Part 4

784 51 0
                                    

Jean tidak akan menyuruh Irene masak, dia tahu betapa lelahnya Irene sehabis kuliah dan berbelanja. Jika dibandingkan dirinya, jelas dia jauh lebih lelah karena bekerja sambil kuliah dan langsung masak tanpa beristirahat dulu. Sehabis memasak, dia kembali ke ruang tamu untuk memanggil Irene.

"Makan dulu Kak, aku sudah siapin," kata Jean ramah.

Setelah menyuruh Irene makan, Jean kembali ke ruang makan untuk mengambil porsi makannya dan membawa ke ruang kerjanya. Dia tidak akan menemani Irene makan malam, dia tahu Irene pasti risih apalagi mereka hanya orang asing yang dipersatukan dalam pernikahan paksa.

Jean sudah pergi, Irene menuju ruang makan dan melihat masakan yang Jean buat. Dia tidak menyangka kalau Jean mau membuatkan makanan kesukaannya, dia mencoba masakanan Jean dan rasanya sama enaknya seperti sarapan. Sehabis makan, dia kembali ke kamarnya dan mengerjakan tugas kuliahnya.

Sedangkan Jean masih terus bekerja sampai jam 2 pagi barulah dia berhenti dan memutuskan untuk beristirahat di ruang kerja karena dia tidak mau menganggu waktu tidur Irene jika dia kembali ke kamarnya. Walau dirinya tidur hanya beberapa jam saja sudah cukup, apalagi dia sudah terbiasa.

3 bulan pernikahan mereka sudah berjalan, Irene selalu cuek sama Jean dan Jean tidak mempermasalahkan hal itu bahkan Jean selalu memperhatikan kondisi Irene. Seperti biasa, rutinitas Jean masak sarapan, kuliah, kerja, masak makan malam dan kerja lagi. Tidak ada kata lelah dalam kamusnya, sekalipun dirinya diambang batas tetap saja dia memaksakan diri sampai dirinya benar-benar masuk rumah sakit atau pingsan barulah dia berhenti sebentar dari kerjaan.

Pagi ini ada yang berbeda, jika biasanya Irene akan melihat sarapan di meja makan ini tidak ada sama sekali. Dia berpikir kalau Jean terburu-buru dan tidak sempat menyiapkan sarapan, dia segera pergi ke kampus dan sarapan di kampus saja. Sedangkan di ruang kerja, Jean baru saja terbangun dan melihat pukul 9 pagi yang artinya dia sudah terlambat kuliah.

Jean mau memaksakan dirinya untuk beranjak dari sofa, hanya saja kepala dia terasa berat. Mau tidak mau dia mengirimkan pesan singkat ke dosen yang mengajar dan sekretarisnya kalau hari ini dia tidak masuk karena sakit, setelah mengirimkan pesan dia kembali memejamkan matanya.

Bukannya Jean tidak mau sarapan, hanya saja dia tinggal sendiri dan Irene sudah pergi kuliah. Dia juga tidak mau merepotkan orang tuanya, mending dia kembali istirahat dan memasak kalau pusingnya sudah membaik. Sedangkan di kampus, Irene menjadi uring-uringan seolah ada yang tidak beres. Sahabatnya yang melihat Irene sangat heran, apa yang Irene cemaskan saat ini? Tanpa pikir panjang, Irene mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Jean.

Jean yang baru saja ingin tertidur, dia urungkan mendengar ponselnya berbunyi. Dia mengambil ponsel yang dia letakan di meja samping sofa, dia heran saat melihat Irene yang menelepon dirinya. Dia langsung menerima panggilan tersebut tanpa berpikir lagi, mungkin saja Irene butuh sesuatu. Walau dia sakit, fokus utama dia tetap Irene jadi tidak heran kalau dia berusaha keras membahagiakan Irene.

"Halo Kak," sapa Jean lemas.

"Ada di mana?" tanya Irene tegas.

"Rumah Kak," balas Jean sejujurnya.

Tanpa membalas panggilan Jean, Irene mematikan panggilannya. Hal ini membuat Jean heran, namun dia tidak peduli juga dan menaruh kembali ponsel di meja dan kembali beristirahat. Sementara itu, Irene pamit sama sahabatnya dan menitipkan izin ke dosen kalau dia tidak bisa ikut kelas hari ini.

Sahabatnya sangat kaget mendengar Irene izin, apalagi mereka sangat tahu kalau Irene paling anti namanya bolos atau izin, sekalipun mereka sahabatan dan mengajak bolos langsung ditolak sama Irene bagi Irene kuliah sangat penting dan sekarang Irene malah izin. Tanpa menjelaskan kebingungan mereka, Irene langsung pergi ke parkiran untuk pulang.

Sejak Irene telepon Jean, dia sudah tahu kalau Jean sakit jadi dia tidak akan keberatan izin sehari untuk merawatnya. Dia bukan orang yang tidak tahu diri, selama ini Jean selalu memperhatikan dia bahkan dirinya tidak kekurangan apa pun. Sangat disayangkan sikapnya seolah tidak suka dan tidak peduli dengan kehadiran Jean, walau dirinya masih belum terbiasa hidup bersama orang asing. Sungguh keterlaluan bukan?

Jean selalu melakukan segalanya untuk Irene, sedangkan dia hanya cuek bahkan dia tidak akan tahu Jean sakit jika dia tidak meneleponnya tadi. Di perjalanan pulang, dia menyempatkan diri membeli bubur karena dia tidak mungkin memasak yang membutuhkan waktu lama ditambah Jean juga belum sarapan.

Setelah membeli bubur dan pulang, Irene bergegas ke kamar Jean dan melihat kamarnya kosong. Dia mulai mencari ke ruangan satu lagi di mana ruangan itu digunakan Jean untuk bekerja, di sana dia melihat Jean memejamkan matanya dan tidur di sofa. Sungguh dia tahu tidur di sofa tidaklah nyaman, sekalipun sofanya empuk.

Irene menaruh makanan di meja dan menghampiri Jean yang masih terlelap, dia menyentuh kening Jean dan panas banget. Dia mulai membangunkan Jean dengan menepuk pipi Jean pelan, Jean yang terusik mulai membuka matanya dan betapa kagetnya Jean melihat dia di sini yang Jean tahu harusnya dia masih kuliah.

"Kamu demam, kita ke rumah sakit ya," bujuk Irene lembut.

"Tidak perlu ke rumah sakit, Kak. Tolong ambilkan ponselku saja," tolak Jean halus.

Irene tidak memaksa, dia mengambil ponsel yang ada di dekat meja dan memberikan ke Jean. Jean langsung menelepon Reina yang merupakan tante dari Mamanya yang merupakan seorang dokter, makanya dia tidak mau ke rumah sakit kalau dia masih sakit di rumah pasti Reina yang dia telepon beda urusan kalau dia pingsan atau sakit di kantor pasti langsung diseret paksa sama Nayla sang sekretaris sekaligus Kakak untuknya ke rumah sakit.

"Halo Tan, bisa ke rumah Je sekarang?" sapa dan tanya Jean dengan suara pelan.

"Tante segera ke sana, kamu rebahan saja dulu," balas Reina yang sudah tahu Jean sakit.

"Makasih Tan, maaf ngerepotin," kata Jean sekaligus akhir dari percakapan mereka.

Reina memang memutuskan panggilan lebih dulu, dia tidak mau Jean selalu merasa bersalah karena merepotkan dirinya. Setelah panggilan berakhir, Irene mengambil ponsel Jean dan memapah Jean kembali ke kamarnya.

Tidak mungkin Irene membiarkan Jean tidur di sofa, beruntungnya rumah ini tidak terlalu besar jadi jarak kamar Jean dengan ruang kerja tidak terlalu jauh.

Jean memang sengaja memilih rumah sederhana, dia tidak mau Irene terganggu dengan orang asing lain di sekitarnya, setidaknya seminggu sekali pelayan akan membersihkan rumah mereka.

TBC

34. Young MarrigeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang