Part 6

757 42 0
                                    

Sehabis minum obat, Irene membantu dia lagi untuk rebahan. Dia mau tidur lagi, namun dia susah. Akhirnya dia memilih untuk membuka mata, dia tidak mau pura-pura tidur.

"Kenapa tidak tidur?" tanya Irene lembut menatap Jean.

"Tidak bisa tidur lagi, Kak," balas Jean jujur.

Irene mengambil inisiatif berbaring lagi di ranjang lalu memeluk Jean kembali dan mengelus kepala Jean, lama kelamaan Jean mulai mengantuk dan akhirnya terlelap.

Irene sendiri tidak tega membiarkan Jean terjaga padahal Jean butuh istirahat total, dia tidak keberatan jika dia harus memanjakan Jean juga. Dia memutuskan untuk tidur juga, dia tidak tugas lain selain mengurus Jean.

Sore harinya, lagi dan lagi Irene bangun lebih dulu. Dia menyentuh kening Jean, ternyata demamnya sudah turun. Dia melihat jam, lalu memutuskan untuk kembali ke kamar lebih dulu untuk mandi barulah dia memasak.

Jujur saja, Irene baru masak sekali saja sudah lelah karena mengerjakan semua sendiri belum lagi mencuci peralatan kotornya. Apalagi Jean yang tiap hari memasak sarapan dan makan malam, ditambah Jean juga kuliah, dia tidak bisa membayangkan betapa lelahnya itu.

Setelah memasak, Irene makan malam lebih dulu barulah dia membawa makan ke kamar Jean. Dia melihat Jean baru saja keluar dari kamar mandi, dia buru-buru menaruh makanan dan membantu Jean kembali ke ranjangnya.

"Kenapa tidak nunggu? Kalau kamu jatuh gimana?" tanya Irene kuatir.

"Aku baik Kak, lagipula jarak kamar mandi dekat," balas Jean membuat Irene pasrah.

"Kamu makan dulu, habis itu minum obat lagi," kata Irene sambil mengambil makanan Jean.

"Kakak sudah makan?" tanya Jean penasaran.

Jean tidak mau Irene hanya mengurus dirinya dan lupa dengan diri sendiri, dia tidak mau Irene sakit juga. Jika Irene belum makan, dia akan menyuruh Irene makan dulu, dirinya bisa makan sendiri lagipula badan dia saja yang panas dan pusing bukan berarti dia tidak bisa makan sendiri.

Sejak awal Jean tidak menolak untuk disuapin karena dia tidak mau Irene sedih gara-gara dia menolak kebaikan Irene, jadi dia menerima saja apalagi dia sangat nyaman saat Irene memeluknya sampai-sampai dia bisa terlelap, dia tidak ada niat untuk mengambil kesempatan saat sakit.

"Sudah," balas Irene singkat.

Irene kembali menyuapini Jean, untuk malam ini Jean makan lebih banyak dari sebelumnya. Irene bersyukur karene Jean mau makan banyak, sehabis makan Jean minum obat yang Irene berikan setelah itu Jean duduk bersandar.

Jean tidak mungkin tidur lagi, apalagi ini masih terlalu sore untuk tidur. Berhubung Jean tidak tidur, tidak ada salahnya Irene bertanya supaya dia tahu penyebab Jean jatuh sakit.

"Apa jadwalmu selama seminggu? Sampai kamu bisa sakit begini," tanya Irene menuntut penjelasan.

"Kuliah, kerja, masak," balas Jean sejujurnya.

"Yang lengkap, Je," kata Irene kesal dengan jawaban Jean sebelumnya.

Jean yang melihat Irene kesal, dia sedikit menyesal namun dia tidak salah juga menjawab singkat karena jadwal dia memang begitu saja. Dia mulai memberitahu Irene kalau hari Senin dan Rabu dirinya ada 2 mata kuliah sedangkan Selasa, Kamis dan Jumat ada 1 mata kuliah.

Setelah itu Jean langsung ke kantor, pulang jam 4 sampai rumah jam setengah 5. Masak buat makan malam, lalu makan dan lanjut kerja lagi di ruangannya. Sedangkan Sabtunya, dia masih lanjut kerja di ruangan dan rapat online jika mendesak. Barulah minggu dia bisa istirahat, itu pun kalau dia tidak ada kerjaan.

Reaksi Irene? Sangat kaget, dia baru tahu Jean sekeras ini pada diri sendiri. Jika dia menjadi Jean, dia sudah kelelahan. Kuliah, kerja lalu masak. Dia hanya tahu Jean kuliah, dia tidak tahu kalau Jean kerja juga.

Pantas saja Jean berani menjamin kalau Irene tidak akan disusahkan, jadi ini maksud Jean sejak awal. Sungguh dia merasa istri kejam karena membiarkan Jean memasak di saat Jean sendiri kelelahan, dia saja tidak pernah gantian masak dengan Jean.

Parahnya lagi Irene tidak tahu apakah Jean sudah sarapan atau makan malam belum? Sungguh, dia sangat keterlaluan. Sedangkan dirinya selalu diperhatikan namun dia tidak memperhatikan balik, padahal dia lebih tua dibanding Jean. Namun pikiran dia malah kekanak-kanakan, dirinya benar-benar menyesal.

Sekalipun Irene dan Jean menikah tanpa cinta, tapi perlakuan Jean seperti ini membuat dia senang. Apa dia harus membuka hati untuk Jean? Dia akui Jean memang sempurna, apa yang kurang darinya? Cantik? Iya. Baik? Jelas. Perhatian? Jangan tanya lagi. Kaya? Sangat. Hanya sayangnya Jean bukan pria, itu saja.

"Apa kamu tidak lelah?" tanya Irene lembut.

"Aku sudah biasa Kak, sekalipun aku lelah juga aku tidak mau mengeluh. Lagipula, aku begini juga bukan sekali dua kali. Jadi, jangan kuatir. Maaf, aku ngerepotin. Kakak bisa kuliah lagi, tenang aku bisa jaga diri," balas Jean menenangkan Irene.

"Mulai sekarang, kamu tidak boleh kerja lagi di rumah sehabis pulang kerja. Makan malam, biar aku saja yang masak," tegas Irene tentunya Jean menolak.

"Tidak usah Kak, lagipula sakit biasa. Aku tidak mau Kakak terbebani, Kakak berhak bersenang-senang di luar sana," tolak Jean halus.

"Nurut Jean, buat apa kamu banyak uang, kalau kamu jatuh sakit!" tegas Irene yang kesal dengan Jean.

"Baiklah, aku nurut," balas Jean pasrah.

Setelah Irene memarahi Jean, mereka sama-sama diam. Jean bingung mau ngomong apa? Sedangkan Irene masih kesel sama Jean. Namun Jean tidak mau diam saja, rasanya terlalu canggung membuat dia tidak nyaman juga.

"Kak, besok Kakak kuliah 'kan," kata Jean membuat Irene menatapnya.

"Tidak, aku izin sampai kamu sembuh dan kamu tidak perlu protes," balas Irene cepat membuat Jean bungkam.

Belum protes saja sudah dilarang, Jean memilih diam saja walau dalam hatinya dia menyesal menyusahkan Irene yang membuat Irene izin kuliah demi merawatnya. Bosan diam saja, dia memilih untuk rebahan. Main ponsel juga, dia yakin Irene melarangnya.

"Kak, apa Kakak tidur di sini malam ini?" tanya Jean menatap Irene penuh harap.

"Iya, aku tidur di sini," balas Irene lembut yang tahu tatapan Jean membuat Jean senang.

"Makasih dan maaf aku ngerepotin Kakak," kata Jean tulus.

Mereka kembali diam, sampai jam 9 malam tentu saja Irene sudah menyuruh Jean tidur. Jean yang tidak biasa tidur jam segini tentu saja dia menolak, ditambah dia sudah tidur lama sedari tadi.

Irene yang tidak mau mendengar penolakan Jean, dia kembali berbaring dan memeluk sambil mengelus kepala Jean. Tidak peduli seberapa lama Jean akan tertidur, Irene hanya mau Jean tidur tidak lebih dari jam 10 malam.

TBC

34. Young MarrigeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang