.

1.2K 108 36
                                    

(lima bulan kemudian.)

Agil berbaring bersandar pada tubuh sang suami yang tengah mengusap-usap perutnya yang tengah hamil besar. Sesekali Menhan akan mengajak ngobrol sang bayi yang sedang aktif-aktifnya bergerak yang membuat Agil meringis.

"Sttt ngehmm" desis Agil mengelus perutnya yang baru di tendang oleh sang bayi.

"Sakit?" Tanya Menhan mengelus bagian yang baru ditendang.

Agil mengangguk membenarkan posisi untuk duduk bersandar pada sandaran tempat tidur.

"Jangan merepotkan bundamu, ia sedang berusaha untuk istirahat sekarang setelah kamu buat tidak bisa tidur semalaman." Ucap Menhan seraya mencium kening Agil yang berkeringat karena menahan perih.

Sang bayi yang merasa dimarahi oleh papinya kembali menendang membuat Agil kembali meringis.

"Adek nendangnya jangan keras-keras ya sayang," ucap Agil mengelus perutnya yang terasa nyeri.

Setelah tidak ada respon Agil tersenyum ringan, Menhan yang melihat itu merangkul Agil kembali membawanya bersandar kepadanya.

"Adek sayang banget sama bundanya, kalo papi bilang in suka gak nurut." Ucap Menhan cemberut membuat Agil tertawa.

"Adek juga sayang papih kok," ucap Agil meniru gaya bicara anak kecil.
Membuat Menhan gemes sendiri.

"Bundanya sayang papi gak?" Tanya Menhan dengan senyum lebar di wajahnya.

"Ih apaan sih!" Balas Agil memukul lengan Menhan menahan malu, Menhan yang mendapatkan pukulan tersebut hanya tertawa gemas menciumi pipi Agil yang merona samar.

"Sebulan lagi kita bakal ketemu dedek, aku bahagia banget." Ucap Agil, Menhan tersenyum tipis menatap Agil yang tersenyum sendu kearah perutnya.

"Adek baik-baik dulu ya di perut bunda." Ucap Agil mengelus perutnya, Menhan yang melihat itu merasa sedih entah kenapa.

"Dia bakal baik-baik aja, kita bakal baik-baik aja." Ucap Menhan menenangkan suasana hati Agil yang berubah tiba-tiba.

Agil mengangguk, menggeser dirinya untuk lebih dekat dengan Menhan. Ia merasa beruntung di masa kehamilannya Menhan berada di sisinya, Agil tidak bisa membayangkan jika tidak. Terkadang ia membayangkan bagaimana keadaan Gin di luar sana, bagaimana kabarnya, dan bagaimana kabar bayinya.

"Gin kabar nya gimana ya?" Ucap Agil lirih.

"Aku kemarin ketemu sama Rion, katanya belum ada kemajuan. Kayaknya orang yang ngebeli Gin bukanlah orang sembarangan." Jelas Menhan.

"Arnold…aku gak pernah dengar nama itu di dunia bawah maupun atas." Ucap Agil berusaha mengingat nama-nama orang berpengaruh yang ia pernah denger dan kenal.

"Aku juga belum pernah mendengar nya di antara orang-orang pemerintahan atau para kritikus." Angguk Menhan.

Ini membuat Agil merasa frustasi, tidak ada jejak satupun yang membantu pencarian Gin. Bahkan pihak kepolisian tidak menemukan titik terang dari kasus tersebut, membuat anggota tnf masih luntang-lutung mencari satu anggota mereka.

"Aku mau ke rumah toll kiri, boleh gak?" Izin Agil.

"Aku ikut ya." Jawab Menhan, beranjak dari kasurnya menuju lemari mencari baju yang cocok untuk Agil kenakan.

"Ganti baju dulu, di luar dingin." Agil perlahan beranjak mengambil baju yang di berikan Menhan dan memakainya di tempat.

" Agil perlahan beranjak mengambil baju yang di berikan Menhan dan memakainya di tempat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mayor's Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang