Part 9

679 36 0
                                    

Jean memberitahu di mana ruang gantinya, lalu Irene segera ke sana dan segera berganti pakaian. Memang kamar Jean sangat luas, apalagi dia terlahir dari keluarga kaya raya dan pakaiannya juga bermerk semua. Walau begitu, tampilan dia sangat sederhana yang membuat orang lain berpikir dia anak biasa saja sekalipun pakaian dia mahal-mahal.

"Aku mau bahas sesuatu," kata Irene setelah berganti pakaian.

"Katakan saja, Kak," balas Jean mempersilakan.

"Kamu mau ke LN besok?" tanya Irene membuat Jean diam.

Jean diam karena dia kaget, dari mana Irene tahu hal ini? Sejauh yang dia tahu, hanya orang tuanya saja yang baru dia beritahu. Seharusnya dia sudah paham maksud dan tujuan Irene ke sini malam-malam, kenapa dia tidak menyadari hal ini lebih awal?

"Kenapa diam saja?" tanya Irene lagi.

"Iya, itu benar," balas Jean jujur.

"Batalkan surat cerai itu dan batalkan kepergianmu, aku dan Rian tidak ada hubungan apa-apa," tegas Irene dibalas gelengan.

"Kak, aku tidak bisa. Aku tidak mau Kakak terbebani dan terpuruk jika terus mempertahankan pernikahan ini," tolak Jean halus.

"Aku cinta kamu, Je. Apa ini kurang untuk mempertahankan pernikahan kita?" kata Irene jujur.

Jean sangat kaget, dia tidak menyangka kalau Irene benar-benar mencintai dia, jadi cinta dia juga tidak bertepuk sebelah tangan. Namun dia tidak bisa senang dulu, dia tidak tahu apakah Irene benar-benar mencintainya atau tidak.

"Kakak serius? Kakak tidak bohong 'kan, kalau Kakak cinta aku juga?" tanya Jean memastikan.

"Iya sayang, aku serius," balas Irene yang mendapat pelukan tiba-tiba dari Jean.

"Makasih Kak, aku bahagia. Aku cinta Kakak juga," kata Jean membuat Irene senang.

Setelah melepaskan pelukan, Jean mengajak Irene tidur. Sejujurnya Jean belum mengajukan surat cerai, dia akan menyuruh pengacara melakukannya setelah dia pergi, namun dia tidak memprediksi Irene akan datang dan menyatakan cintanya juga.

Sungguh malam ini, malam bahagia keduanya. Mereka tidak mengikuti ego masing-masing dan mengungkapkan perasaan satu sama lain, setidaknya mereka tidak akan menyesal telah jujur saling mencintai dengan begitu mereka bisa bersama kembali.

Keesokan harinya, Irene dan Jean memutuskan kembali ke rumah setelah mereka sarapan bersama. Orang tua Jean tentu senang mendengar kedua tidak bercerai, setidaknya hubungan keduanya berjalan lancar. Setelah mereka pulang, mereka mengambil barang-barang untuk keperluan kampus lalu pergi bersama.

Hari ini dan seterusnya, Irene memutuskan untuk diantar jemput sama Jean saja. Jean juga tidak keberatan dengan begitu mereka memiliki waktu bersama lebih lama, tenang dia tidak akan telat juga jika mengantar Irene lebih dulu.

Selama perjalanan, mereka berbicara hal-hal sederhana seperti apa yang nanti siang mau dimakan dan selalu mengingat untuk tidak telat makan atau jajan sembarangan. Setelah mereka tiba di kampus Irene, Irene mencium pipi Jean membuat Jean mematung.

Irene yang melihat Jean seperti itu terkekeh, baginya sangat lucu reaksi Jean. Entah kenapa dia sangat menyukainya, lain kali dia akan mencium Jean lagi biar dia bisa melihat reaksi lucu Jean terus. Setelah itu, dia dengan tidak bertanggung jawab malah pamit sama Jean dan keluar dari mobil begitu saja.

Jean yang sadar ditinggal membuat dia menghela nafas, bukannya dia tidak suka dicium hanya saja dia kaget dengan serangan tiba-tiba dan ciuman Irene membuat jantung dia tidak normal. Dia menetralkan jantungnya dulu setelah itu dia menuju kampusnya, dia tidak mau telat dengan alasan konyol.

"Dilihat-lihat ada yang lagi bahagia nih," kata Alexa saat dia melihat Irene masuk kelas.

"Ada apa Iren? Cerita kali, biar kami tidak penasaran," timpal Viona penasaran.

"Kami tidak jadi cerai," balas Irene senang.

"Jadi, kamu benar-benar cinta sama dia?" tanya Alexa serius diangguki Irene.

"Selamat kalau gitu," balas mereka kompak.

Mereka senang kalau Irene dan Jean tidak bercerai. Apalagi keduanya memang serasi, mereka malah senang kalau keduanya menyadari perasaan masing-masing sebelum keduanya kehilangan.

Saat pulang kuliah, Jean sudah tiba di kampus lebih dulu sebelum Irene pulang. Dia tidak mau Irene menunggu terlalu lama, ditambah cuaca sangat panas. Irene yang melihat mobil Jean, dia segera pamitan sama kedua sahabatnya dan masuk ke mobil.

"Sudah lama?" tanya Irene sambil memakai seat belt.

"Aku baru sampai juga, Kakak mau makan di luar atau langsung pulang?" balas Jean sekaligus bertanya.

"Di luar saja, kamu belum makan juga," kata Irene diangguki Jean.

Jean memang belum makan siang, tidak ada salahnya juga dia makan berdua sama Irene. Dia segera melajukan mobilnya ke resto terdekat, dia tidak mau membuat Irene lama di perjalanan yang membuatnya kelaparan.

15 menit kemudian, mereka sudah tiba di resto lalu Jean memarkirkan mobilnya dulu dan mereka masuk bersama. Jean membiarkan Irene memilih makan lebih dulu, setelah itu baru dirinya.

Walau Jean tahu makanan kesukaan Irene, tetap saja dia mau membiarkan Irene yang memilih. Siapa tahu Irene mau memakan makanan lain yang belum pernah Irene coba sebelumnya, jadi Jean tidak mau membatasi ruang untuk Irene memilih.

Setelah Jean dan Irene memesan makanan, mereka tinggal menunggu makanan datang saja. Sambil menunggu, Jean menanyakan kuliah Irene hari ini. Jika Irene kesulitan, Irene bisa bertanya padanya.

Irene tahu Jean pintar, ditambah kamar Jean semua isinya buku bahkan ruang kerjanya pun buku intinya di mana Jean tempati tidak jauh dari buku. Irene sendiri tidak akan sungkan jika nantinya dia tidak tahu dan bertanya pada Jean, sekalipun Jean masih muda dan baru kuliah.

Setelah makanan yang mereka pesan datang, mereka makan dengan tenang. Sehabis makan, Jean mengantar Irene kembali ke rumah. Apalagi Jean harus segera kembali ke kantor, ada kerjaan yang harus dia urus.

Jean tidak akan melarang Irene untuk pergi ke mana pun Irene mau, lagipula Irene bisa menggunakan kartu miliknya untuk berbelanja. Irene memang tahu Jean sangat baik, perhatian dan loyal padanya namun dia tidak akan boros lagi sejak dia tahu kartu yang Jean berikan padanya hasil kerja Jean sendiri.

Jean tidak masalah Irene mau habisin uang dia juga, lagipula uang dia tidak akan habis sampai 7 turunan juga. Terlebih dia mencari uang untuk Irene, jika Irene dulu bahagia sama orang tuanya, dia tidak mungkin membuat Irene hidup menderita setelah menikah dengannya.

"Kak, kalau mau belanja, belanja saja, uang itu buat Kakak juga malah tambah banyak kalau Kakak tidak pakai," kata Jean santai setelah mereka tiba di perkarangan rumah.

"Uangnya disimpan saja, buat kebutuhan mendesak," balas Irene dibalas gelengan.

TBC

34. Young MarrigeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang