.

766 77 13
                                    

"eh mami apa kabar!" Tanya Agil gugup.

"Baik kamu sendiri gimana," tanya balik Caine, menggapai tangan Agil menuntunnya menjauh dari depan ruangan Rion.

"baik kok," ucap Agil berdiri samping Caine yang terus menatap dirinya.

……

"Mami mau ngomong apa," tanya agil mencoba to the point.

"Ah itu, maaf aku gak sengaja denger pembicaraan kalian." Ucap Caine memandang kearah Agil yang hanya mengangguk sudah menduganya.

"Aku-"

"Udah lah mi gak usah di pikirin, bapaknya aja gak peduli, Jadi ini juga bukan urusannya mami." potong Agil yang bahkan tidak repot-repot untuk memfilter kata-katanya, membuat Caine tertegun.

"Lain kali jangan nguping pembicaraan orang lain, jangan nyari penyakit." Ucap Agil dengan nada tajam sebelum beranjak dari tempat duduknya.

"Aku kebawah dulu," pamit Agil dengan senyum di wajahnya kontras dengan nada bicaranya yang terkesan tajam. Agil hanya bisa menggerutu sepanjang lorong menuju lantai bawah, ingatkan ia untuk mengirim pesan kepada Rion nanti tentang Caine yang mendengar perdebatan mereka.

"ada aja masalah," gerutu Agil menuruni tangga dengan perlahan. melihat Menhan yang terlihat menunggu nya di dasar tangga sebelum memberikan isyarat untuk berhenti berjalan dan menunggunya naik keatas menjemputnya.

"Hati-hati," ucap Menhan mengulurkan tangannya untuk membantu Agil turun.

"Ngapain nungguin di situ?" Tanya Agil penasaran.

"Gapapa," jawab Menhan, memapah tubuh Agil menuju ruang keluarga. Melihat anggota lain yang mulai fokus bekerja kembali.

Agil memutuskan agar mereka pulang saja karena tidak ingin mengganggu pekerjaan yang lain.

"Gue balik dulu ya, ngantuk mau tidur siang." Pamit Agil.

"iye, tiati makasih makannya,"

"LAH GITU DOANG?! gak ada niat nganterin ke gerbang depan gitu?" Tanya Agil.

"Manja banget biasa dateng pulang sendiri kayak jalangkung," saut Echi yang seraya beranjak dari tempat duduknya mengantar Agil dan Menhan menuju garasi.

"Duluan chi!" Teriak Agil dari dalem mobil.

"Yoo," saut Echi melambaikan tangannya.

"Mau mampir kemana dulu?" Tanya Menhan, yang fokus pada jalan di depannya.

"Pulang aja, aku ngantuk." Jawab Agil mengucek matanya.

"Yakin?" Agil mengangguk.

"Yaudah tidur aja dulu, nanti kalo udah sampe aku bangunin" ucap Menhan mengusap perut agil.

Agil mengangguk, merendahkan sandaran tempat duduknya untuk membuatnya lebih nyaman.

(Apartemen.)

Menhan melihat Agil yang tertidur pulas tidak tega membangunkannya, memutuskan untuk turun dari mobil dan menggendongnya istrinya menuju apart mereka.

Sepanjang jalanan ia dapat melihat beberapa orang melirik kearah mereka dengan pandangan iri, beberapa dari mereka juga memandang mereka dengan muka memerah terpesona.

Menhan memasuki apartemen mereka, merebahkan tubuh agil dengan perlahan agar tidak membangunkannya. Menhan memperhatikan wajah tenang milik Agil yang masih terlelap, mengecup kening Agil sebelum berjalan keluar kamar menuju ruang kerjanya.

Meskipun hatinya memilih untuk bergabung dengan Agil menikmati sore hari dengan bersantai tapi ia punya tanggung jawab yang harus ia selesaikan.

Agil terbangun ketika malam sudah datang, tidak mendapati Menhan di sampingnya membuat Agil langsung beranjak dari tempat tidurnya mencari sang suami.

