.

3.2K 191 31
                                    

"sayang" teriak Agil, mendobrak pintu ruang kerja sang kekasih di city hall.

Sedangkan pemilik ruangan hanya bisa menghela nafas melihat kelakuan Agil.

"Apa" jawab Menhan malas.

pasalnya jika kekasihnya memanggil nya dengan sebutan manis seperti itu berarti ada dua kemungkinan.
Yang pertama dia sedang menginginkan sesuatu, yang kedua berarti dia sedang terlibat masalah yang mengharuskannya turun tangan langsung.

Yang sudah menhan pastikan yang kali ini adalah alasan kedua, karena dia melihat pak Ano berjalan di belakang Agil sambil memegang lengan nya.

"Apa lagi kali ini," gumam Menhan.

"Yang lihat nih, pak Ano pegang-pegang aku" ucap Agil sambil menunjuk lengan kiri nya yang sedang di tahan oleh pak Ano.

Sudah beberapa kali dia menghela nafas hari ini, lalu berjalan ke pintu ruangannya lalu menguncinya. Karena Agil akan mencoba kabur jika pintunya tidak dikunci. Itulah alasan pak Ano harus repot-repot memegang lengan Agil, Menhan mencoba untuk tidak cemburu pada situasi seperti ini, jujur dia tidak suka jika Agil di sentuh oleh orang lain.

"Ada apa ini?" Tanya Menhan.

"Ini pak Agil tertangkap saat sedang melakukan perampokan di Bank" jelas pak Ano.

"Hahh, ya udah pak Ano kayak biasanya saja nanti saya transfer. Agil biar saya hukum sendiri gak usah ke kanpol"

Pak Ano yang mendengar itu terkekeh dan bertukar senyum seram dengan Menhan, dia tau apa yang sedang di rencanakan sahabatnya ini. Sedangkan Agil sudah ketar ketir sendiri mendengar ucapan Menhan, dia kira dia akan lolos seperti biasanya.

"Pak kok gitu sih, lepasin Agil ya. Gak ngerusuh lagi deh janji tapi lepasin," ucap Agil cepat, tapi tidak ada yang menghiraukannya.

Rasanya agil ingin kabur dari sini secepatnya. Pinggang nya bisa hancur jika dia tidak bisa kabur dari sini.

"Kalo gitu saya pamit dulu pak," ucap pak Ano.

"Mari saya bukakan kuncinya," bales Menhan.

Agil yang melihat pak Ano yang akan meninggalkan ruangan pun mengejarnya dan merangkul lengan nya.

"Pak Ano, saya di tahan di kanpol aja ya." Ucap Agil sambil menunjukan puppy eyes nya.

Pak Ano yang melihat Agil menunjukkan wajah memelasnya langsung mengalihkan pandangannya pada Menhan, yang sudah mengeluarkan aura gelap di sekitar tubuh nya dengan wajah datar.

"Baik, saya tahan ya," ucap pak Ano sambil melepaskan rangkulan Agil pada lengan nya, lalu mengambil borgol.

Sedangkan Agil tersenyum senang dengan mata berbinar, dia selamat kali ini. Walaupun dia sedikit curiga dengan pak Ano, tapi dia pasrah di borgol.

"Di tahan pakek borgol aja ya, sama-sama di tahan kok ini beda nya ini gak di sel aja." Lanjut pak Ano sambil terkekeh di akhir karena melihat ekspresi Agil.

Senyum Agil langsung luntur mendengar ucapan pak Ano.

'sial.' batin agil.

Pak Ano yang sudah puas mengerjai Agil pun melihat ke arah Menhan, dan melemparkan kunci untuk membuka borgol ke arah Menhan.

"Thanks bro." Ucap Menhan.

"Yoi, gue pergi dulu" balas pak Ano.

Sedangkan Agil masih berdiri mematung dengan tangan di borgol.

'serius nih gue di giniin, sialan tuh polisi kalo ketemu gue botakin tu rambut gondrongnya.' batin agil kesal.

"Gil sini."

Mayor's Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang