Part 12

587 30 0
                                    

Setelah Irene masuk kamar mandi, Jean menyiapkan piyama untuk Irene dan dirinya. Sehabis Irene mandi, giliran Jean mandi juga. Setelah mandi dan berganti pakaian, mereka segera beristirahat. Keesokan harinya, mereka sarapan lebih dulu sebelum berangkat ke kampus.

"Kak, mau aku antar atau nyetir sendiri?" tanya Jean menatap Irene.

"Setir sendiri saja, kamu pulang jam berapa nanti? Mau dimasakin apa?" balas Irene sekaligus bertanya balik.

"Aku lembur hari ini Kak, Kakak masak buat Kakak sendiri saja," kata Jean membuat Irene menatapnya tajam.

"Kamu tidak boleh lembur, jam setengah 5 tidak sampai rumah, aku susul ke kantor dan seret kamu pulang," tegas Irene tanpa bantahan.

"Kak, sehari aja. Kerjaan ini harus selesai besok, tidak mungkin aku tunda," bujuk Jean lembut berharap Irene mengabulkan.

"Intinya jam setengah 5 tidak pulang, aku seret. Aku tidak menerima apa pun alasannya, aku pergi dulu," tegas Irene lalu pergi.

Jean menghela nafas, jika begini dia harus buru-buru mengerjakan tugas buat besok lebih dulu dan mengerjakan hal lainnya nanti. Dia mengunci rumah dan melajukan mobilnya ke kampus, walau kemarin malam acara kantor tetap saja kantor masuk seperti biasa.

Setelah kuliah berakhir, Jean langsung ke kantor. Saat di ruangannya, Nayla sudah mengetuk pintu dan masuk dengan berkas yang Jean minta tadi pagi, sesuai pikirannya dia akan mengerjakan tugas besok dulu baru mengerjakan tugas lainnya.

"Murung banget Nona?" tanya Nayla setelah memberikan berkas.

"Istriku protektif banget, masa aku lembur hari ini tidak boleh," balas Jean lemas.

"Nona Irene sudah melakukan hal benar Nona, Nona bisa masuk rumah sakit lagi jika Nona memaksakan diri," kata Nayla menyetujui perkataan Irene.

"Aish, kalian sama saja," gerutu Jean membuat Nayla terkekeh pelan.

"Saya balik dulu Nona," izin Nayla diangguki Jean.

Setelah Nayla kembali, Jean melanjutkan tugasnya. Berhubung dia akan sibuk, dia meminta tolong sama OB untuk membelikan dia makanan, dia tidak mau mendengar ocehan dari Irene lagi jika Irene tiba-tiba datang ke kantor dan tahu dia belum makan.

Saat makan siang, Jean tentu saja melewatkan jika Nayla tidak mengingatkan dirinya. Jean makan sambil mengerjakan tugasnya, tidak heran kalau gelar pekerja keras melekat pada diri Jean. Bahkan sore harinya, Jean masih terus bekerja.

Sampai Irene nyusul dan masuk ke ruangannya saja, Jean cuekin karena Jean berpikir yang masuk itu Nayla. Irene menghampiri Jean yang masih asik bekerja, Jean yang mencium parfum Irene membuat dia menoleh.

"Argh sakit Kak," kata Jean meringis kesakitan saat telinganya dijewer.

Irene tidak peduli dengan ringisan Jean, dia menjewer Jean menuju parkiran. Saat Nayla melihat Jean dijewer tentu saja dia terkekeh pelan, siapa suruh Jean tidak mendengarkan kata Irene padahal Jean lebih tahu sifat Irene dibanding dirinya.

Jean tidak akan malu jika karyawannya melihat dia dijewer sama Irene, karyawan dia pasti masa bodo malah menikmati pemandangan dibandingkan bergosip apalagi kantor dia terkenal kekeluargaannya. Permasalahannya di sini, dia kesakitan.

Jean tahu dia salah gara-gara dia melupakan waktu, walau sebenarnya memang dia sengaja supaya dia bisa lembur. Dia tidak percaya kalau Irene benar-benar nyusul ke kantornya untuk menarik dia pulang saja, lain kali dia tidak akan mengabaikan peringatan Irene.

"Siapa suruh bandel? Aku sudah bilang kamu sampai rumah jam setengah 5, bukan masih di kantor," geram Irene dengan nada biasa, dia tidak mungkin membentak Jean sekalipun dia benar-benar kesal dengan istrinya ini.

"Maaf Kak, aku tidak lihat jam, beneran deh, lepasin dulu ya sakit ini," pinta Jean memelas.

Irene yang tidak tega melepaskan jewerannya meninggalkan bekas merah di telinga Jean, Jean hanya mengusap telinganya yang panas setelah itu dia merangkul Irene menuju parkiran.

Lagipula Jean sudah diberi izin boleh melakukan apa saja, terlebih mereka sudah sah. Irene diam saja, dia tidak akan menolak juga, dia malah suka Jean merangkul dia seperti ini ditambah Jean memang lebih tinggi dibanding dirinya.

Setibanya di parkiran, Jean meminta kunci mobil Irene. Dia tahu Irene ke kantornya menggunakan mobil, jadi mereka pulang menggunakan mobil Irene, sedangkan mobil dirinya akan diantar sama orang suruhannya.

Irene percaya sama Jean, dia memberikan kunci mobilnya pada Jean. Jean membukakan pintu untuk Irene dulu, setelah Irene masuk barulah dia masuk dan melajukan mobil dengan kecepatan sedang.

Perlakuan Jean yang sederhana ini membuat Irene bahagia, sejauh ini belum ada yang seperti Jean. Sungguh beruntung Irene memiliki Jean, sekalipun awalnya dia malah tidak peduli dengan keberadaan Jean.

"Kak, sebentar lagi Kakak lulus. Kakak mau lanjut kuliah lagi atau bagaimana?" tanya Jean menoleh sebentar lalu fokus ke jalan.

"Aku mau kerja sebagai sekretaris kamu," balas Irene membuat Jean memilih parkir di pinggir jalan.

"Kak, aku masih sanggup menafkahi Kakak. Aku tidak mau Kakak kelelahan, lebih baik Kakak melakukan hal lain," tolak Jean halus. Irene menghela nafas, susah membujuk Jean jika begini terus mau tidak mau dia harus tegas.

"Pertama, stop panggil Kakak terus karena aku bukan Kakak kamu. Kedua, aku tidak akan kelelahan terlebih aku tidak mau kamu sampai drop dan memaksakan diri untuk lembur. Ketiga, aku tahu kamu bisa mencukupi segala hal bukan berarti aku harus diam saja dan menerima hasil kamu. Kalau kamu tidak setuju, antar aku ke rumah orang tuaku," jelas Irene panjang lebar dengan nada serius.

"Baiklah Rene, aku terima," balas Jean pasrah.

Jean tidak ada pilihan lain selain menerima, dia tidak mau ancaman Irene benar-benar kenyataan. Dia sudah jatuh cinta pada Irene, dia tidak mau kehilangan apalagi berpisah. Katakan dia gila dan bodoh, namun Irene setengah hidupnya juga, dia tidak masalah kalau harus mengalah.

Setelah pembahasan berakhir, Jean melajukan mobilnya kembali ke rumah. Di rumah, Irene menyuruh Jean untuk mandi lebih dulu sedangkan dirinya memutuskan untuk masak. Dia tidak mau Jean yang masak nantinya, mending dia masak sekarang sambil menunggu Jean mandi.

Jean ke kamar dan mandi lebih dulu, sebenarnya bisa saja mereka mandi dulu apalagi kamar di rumah ini ada 2. Semenjak hubungan mereka membaik, kamar yang Irene tempati sudah tidak dia pakai lagi. Di sana hanya untuk menyimpan barang-barang Irene, di kamar Jean tidak mungkin muat soalnya penuh buku.

Setelah masak, Irene kembali ke kamar dan melihat Jean sudah mandi barulah dia masuk ke kamar mandi dan segera mandi. Sedangkan Jean, dia berganti pakaian dan menyiapkan piyama yang akan Irene gunakan. Setelah Irene mandi, mereka segera ke ruang makan.

TBC

34. Young MarrigeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang