdukacita, semoga keluarga yg ditinggalkan bisa menerima dgn ikhlas!!" ucap Dokter Rea menjelaskan. Air mata nya luruh melihat Auryn yg terdiam dgn tatapan kosong.

"Dokter jangan bercanda dok!! Ini gak lucu!!!" lirih Bastian dgn suara bergetar. Tia dgn cepat mendekat dan mengelus punggung kokoh sang anak, guna memberinya sedikit semangat.

"Mohon maaf!! Kami sudah berusaha!! saya permisi!!"

"Gak! Gak mungkin!! Bund dokternya becanda kan? Tian gak ulta bund!!"

Air mata Tia luruh mendengar lirihan putra tunggalnya. Dgn air mata yg ikut mengalir dirinya memeluk erat putra nya.

"GAK!! GAK!! DOKTER NYA BECANDA!! ZEA MASIH HIDUP!! ZEA GAK MUNGKIN NINGGALIN GUA!! LEPASIN GUA LAU!! GUA MAU NEMUIN ZEA!!"

Laura pasrah, dirinya ikut masuk. Jantung nya seakan berhenti berdetak melihat Zea yg sudah tertutupi dgn selimut, bahkan semua alat yg tadi nya melekat di tubuh nya kini sudah terbuka tak bersisa.

Bastian dan Tia juga ikut masuk, mereka sama. Perasaan nya sekarang susah untuk ia utara kan hanya dgn kata-kata.

"Zea! Bangun dek!! Ini kakak!! Ayo bangun, tidur nya udah ya!! Kalau kamu gak mau bangun kakak gak bisa maafin diri kakak sendiri!! Ayo Zea bangun, kakak kangen sama suara kamu!! Senyuman kamu! Bangun!! Hiks.. Hiks!!! BANGUN!!" lirih Auryn dgn terus menggoyang kan tubuh Zea yg terbaring kaku!

"Ze-zea ba-ngun!—"

"AURYN!!" pekik Laura saat sahabat nya tergeletak tak berdaya.

"Ryn, bangun, please lo jangan nyusul Zea!! Gua sama siapa kalau lo ikut pergi!!"

"Laura!! Jangan ngomong gitu nak! Gak baik!!"

Laura hanya mengangguk mengiyakan. Dirinya beralih mengangkat sahabatnya menuju sofa untuk ia baring kan. Beruntung nya BB Auryn tidak terlalu berat sehingga Laura tidak kesusahan.

𝐓 & 𝐙 {ᴛɪᴀɴ&ᴢᴇᴀ} ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang