.

1.4K 137 8
                                    

Agil meringis, merasakan tubuhnya mati ras,  ia bisa merasakan tangan dan kakinya di ikat. Perlahan-lahan Agil mencoba membuka matanya, mendapati dirinya di ruangan luas yang gelap gulita. Ia mencoba mengerjapkan matanya untuk menerawang jauh dalam kegelapan. Tapi sama sekali tidak ada yang bisa ia lihat.

Agil menoleh ke samping mendapati Gin yang masih pingsan, ia mencoba mendekat untuk membangunkan Gin. Ia harus punya teman berpikir di saat seperti ini.

Perlahan kesadaran Gin mulai kembali mendapati Agil yang sedang menatapnya khawatir. Ia mengerjapkan matanya, melihat sekeliling yang bisa ia lihat hanya lah besi yang mengelilingi mereka.

"Kita dimana?" Tanya Gin berusaha duduk, Agil menggeleng kan kepalanya.

Yang bisa Agil ingat terakhir kali mereka berada di uwu kafe, sebelum ada mobil yang melaju ke arah mereka.

"Kita di culik ya," ucap gin mengerutkan alisnya.

"Berani juga mereka, nyulik orang di depan uwu kafe apalagi yang mereka culik kita." Ucap Agil meringis.

"Gil..."

"Hmm"

"Perasaan gue gak enak."

Agil menatap Gin yang sedang menerawang jauh ke depan, menatap kegelapan. Jujur ia juga mendapatkan pemikiran buruk tentang situasi saat ini.

(City hall)

Pintu di dobrak dengan keras, langkah kakinya ia bawa masuk ke dalam ruang rapat. Mendapati semua orang sedang berkumpul, dengan persenjataan lengkap.

Menhan mendudukkan dirinya di depan semua orang, di susul pak Ano yang berdiri tegak di belakangnya. Setelah ia mendapatkan kabar bahwa kekasihnya di culik ia langsung meninggalkan pekerjaannya dan menggeret Ano yang sedang bersantai di vilanya. Bisa di lihat dengan pakaian pak Ano yang hanya memakai celana pendek dan kemeja yang dua kancing atasnya di buka.

Aura pekat menyelimuti ruangan tersebut, membuat orang-orang merasa terintimidasi.

"Pak Zilla tolong ceritakan kronologi!"

Zilla mengangguk dan mulai menceritakan kejadian awal penculikan,di mulai saat ada mobil yang melaju ke arah mereka dan saat pengejaran yang di lakukan oleh anggota kepolisian.

Menhan merasakan kepalanya akan pecah sekarang, ingin rasanya ia menyalahkan anggota kepolisian karena tidak berhasil dalam melakukan pengejaran terhadap pelaku yang menculik kekasihnya. Tapi ia harus tenang, ia tidak bisa menyalahkan satu pihak.

Ano yang melihat sang sahabat di ambang batas kesabaran, mulai mengambil jalannya rapat. Mereka mulai merencanakan pencarian keseluruhan kota, dan mencari petunjuk dari bukit-bukti yang sudah di miliki kepolisian.

"Saya juga akan mengirim tim khusus untuk membantu pencarian, sekarang kalian bisa pergi kerjakan sesuai perintah. Sekarang!" Perintah Menhan, mereka mulai berbondong-bondong keluar ruangan,  merasakan aura yang semakin menekan mereka.

Ano dan Menhan beranjak pergi menuju kantor pribadi milik Menhan.
Di ruangan tersebut hanya berisi dirinya dengan pak Ano, sebelum Airuma menerobos masuk membuat mereka bingung.

Airuma berjalan ke arah Menhan, menaruh foto USG milik Agil didepannya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mayor's Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang