Salah satu dokter berdeham setelah memeriksa kondisi Agil. Bisa agil lihat bagaimana wajah sang dokter menjadi pucat.
"Pak Agil, anda saat ini tengah mengandung bayi kembar. dengan keadaan anda yang sekarang ini sangat berbahaya untuk mempertahankan bayi anda."
Agil termenung mendengar perkataan sang dokter.
"Nyawa ku bukan lah masalah Apa pun yang kalian lakukan, itu hanya masalah waktu." Ucap Agil memeluk perutnya seakan melindungi anak-anak yang ada di dalam perut nya.
"Saya sangat tidak menyarankan Anda melakukannya," tegas sang dokter, sambil berpandangan dengan salah satu dokter lainnya.
"Apa kalian tidak punya hati!?" Bentak Agil dengan nafas memburu.
"Ini bukan masalah hati atau perasaan pak. Hidup Anda yang dipertaruhkan, dan memperjuangkan bayi itu hanya akan membuat anda bisa meregang nyawa dalam proses nya." Jelas dokter mencoba memberi pengertian.
Mereka menghentikan perdebatan sebelum kondisi Agil semakin drop, para dokter memilih berbicara lebih lanjut dengan Menhan dan merencanakan pemeriksaan selanjutnya. Agil termenung memikirkan perkataan para dokter dan mulai menstabilkan nafasnya dengan satu tangan menutupi perutnya, dan memejamkan mata memilih mengistirahatkan pikiran nya.
Menhan memasuki ruangan untuk menghampiri Agil. Menhan meraih tangan Agil, menggenggam nya dengan lembut.
"Aku akan mempertahankan nya." Potong Agil sebelum Menhan sempat berbicara.
Agil membuka matanya perlahan menyesuaikan cahaya ruangan, menatap kearah Menhan yang tengah menatapnya sendu.
"Aku akan mempertahankan nya."
"Gil-"
"Aku akan mempertahankan nya," ulang agil.
Menhan terduduk di sofa dengan ekspresi sedih di wajahnya. Menutup matanya mencoba memahami jalan pikiran Agil saat ini.
Kegembiraan Menhan karena akan menjadi seorang ayah berubah menjadi penderitaan dengan hitungan hari.
"Aku ingin mempertahankan bayi kita, tolong…." Lirih Agil
"Agil, kumohon..." Menhan memohon dengan suaranya bergetar,
"tolong pikirkan ini baik-baik, saya tidak ingin kehilangan kamu lagi! Tolong…nyawa mu tidak sebanding dengan gumpalan daging yang belum lahir Agil delaw!" Ucap Menhan, memijat keningnya frustasi.
"Lalu apa? Bunuh anak kita!" Bentak Agil.
Menhan merasakan hatinya terkoyak mendengar perkataan Agil. Mencoba menjelaskan tapi lidah nya terasa kelu dan berat.
Ruang itu hening sesaat sebelum Menhan mencoba mengangkat pandangannya, bisa ia lihat wajah frustasi Agil.
Bibir Agil terlihat bergetar mencoba menenangkan Menhan dengan senyumnya, meraih tangan Menhan untuk ia bawa ke perutnya.
"Kita telah di beri seorang anak yang kita sudah impikan. Seorang anak yang dapat melakukan…atau mencapai yang lebih dari pada kita suatu saat nanti," Agil mencoba menyampaikan semua kata yang ada dipikiran dengan di selingi Isak tangis nya, mencoba memberi pengertian untuk Menhan untuk memperjuangkan sang buah hati. Tapi sepertinya itu tidak berguna untuk saat ini.
"Saya mohon Gil, untuk tidak egois untuk kali ini dengar kan perkataan saya. Saya bisa memberikan seluruh dunia jika itu mau kamu, jadi tolong-"
"Aku gak peduli," jawab agil.
"Aku rela menyerahkan hidupku jika itu membuat anak kita bisa lahir ke dunia." Ucap Agil.
Menhan sudah tidak bisa menahan rasa frustasinya, air matanya turun perlahan menggambarkan bagaimana hatinya yang hancur.
Menhan menghela nafas bergerak menghapus air mata Agil, ia akan mencoba berpikir rasional untuk saat ini masih ada kemungkinan empat puluh persen Agil akan menjalani masa kehamilan dengan selamat.
"Baik, tapi tolong berjuang untuk tidak mencoba meninggalkan saya sekali lagi." Ucap Menhan menyatukan kening mereka.
"Terima kasih," lirih Agil memeluk Menhan erat.
aku mencintaimu dan anak kita. Aku tidak bisa membiarkan hidupnya berakhir sebelum dimulai. Sungguh butuh waktu bagiku untuk menyadari bahwa aku mencintaimu tapi tidak butuh waktu lama bagiku untuk mengenal cinta tanpa syarat untuk nya.
Gak ada ide, maaf ya kalo pendek 🤦
See you guys.
🏃♀️💨
KAMU SEDANG MEMBACA
Mayor's Boyfriend
FanfictionJust Menhan x agil. Warning!! Bxb area. 18+ Omegaverse. Dosa tanggung masing-masing🙏.