Melihat lampu yang masih menyala di ruang kerja milik Menhan menandakan pemiliknya ada di dalam, Agil membuka pintu secara perlahan tidak mau mengejutkan sang pemilik ruangan.

"Pak Menhan," panggil Agil, memutuskan perhatian Menhan dari laptopnya.

Menhan menghentikan aktifitasnya, memperhatikan Agil yang berjalan kearahnya seraya duduk di pangkuannya.

"Kok manggil pak lagi sih? Aku kan udah jadi suami kamu," tanya Menhan seraya mengelus surai hitam Agil.

"Hehe udah kebiasaan,kamu kan atasan aku juga." Jawab Agil mengambil posisi nyaman, bersandar pada dada bidang milik menhan.

"Kan sekarang kamu istri aku, coba panggil sayang atau mas Menhan gitu." Ucap Menhan mengundang tawa geli dari Agil.

"Apaan sih, udah 'pak Menhan' aja emang paling cocok." Ucap Agil, membuat Menhan uring-uringan.

"Sekali aja panggil 'mas Menhan' gitu, sekali gak lebih." Mohon Menhan.

"Gak ah,"

"Sakali aja yangg,"

"Daripada kamu uring-uringan mending cariin aku asinan di dapur," ucap Agil cemberut.

Menhan menghela nafas, mengangguk menurut tidak ingin berdebat lebih jauh dengan mood Agil yang gampang berubah-ubah. Tanpa pikir panjang langsung menggendong Agil menuju dapur dan mendudukkannya di meja pantry.

Menhan membuka lemari es, mencari asinan buah dan sayur yang Agil baru beli kemarin.

"Nih," Menhan memberikan satu toples kaca penuh asinan  buah yang telah ia buka.

Agil mengambilnya penuh semangat, memakan asinan itu dengan senang.

"Makasih mas Menhan," ucap Agil untuk ucapan terimakasihnya, membuat Menhan merasa terkena serangan jantung sangking senang nya.

"Emang paling bener kamu manggil aku pak aja deh, rasanya jantung ku mau berhenti sangking seneng nya." Ucap Menhan memegang dadanya, membuat Agil memutar bola matanya jengah. Drama banget suami gue, pikir nya

"Alay," komen Agil, membuat Menhan tertawa.

Menhan berlutut membuat wajah nya sejajar dengan perut Agil dan mendekatkan telinganya untuk merasakan buah hatinya.

Menhan melingkarkan lengan nya pada pinggang Agil, mencari posisi nyaman untuk mendengarkan detak jantung malaikat kecilnya.

Agil yang sebelumnya fokus pada makanannya, sekarang tengah memperhatikan bagaimana Menhan yang mencoba berinteraksi dengan sang buah hati. Agil dapat merasakan feromon Menhan di udara, tercium seperti buku-buku Lama yang tertata rapi di dekat perapian membuat suasana terasa hangat.

"Mau makan malam apa hari ini," tanya Agil mengelus surai putih Menhan.

"Kita pesen aja ya, nanti kamu kecapean." Jawab Menhan, Agil menggeleng menangkup wajah tegas milik Menhan membawanya untuk menatap kearahnya.

"Aku masih bisa kok masak buat kita," sanggah Agil mencoba membujuk Menhan.

Sedangkan Menhan yang tak kuasa dengan wajah melas milik sang istri, hanya bisa menghela nafas mengiyakan.

"Tapi aku bantu ya," ucap Menhan membuat kesepakatan dengan wajah serius.

"Iya-iya gak usah serius-serius gitu dong mukanya, kayak lagi negosiasi sama pejabat aja." Ucap Agil tersenyum geli seraya mengelus rahang tegas Menhan memintanya untuk berdiri dari posisinya.

"Tium," ucap Agil manja memanyunkan bibirnya untuk mengundang Menhan kedalam ciuman mesranya. Yang diterima dengan senang hati.

"Manis banget sih," ucap Menhan mencubit pipi Agil yang semakin tembem.

"Udah-udah ayo katanya mau bantu aku masak."

Kita bikin yang mesra dulu.
Maaf kalo ada typo.
See you guys.
🏃‍♀️💨

Mayor's Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang