Part 1

1.8K 72 0
                                    

"Nikah!"

Bagaimana tidak kaget jika orang tua memberitahu anaknya kalau anaknya dijodohkan bahkan akan nikah dengan orang yang tidak dicintai, parahnya lagi bukan pria yang dinikahkan melainkan gadis.

Tentu saja ini menjadi perdebatan antara anak dengan orang tua, jika orang yang dijodohkan sudah kenal itu tidak masalah, tapi orang ini belum kenal sama sekali malah disuruh langsung nikah.

"Ma, Pa, pokoknya Irene tidak mau nikah. Irene masih normal, Papa sama Mama tega nikahin Irene sama gadis?" tolak gadis cantik bernama Irene Samuel.

"Papa sama Mama sudah yakin dengan keputusan kita, besok kamu ikut acara makan malam untuk ketemu calon istri kamu, Papa tidak menerima alasan atau fasilitas kamu Papa sita," tegas sang Papa bernama Galeno Samuel membuat Irene kesal.

Irene yang sudah kesal memilih langsung ke kamar,  dia tidak bisa menolak apalagi ancamannya fasilitas. Mau makan atau belanja pakai apa nanti dia kalau uang saja tidak punya?

Sementara di rumah Galeno terjadi keributan, tidak jauh berbeda dengan rumah di rumah menantu Galeno. Sudah jelas pasti kaget soal perjodohan yang langsung ke arah pernikahan, namun tidak separah di rumah Galeno.

"Pa, Ma, kalian yakin menyuruh Jean nikah muda?" kata seorang gadis cantik bernama Jean Willz.

"Papa yakin sayang, dia anak sahabat kami. Dia perempuan seperti kamu, hanya saja dia lebih tua 3 tahun dan sekarang masih kuliah semester 7," balas sang Papa bernama Sean Willz.

"Jean setuju, tapi Jean punya syarat. Jean mau hidup berdua saja sama istri Jean di rumah yang sudah Jean beli sendiri," kata Jean yang terpaksa setuju.

Sejak kecil Jean selalu nurut sama orang tuanya, dia tidak mau mengecewakan mereka yang sudah membesarkan dia sampai dia kuliah. Dia tidak masalah menikah dengan pilihan mereka, dia yakin gadis itu yang terbaik.

Walau Jean tidak ah ralat belum mencintai karena dia belum kenal, dia akan mencoba untuk belajar mencintai, menjaga dan mempertahankan pernikahan ini. Selain itu, permintaan dia juga tidak sulit.

Jean mau tinggal berdua supaya istrinya kelak tidak harus berpura-pura sayang padanya kalau tinggal di rumah orang tua, mending di rumah dia sendiri urusan canggung tidak akan bermasalah juga.

Jean memang masih muda bukan berarti pikiran dia belum dewasa, bahkan dia baru berumur 18 tahun dan kuliah semester 1 jurusan bisnis namun dia sudah bekerja saat dirinya kelas 10.

Jean mulai merintis usaha kecil-kecilan dengan modal dari orang tuanya, selang 3 tahun membuahkan hasil bahkan perusahaan dia memiliki banyak cabang dan dia juga sudah mengembalikan modal ke orang tuanya disertai bunga sekalipun mereka tidak pernah meminta bunga.

"Tidak masalah sayang, malah bagus supaya kalian bisa mengenal satu sama lain," balas sang Mama bernama Alice Helen menyetujui keputusan sang anak.

"Besok kita ketemu sama calon istri kamu, jadi kamu istirahat sekarang," kata Sean diangguki Jean.

Jean tahu ini terlalu cepat, dia tidak akan menolak. Dia perlu mempersiapkan diri saja dengan baik, dia berharap besok bisa bersikap dewasa seperti biasanya dan dia tidak mengecewakan siapa pun.

"Malam Pa, Ma," pamit Jean sopan.

"Malam sayang," balas orang tuanya.

Jean kembali ke kamarnya untuk beristirahat, dirinya tidak mau pusing dengan acara besok atau nikah muda. Jika dia pikirkan juga, tidak akan mengubah apa pun. Keesokan harinya, dia kuliah dan bekerja.

Khusus hari ini, Jean meminta sekretarisnya untuk mengingatkan dia soal waktu apalagi dia kalau bekerja selalu lupa waktu saking fokusnya bekerja. Satu jam sebelum pertemuan, dia sudah bersiap-siap pergi ke restoran yang diberitahu Sean. Dia tidak akan pulang sekedar ganti pakaian saja, terlebih pakaian kerja juga sangat sopan.

50 menit, Jean sudah sampai di restoran. Bisa saja Jean datang lebih cepat, sayangnya jalanan macet saat jam pulang kerja. Beruntungnya dia tidak telat, mau dibilang apa nanti kalau dia telat di pertemuan pertama dengan calon istri maupun calon mertua, padahal dia tidak pernah telat dalam hidupnya.

Tanpa menunggu lama, Jean masuk ke restoran dan bertanya di mana ruangan yang dipesan atas nama Sean. Pelayan mengantarkan dia ke ruangan private, setelah itu dia masuk dan melihat semua orang sudah berkumpul hanya dirinya saja.

"Maaf terlambat," kata Jean sopan.

Sekalipun Jean tidak telat dalam waktu pertemuan, dia telat soal kedatangan. Dia yakin mereka sudah lebih lama di sini dibanding dirinya, dia tidak enak melihatnya. Mereka kecuali calon istrinya tersenyum dan menyuruhnya duduk, perlu dia akui kalau calon istrinya sangat cantik.

"Jean, kenalin ini Irene. Dan Irene ini Jean," kata Helen memperkenalkan mereka.

"Pa, Ma, Om, Tante, boleh saya bicara berdua dengan Kak Irene?" tanya Jean sopan sekaligus meminta izin.

"Tentu boleh sayang," balas Shilla Mamanya Irene.

Setelah diizinkan Jean mengajak Irene keluar lebih tepatnya ke ruang private yang ada di sebelah, dia hanya bicara sebentar saja dengan Irene jadi tidak akan menganggu juga jika seandainya ada tamu yang menggunakan ruangan tersebut.

"Kakak tenang saja, setelah kita menikah, aku tidak akan mengekang atau mencampuri urusan Kakak sedikit pun. Anggap saja aku orang asing, begitu juga sebaliknya. Walau aku lebih muda dari Kakak, aku tidak akan nyusahin Kakak," jelas Jean panjang lebar dengan serius.

Irene yang tidak membalas membuat Jean mengajak Irene kembali, itu saja yang mau dia katakan. Lagipula dia berkata sejujurnya, dia tidak akan mencampuri apa pun sekalipun Irene istri sahnya.

Di ruangan, mereka kecuali Irene saling ngobrol. Jean memang orang ramah dan cepat bersosialisasi, berbeda dengan Irene yang cuek dan anti dengan orang asing. Dalam obrolan juga, Jean bertanya soal apa yang Irene sukai dan tidak supaya dia bisa membuat Irene nyaman.

Setelah makan malam, mereka kembali ke rumah masing-masing dan pernikahan Jean dan Irene berlangsung minggu depan. Berhubung Jean sibuk dengan pernikahannya, dia memilih cuti kerja karena dia harus terlibat langsung dalam segala hal.

Tidak peduli ini nikah paksa, Jean mau yang terbaik dalam pernikahannya. Tentu saja dia juga menanyakan apa yang Irene sukai pada orang tuanya, tidak mungkin dia bertanya sama Irene langsung terlebih dia tidak dekat.

Seminggu telah berlalu, pernikahan pun berlangsung. Pernikahan ini diadakan tertutup, hanya keluarga, kerabat dan sahabat yang diundang karena Jean menghargai Irene yang masih belum menerima kenyataan kalau dirinya menikah dengan dia yang notabennya sama dengannya.

Jean tidak masalah, dia tahu kalau orientasi Irene normal, berbeda dengannya yang memang sejak dulu dia tidak menginginkan pria dalam hidupnya karena dia pernah mengalami masa lalu yang buruk dengan seorang pria.

TBC

34. Young MarrigeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang