Part 16

511 20 0
                                    

Keesokkan harinya, Irene dan Jean pamit setelah mereka sarapan bersama Galeno dan Shila. Mereka tidak pulang, mereka memilih menginap di rumah orang tua Jean seperti keinginan mereka. Setibanya mereka di rumah Sean, mereka tentu melihat Sean dan Helen sedang asik berduaan di ruang tamu. Kedatangan mereka membuat Sean dan Helen senang, apalagi mereka sangat jarang berkunjung.

"Kapan kalian honeymoon? Sejak kalian menikah, kalian belum honeymoon?" tanya Helen tiba-tiba.

"Kalau sekedar jalan-jalan tunggu Irene lulus dulu Ma, kalau menimang cucu sudah jelas harus menunggu lama. Je tidak mau fokus dan perhatian Irene terbagi sama anak kami nanti, Je mau berdua dulu sama Irene," balas Jean serius.

Kalau masalah honeymoon, Jean bisa mengaturnya. Dia menunggu Irene lulus karena dia tidak mau skripsi Irene harus tertunda atau terganggu gara-gara mereka honeymoon, kalau soal anak dirinya sudah jujur. Ditambah dia masih muda, dia masih mau berduaan bukan memikirkan anak apalagi dirinya saja masih dikatakan ke kanak-kanakan.

"Nyesel Mama nikahin Irene sama kamu, berasa Irene nikah sama anak kecil," kata Helen kesal.

"Ma, aku anak Mama atau Irene yang anak Mama? Kenapa salahin aku?" tanya Jean tak kalah kesalnya.

Sean dan Irene hanya menyimak, mereka bingung kalau mereka memisahkan salah satu ujung-ujungnya mereka juga yang kena. Sean tahu Helen dan dirinya ingin memiliki cucu dari Jean, namun Sean melihat Helen egois karena memaksa kehendaknya sendiri apalagi pernikahan ini bukan mereka yang jalani cukup mereka sudah egois dengan memaksa Jean menikah.

"Anak Mama hanya Irene, Irene mau kasih Mama cucu sedangkan kamu tidak," balas Helen.

"Ma, Je masih mau berduaan sama Irene. Lagipula kita masih muda, aku mau menikmati waktu berdua sebelum diganggu sama anak nanti," jelas Jean menahan emosinya.

"Mau sampai kapan? Umur kalian terus bertambah," balas Helen yang mencecar Jean.

"Ma, Je sama Irene baru menjalin cinta. Biarkan kami saling mengenal dan dekat satu sama lain, kami masih muda!" kata Jean yang tidak sadar menggunakan nada tinggi.

Jean sudah kesal dengan sifat Helen, dia memilih kembali ke kamarnya, tidak peduli mau dikatakan anak kurang ajar sekalipun. Dia tahu apa yang harus dia lakukan, dia juga mau memiliki anak namun bukan sekarang. Usia dia dan Irene masih muda bahkan Irene saja belum genap 25 tahun, masih banyak hal yang harus dipertimbangkan bukan asal bicara saja.

Niatnya datang berkunjung untuk senang-senang malah membuat mood Jean menjadi hancur, kenapa orang tuanya tidak seperti orang tua Irene? Yang datang ditanya kabar atau dimasakin makanan kesukaan, bukan ditanya kapan punya anak? Kalau tahu begini, dia nyesel datang. Sean tidak marah dengan sikap dia, Sean tahu gimana sifat anaknya.

Sejak kecil Jean selalu nurut sama orang tuanya, apa pun yang mereka minta atau inginkan pasti dia turuti. Namun Sean juga setuju dengan pemikiran Jean, sekalipun dia sudah berumah tangga karena paksaan tapi dia selalu bisa memutuskan apa yang terbaik untuk keluarganya sendiri. Bagi Sean, selama itu baik Sean terima saja toh Sean akan punya cucu juga suatu hari nanti.

"Ma, maafin sifat Jean yang kurang ajar. Biar Irene yang kasih pengertian sama Jean, Irene ke kamar dulu ya," kata Irene sekaligus izin pergi.

Setibanya di kamar, Irene melihat Jean duduk di sofa sambil menyilangkan kedua tangannya di dada. Walau Jean ngambek atau marah, dia tidak pernah menyakiti diri sendiri apalagi menutup tubuhnya dengan selimut yang merugikan dia gara-gara pengap dan panas. Jean yang melihat Irene masuk, dia hanya menoleh sebentar.

"Kalau Rene mau bujuk Je, Je tidak mau denger," kata Jean penuh penegasan.

Irene tidak menjawab, dia memilih untuk mengunci pintu kamar supaya Sean dan Helen tidak masuk karena dia mau membahas permasalahan dalam rumah tangganya. Setelah mengunci pintu, dia duduk di samping Jean dan memeluk Jean. Dia tahu Jean banyak pikiran, dia tidak mau Jean memendam sendiri.

Jean yang dipeluk tentu saja kaget, namun ini yang dia butuhkan. Pelukan tanpa diminta lebih dulu, Irene sangat peka. Hanya saja dia tidak suka dipeluk saat kondisi dia kacau begini, sedari tadi dia berusaha tegar akhirnya runtuh. Dia benci memperlihatkan sisi lemahnya, Irene yang baru pertama kali melihat dia menangis, Irene mengelus punggung dia untuk menenangkannya. Irene tidak akan bertanya, jika Jean siap juga dia akan memberitahu. Apalagi ini masalah hati, Irene tidak mau melukai dia terlalu dalam.

"Je hiks pengen berdua sama Rene hiks, Je juga masih muda, Je belum hiks siap, Je takut hiks," kata Jean pelan yang masih terdengar sama Irene.

"Sayang, aku ngerti tapi kamu takutin apa? Kita berdua yang akan ngurus anak kita, kalau kita tidak tahu bisa tanya Mama," balas Irene lembut.

Jean melepaskan pelukan mereka, Irene menghapus air mata Jean. Irene tidak mengerti apa yang Jean takutkan sampai dia menangis seperti ini? Apa Jean benar-benar belum siap memiliki anak? Atau Jean tidak mau memiliki anak darinya? Namun Irene tidak mau berpikiran negatif dulu, dia masih menunggu jawaban dari Jean.

"Aku takut belum bisa menjadi orang tua yang baik buat anak kita nanti, apalagi kita masih muda dan sifat kita masih labil, aku tidak mau kita sudah punya anak dan tiba-tiba ribut lalu cerai yang membuat anak kita menjadi broken home. Aku mau berdua dulu sama kamu, biar aku bisa mengenal kamu lebih dekat," jelas Jean panjang lebar membuat Irene paham.

Irene membenarkan perkataan Jean, walau Jean masih muda namun pikiran dia selalu terdepan. Irene sendiri memiliki ketakutan yang sama, apalagi mereka berdua sama-sama masih muda namun orang tua mereka butuh cucu dari mereka, kalau bukan mereka siapa lagi? Ditambah mereka anak tunggal, membuat tuntutan semakin besar.

Irene memberikan pengertian pada Jean secara perlahan, dia tidak mau Jean berpikir yang aneh-aneh. Jean tahu dirinya egois, namun dia mau memiliki anak bersama Irene setidaknya setelah dia lulus kuliah. Alasannya, Jean bisa fokus sama keluarga kecilnya dan kerjaan saja. Irene tidak masalah, dia bisa memberikan pengertian ke orang tua mereka.

TBC

34. Young MarrigeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang