Part 5

797 45 0
                                    

Setibanya di kamar, Irene menatap kamar Jean yang bisa dikatakan membosankan. Semua dihiasi dengan buku, di ruang kerja buku, di mana-mana buku berbeda dengan ruangannya yang sama sekali tidak ada rak buku.

Irene tidak akan protes dengan isi kamar Jean, terlebih dia baru pertama kali juga melihat kamar dan ruang kerja Jean selama berbulan-bulan dia di rumah ini. Irene membantu Jean untuk rebahan di ranjang lalu dia keluar untuk mengambil bubur yang sudah dia beli, dia kembali ke kamar.

"Sarapan dulu, Je," bujuk Irene dibalas gelengan.

"Tidak nafsu Kak," tolak Jean halus.

"Pelan-pelan ya, kamu harus makan walau sedikit," bujuk Irene lagi membuat Jean pasrah.

Irene menyuapini Jean pelan-pelan, Jean menerima suapan itu walau rasanya sangat hambar. Saat Jean makan 5 suap, dia sudah meminta Irene untuk berhenti. Irene tidak akan memaksa, setidaknya Jean sudah makan walau sedikit. Tiba-tiba ada yang menekan bel, Irene segera membukakan pintu dan melihat siapa yang datang.

"Kamu pasti istrinya Jean, cantik sekali," puji Reina saat melihat Irene.

Kenapa Reina belum mengetahui istri Jean, saat pernikahan mereka, dia tidak datang karena ada pasien yang harus dia tangani dan Jean tidak masalah karena nyawa lebih penting, soal pernikahan Jean setidaknya dia mendoakan yang terbaik saja sudah cukup untuk Jean walau dia tahu Jean masih muda untuk menikah.

"Makasih Tan, ayo masuk dulu," balas Irene sopan.

Reina masuk dan meminta Irene untuk mengantarnya ke kamar Jean, tujuan dia di sini untuk memeriksa Jean dulu, urusan bertamu bisa nanti setelah dia tahu Jean tidak sakit serius. Irene tentu mengantar dia ke kamar Jean, di sana dia langsung memeriksa Jean yang masih terlelap padahal Irene baru tinggal sebentar.

Reina menatap Irene yang cemas, bukannya dia tidak tahu kalau pernikahan keponakan tersayang dia ini didasari paksa dan tidak saling mencintai, namun melihat reaksi Irene membuat dia lega setidaknya Irene masih kuatir dengan Jean dan semoga saja Irene mau membuka hati untuk Jean.

"Je hanya demam biasa, dia selalu drop dan berakhir demam jika kelelahan dan memaksakan dirinya. Apa kamu tahu Je bekerja sambil kuliah dan istirahatnya hanya beberapa jam bahkan sampai bergadang?" kata Reina lembut dibalas gelengan.

"Maaf Tan, Iren tidak pernah perhatiin Jean," balas Irene menyesal.

"Bukan salah kamu, untungnya Tante selalu bawa obat untuk Je. Kamu kasih dia minum obatnya 3x sehari setelah makan, pastikan Je meminum obatnya karena dia tidak akan minum obatnya kalau tidak dipaksa," jelas Reina panjang lebar.

Reina berkata seperti ini karena dia sudah tahu gimana karakter keponakannya itu, bisa dikatakan Jean sangat susah disuruh minum obat sekalipun kapsul atau tablet tetap saja tidak akan diminum dengan alasan nanti-nanti kalau mereka lupa malah Jean senang karena Jean tidak harus minum obatnya.

"Makasih Tan, Irene akan pastikan Je minum obatnya," balas Irene diangguki Reina.

Reina percaya sama Irene, setelah memberikan obatnya langsung saja dia pamit karena dia harus ke rumah sakit untuk memeriksa pasien yang lain. Saat Irene mau mengantar dia keluar, dia melarang dan meminta Irene untuk menjaga Jean saja di kamar, Irene mengiyakan dan mengucapkan terima kasih lagi sebelum dia benar-benar pergi.

Aku keterlaluan ya? Padahal dia juga tidak mencintaiku tapi dia jauh lebih dewasa dan menerima pernikahan ini, kata Irene dalam hati sambil menatap Jean yang masih terlelap.

Tiba-tiba ponsel Irene berbunyi dan ternyata Helen yang menelepon dirinya, dia segera mengangkat. Di percakapan, Helen meminta tolong sama Irene untuk tidak kesal atau marah jika Jean bersikap manja pada Irene nantinya.

Irene menyanggupi permintaan Helen, dia tidak akan merasa kesal ataupun marah jika Jean manja padanya. Dia tidak setega itu juga memarahi Jean di saat sakit, setelah percakapan berakhir, Irene tetap di kamar Jean untuk merawatnya.

Setengah jam kemudian, Jean terbangun. Irene yang melihatnya langsung menghampiri Jean dan duduk di pinggir kasur, Jean melihat Irene hanya diam saja. Jujur Jean masih pusing, namun dia tidak mau mengeluh apalagi bermanja sama Irene, dia takut Irene tidak nyaman.

"Minum obat dulu Je," kata Irene dibalas gelengan.

"Kamu mau apa biar minum obat?" tanya Irene sekaligus membujuk Jean.

"Tiduran sambil peluk boleh?" tanya Jean pelan sekaligus ragu-ragu.

"Asal kamu minum obat dulu," balas Irene menyetujui dibalas anggukan.

Irene membantu Jean minum obatnya setelah itu Irene tiduran di samping Jean, membuat Jean langsung memeluk Irene. Irene mengelus kepala Jean, hal ini membuat Jean nyaman dan mulai terlelap.

Posisi ini memang tidak nyaman untuk Irene, dia tidak masalah juga. Melihat Jean sakit, entah kenapa dia sedih dan melihat Jean yang tidur damai membuat dia senang melihatnya. Apa dia mulai mencintai Jean? Dia sendiri tidak tahu.

Setelah Irene memastikan Jean terlelap, dia melepaskan pelukan Jean pelan-pelan. Bukannya dia tidak suka, dia sudah melihat jam di mana dia harus memasak makan siang untuk mereka.

Tidak mungkin Irene menyuruh Jean yang masih sakit masak sendiri, jadi dia memutuskan untuk membuat makan siang. Walau dia anak manja dan suka boros, bukan berarti dia tidak bisa masak. Dia bisa masak, hanya saja untuk rasa jauh dari Jean.

Sehabis memasak, Irene memilih untuk makan lebih dulu. Dia tidak mungkin makan sambil merawat Jean, sehabis makan barulah dia membawa makanan untuk Jean ke kamar. Tidak masalah Jean makan di kamar, dirinya tidak mungkin menyuruh Jean ke ruang makan.

Di kamar, Irene melihat Jean masih terlelap. Walau dia tidak tega membangunkan Jean, namun dia tidak mau Jean tambah sakit kalau telat makan. Dia menaruh makanannya di meja, setelah itu dia membangunkan Jean. Jean yang mudah dibangunkan, dia terbangun dan melihat Irene di depannya.

"Makan dulu ya, habis minum obat baru kamu tidur lagi," kata Irene lembut diangguki Jean pelan.

Irene membantu Jean mengubah posisinya dari rebahan menjadi duduk, lalu dia mengambil makanan dan mulai menyuapini Jean. Untuk makan, Jean masih makan sedikit dan Irene tidak masalah terpenting Jean makan dan minum obatnya.

Sehabis makan, Irene memberikan obat pada Jean. Jean hanya menatap obat itu tanpa niat, dia malas minum obat. Irene yang tahu Jean tidak mau minum obatnya, dia memasukan obatnya ke mulut Jean dan memberikan Jean segelas air.

Jean tentu saja kaget dengan tindakan Irene, dia terpaksa meminum obat itu jika dia biarkan saja lama kelamaan terasa pahit di lidahnya.

TBC

34. Young MarrigeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang