Menhan memandang orang yang terbaring di tengah ranjang yang belum sadar kan diri.
"Jangan tinggalkan saya lagi..." lirih nya menggenggam tangan Agil yang terasa dingin.
Setelah diberitahu oleh dokter bahwa Agil mengalami tekanan dan stres yang membuat kandungannya tidak stabil dan harus dirawat secara intensif untuk kedepannya, membuat Menhan lebih khawatir dengan kondisi ketiganya. Apalagi setelah di periksa kembali kandungan Agil tenyata kembar, membuat Menhan tambah uring-uringan dan harus ditenangkan dengan bogeman dari ano.
Menhan melamun memandangi wajah Agil, bahkan di kondisi seperti ini Agil masih terlihat menawan di matanya. Ingin rasanya ia ikut turun langsung kelapangan untuk menghabisi orang-orang yang berani-beraninya menyentuh miliknya. Tapi ia tidak diperbolehkan turun karena status nya sebagai seorang walikota, jadi ia meminta Ano untuk menangkap sebagian tikus-tikus tersebut untuk ia buat mainan.
Menhan tersenyum sinis saat mengingat bagaimana wajah-wajah itu memandangnya dengan ekspresi takut. Ia membagi dua tangkapan Ano dengan Rion yang tengah murka setelah mendapatkan kabar bahwa salah satu anggotanya tidak berhasil ditemukan, bahkan jejaknya sekarang sudah hangus terbakar di lalap api.
"Pak men-han..." Menhan langsung tersadar dari lamunannya, memandang ke arah Agil yang tengah mencoba membuka matanya.
"Sayang?" Menhan berdiri bergerak lebih dekat kearah Agil seraya memencet tombol untuk memanggil para dokter.
Para dokter mulai datang bersamaan dengan Rafael yang tadinya ingin menjenguk agil, sebelum ia buat bingung dengan para dokter yang berbondong-bondong memasuki ruangan Agil. Rafael memasuki ruangan melihat Menhan yang terus menerus bertanya pada para dokter yang tengah bertugas, membuat Rafael jengkel sendiri dan berakhir ia menggeret Menhan keluar ruangan untuk memberikan dokter ruang untuk berkonsentrasi.
"El lepasin anjir!" Berontak Menhan mencoba melepas tarikan Rafael pada rambutnya.
"Disini aja jangan bikin masalah, serahin aja semua sama dokter." Ucap Rafael melepaskan tarikannya.
Menhan menggerutu membenarkan rambutnya yang berantakan. Sedangkan Rafael sudah fokus dengan ponsel nya untuk menghubungi yang lain.
'gak ada lemah lembutnya jadi omega, pantes masih jomblo.' batin Menhan.
Selang beberapa saat Martin dan Ano datang menghampiri mereka.
"Gimana keadaannya?" Tanya Ano setelah sampai disisi Menhan.
Rafael menggeleng sedangkan Menhan duduk menatap lantai membuat Ano menggeleng, kemana temannya yang tegas itu pikirnya.
Pintu ruangan Agil terbuka, mempersilahkan mereka masuk kembali. Menhan langsung menerjang sang dokter.
"Gimana keadaan kekasih saya?" Tanya Menhan memegang erat pundak dokter tersebut, sebelum ia mendengar panggilan lirih dari dalam.
"Pak menhan..." Menhan langsung bergerak cepat mendekati ranjang Agil, melihat Agil yang terus menatapnya dengan mata berkaca-kaca.
"Hey kenapa hmm?" Tanya Menhan menyeka air mata Agil yang mulai mengalir.
Agil menggelengkan dan terus-menerus terisak menyebut-nyebut nama Menhan.
"Pak men-han m-mereka mau bawa Agil, Agil takut." Isak Agil menyembunyikan wajahnya pada leher Menhan.
"Saya disini, saya gak akan biarin mereka ngambil kamu lagi dari saya. Maafin saya ya sayang." Ucap Menhan, mengecupi wajah Agil berusaha membuatnya tenang.
"Kamu percaya sama saya kan?"Agil memandangi wajah Menhan sebelum mengangguk mengalungkan tangannya pada leher Menhan untuk menarik nya mendekat.
"Gin..." Lirih Agil.
"Apa?"
"Gin, gimana keadaan Gin? Kalian menemukan nya kan?" Tanya Agil melepas rangkulannya pada Menhan dan mencoba untuk duduk.
Menhan yang melihat itu mencegah Agil dan membaringkannya kembali.
Menhan menatap Agil sendu, bagaimana ia akan menyampaikan berita ini dalam kondisi Agil yang belum stabil."Kami belum menemukan nya, maaf." Ucap Menhan lirih tapi Agil masih dapat mendengarnya.
Agil menatap Menhan tidak percaya, ia menoleh kearah pak Ano untuk meminta kepastian tapi yang ia dapatkan adalah pak Ano yang mengalihkan pandangannya tidak mau memandang kearahnya.
Air mata Agil kembali mengalir, ia tidak bisa menyelamatkan sahabat sekarang ia harus apa.
"Akhh!" Agil meringis merasakan perutnya seperti di tusuk membuat yang melihat panik, Menhan langsung memencet tombol darurat sedangkan Ano sudah berlari keluar untuk memanggil para dokter.
"Gil tarik nafas, ikutin Rafael!" Ucap Martin menepuk Rafael.
"Hah kok aku!..." Rafael langsung diem dan mulai memperagakan orang nafas manual setelah di pelototi oleh Martin.
Para dokter memasuki ruangan dan mempersilahkan mereka untuk keluar terlebih dahulu.
Kecuali Menhan yang harus diseret oleh Ano dan Rafael.
(Skip, Rumah tol kiri.)
"Jak," panggil krow menyandarkan tubuhnya pada tubuh jaki yang tengah duduk di sofa.
"Hmm,"
"Suasana rumah jadi beda ya?"
Jaki yang mendengar itu menutup buku nya dan menatap krow yang tengah menatap kosong ke depan.
"Gapapa, kita bakal cari Gin sampai ketemu dan keadaan rumah bakal balik lagi kayak dulu lagi." Ucap jaki, mengangkat tubuh krow ke pangkuannya.
Jaki yang merasa tidak ada pemberontakan sedikitpun bingung.
"Lagi pengen di manja ya?" Ucap jaki dengan senyum cabulnya.
"Apaan sih!" Balas krow memukul dada jaki, membuat jaki tertawa gemas dan berakhir menciumi seluruh wajah krow.
"Heh! Heh! Lagi ngapain kalian!" Sela Istmo menuruni tangga dengan Leo digendongnya.
"Lu sendiri ngapain tua, gendong-gendong si Leo?" Tanya krow mengerutkan alisnya menatap Istmo dan Leo yang memilih duduk di seberang mereka.
"Gak bisa jalan anaknya," ucap Istmo santai, sedangkan Leo sudah kepalangan malu dan memilih bersembunyi di dada Istmo.
Krow dan jaki melotot melihat keduanya.
"Kok lu mau sih Leo sama nih orang tua." Ucap krow menatap Istmo sinis.
"Heh gue belum setua itu ya babi!" Balas Istmo tidak terima, dua puluh ronde aja dia masih bisa.
"Lu gak takut apa di amuk Echi?" Tanya Jaki.
"Tinggal di beliin Supra juga diem," ucap Istmo mengangkat bahu santai.
"Udah ih!" Sela Leo dengan muka memerah.
"Iya sayang, nanti malam mau makan apa hm?" Tanya Istmo mengeluarkan kartunya untuk diberikan ke Leo.
Leo yang melihat itu tersenyum senang dengan mata berbinar, ah uang batinnya.
"Mau salmon," ucap Leo mengalungkan lengannya pada leher Istmo dengan manja.
Sedangkan jaki dan Krow yang melihat interaksi keduanya hanya bisa menggelengkan kepala.
"Kita nanti beli uwu aja ya, mami lagi gak bisa masak katanya." Ucap krow kepada jaki yang ingin lanjut membaca.
"Gak mau dinner di resto aja?" Tanya Jaki.
"Aku lagi mau uwu ramen," jawab krow memelas kearah jaki dan berakhir di angguki oleh jaki.
Sebenarnya krow hanya ingin hemat, ia tidak biasa mengeluarkan banyak uang hanya untuk sekali makan menurut tidak worth it. Ia tidak seperti jaki yang latar belakang dari keluarga kaya raya.
Mereka memilih bersantai di ruang tamu, menunggu waktunya jam makan malam.
Maaf kalo tulisannya berantakan🤦
See you guys.
🏃♀️💨
KAMU SEDANG MEMBACA
Mayor's Boyfriend
FanfictionJust Menhan x agil. Warning!! Bxb area. 18+ Omegaverse. Dosa tanggung masing-masing🙏.