Part 8

662 36 0
                                    

Sayangnya Jean tidak berani mengakui kalau dia mencintai Irene, dia pesimis jika Irene menyukai bahkan mencintai pria. Setidaknya Jean bersyukur dan berterima kasih sama orang tuanya, mereka memberikan dia pendamping yang sangat cantik namun dia punya permintaan lain.

Jean tidak bisa tinggal di sini lagi, dia mau ke luar negeri untuk menata hidup barunya tanpa Irene. Dia tidak mau hidupnya hanya terfokus pada Irene saja, dia juga berhak bahagia dan dia janji dia akan kembali secepatnya setelah hidup dia sudah membaik dan menerima kalau Irene bukan miliknya lagi.

Sebagai orang tua, mereka mengizinkan walau mereka tahu ini berat apalagi mereka belum pernah berpisah jauh dari sebelumnya. Setelah permasalahan selesai Jean pamit ke kamarnya sekaligus mau mengemas barang-barangnya.

Jean yang sudah masuk ke kamarnya, Sean menelepon Galeno dan menjelaskan semuanya. Galeno sebagai Papa dari Irene meminta maaf atas apa yang terjadi, dia juga terpaksa setuju dengan perceraian apalagi Jean yang meminta.

Tenang, Galeno tidak akan memarahi Irene atas permintaan Sean karena Irene tidak salah. Sehabis memberitahu Galeno, Sean dan Helen kembali ke kamar. Sedangkan di kamar Jean, dia sudah mengemas barang-barangnya dan memutuskan untuk ke rumah orang tua Irene.

Sedangkan di tempat lain, Irene baru saja tiba di rumah. Dia masuk dan rumah sangat sepi, memang jam segini selalu sepi apalagi dia selalu sendiri dan Jean akan pulang jam setengah 5.

Kali ini benar-benar berbeda, rasanya sepi dan hampa. Memang benar, Jean selalu pulang lebih lama namun Jean selalu menyempatkan waktu ngobrol santai dengan Irene jika Irene yang meminta setelah menjemput Irene, intinya semua yang Irene minta pasti Jean lakukan.

Pertanyaan terbesar dalam diri Irene, apakah dia benar-benar bisa hidup tanpa Jean? Jika Jean mengajukan cerai saat awal pernikahan mereka, dia yakin dia langsung setuju tanpa pusing-pusing lagi.

Sekarang berbeda, Irene benar-benar mencintai Jean. Sejak Jean sakit dan hubungan mereka mulai dekat, benih cinta itu tumbuh dengan sendirinya. Dia tidak bisa jauh dari Jean, namun dia harus apa?

Apa Irene harus mengikuti egonya yang membiarkan Jean pergi atau dia mengikuti kata hatinya untuk menghampiri Jean dan memintanya membatalkan perceraian itu? Dia pusing sekarang, dia memutuskan untuk mandi dan masak sambil memikirkan keputusan apa yang harus dia ambil nanti.

Sementara Jean sudah tiba di rumah Irene, dia segera bertemu dengan orang tua Irene. Tanpa basa basi, dia minta maaf karena dia tidak bisa mempertahankan pernikahan mereka dan menjaga Irene lagi. Orang tua Irene sudah tahu, namun mereka kagum dengan sifat dia yang berani datang langsung untuk meminta maaf.

Jean datang menemui orang tua Irene untuk membahas perceraian dia dengan Irene secara baik-baik, dia tidak mau dirinya dianggap tidak punya tanggung jawab. Sejak awal, dia diberikan tanggung jawab sama orang tua Irene, sudah jelas dia harus mengembalikan Irene pada orang tuanya.

Setelah menjelaskan semua dan mengembalikan Irene pada orang tuanya, Jean memutuskan untuk pamit. Jean tidak akan memutuskan hubungan dia dengan mereka, dia tidak akan merusak hubungan baik karena perceraian dia sama Irene.

Sedangkan di tempat Irene, dia sudah mandi dan masak, dia mulai makan dengan tenang. Sehabis itu dia kembali ke kamarnya, namun ponsel dia tiba-tiba berbunyi membuat dia segera mengambil dan melihat siapa yang menelepon dirinya.

"Malam Pa, tumben telepon Iren malam-malam begini," kata Irene setelah mengangkat telepon.

"Malam sayang, Papa sudah tahu soal Jean mengajukan cerai sama kamu. Jean datang dan meminta maaf pada kami karena dia tidak bisa menjaga kamu lagi, apa masalahnya?" tanya Galeno tegas.

Sekalipun Galeno sudah dijelaskan sama Jean dan Sean, dia butuh penjelasan dari sudut pandang anaknya. Dia mau meluruskan masalah ini, dia tidak mau sang anak menyesal sekalipun pernikahan ini awalnya didasari tanpa cinta tapi dari penjelasan Jean yang sudah mencintai Irene, ada kemungkinan Irene pun sudah mencintai Jean balik.

"Salah paham saja, Pa," balas Irene jujur.

"Salah paham? Kamu yakin? Tidak mungkin salah paham saja, Jean pamit sama kami kalau besok pagi dia mau pergi ke LN," tegas Galeno kembali membuat Irene kaget, Irene tidak tahu jika Jean akan pergi jauh.

"Jean pergi pa?" tanya Irene memastikan.

"Papa cuma mau bilang, apa pun keputusan kamu jangan kamu sesali nanti. Jika kamu sudah mencintai Jean, sebaiknya kamu susul ke rumahnya. Papa bisa meminta supir mengantar kamu ke sana, jika kamu tidak mau Papa tidak akan memaksa," balas Galeno tanpa menjawab pertanyaan Irene sebelumnya.

"Pa, Iren juga tidak mau bercerai sama Jean. Aku akan ke rumah orang tua Jean, aku tunggu supir Papa," kata Irene cepat membuat Galeno diseberang sana tersenyum senang.

Setelah panggilan terputus, Irene buru-buru berganti pakaian. Tidak mungkin dia pergi menggunakan piyama saja, dia berganti pakaian santai lalu mengunci rumah dan menunggu supir datang. Tidak lama supir datang, dia segera masuk mobil. Beberapa menit kemudian, dia tiba di rumah orang tua Jean lalu memencet bel dan Sean yang membukakan pintu.

"Malam Pa, maaf bertamu semalam ini," kata Irene yang tidak enakan.

"Tidak masalah sayang, kamu mau bertemu Jean?" tanya Sean to the point.

"Iya Pa," balas Irene singkat.

"Anak itu ada di ruang kerjanya, ayo Papa antar," ajak Sean diikuti Irene dari belakang.

Setibanya di ruang kerja, Sean menyuruh Irene masuk sedangkan Sean langsung kembali ke kamarnya. Ruang kerja Jean tidak pernah dikunci, jadi Irene bisa masuk dengan bebas. Saat masuk, ruang kerja Jean tidak jauh beda dengan ruang kerja di rumah mereka.

"Kenapa tidak istirahat? Ini sudah malam," kata Irene membuat Jean yang fokus kerja menoleh kearahnya.

"Kakak kenapa di sini? Siapa yang antar? Ini sudah larut malam, bagaimana kalau Kakak kenapa-kenapa di tengah jalan," tanya Jean bertubi-tubi karena dia kuatir dengan Irene apalagi jarak rumah mereka ke sini lumayan jauh.

"Bisa tidak jawab pertanyaan aku dulu?" tanya Irene kesal.

"Maaf, aku kuatir tadi. Aku masih ada kerjaan, lagipula kebiasaan aku dulu juga begini sebelum nikah dengan Kakak," jelas Jean sejujur.

"Kembali ke kamar Jean!" tegas Irene diangguki Jean.

Jean bisa saja menolak perintah Irene, melihat Irene yang kuatir membuat dia urungkan. Dia mengajak Irene ke kamarnya, tidak mungkin dia membiarkan Irene balik sekarang. Setibanya di kamar, Jean memberikan piyama miliknya dan diberikan pada Irene.

"Menginap saja Kak, aku takut Kakak kenapa-kenapa di jalan," bujuk Jean diangguki Irene.

TBC

34. Young MarrigeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang