Tidak perlu ditanya siapa yang masak, sudah jelas Irene. Jean tidak akan menasehati Irene lagi, Irene pasti menolak karena Irene tidak selelah Jean jadi Jean menghargai apa yang Irene masak, terlebih masakan Irene tidak kalah enak dari masakannya.
Sehabis makan, rutinitas mereka seperti biasa yaitu bersantai di ruang tamu baru balik ke kamar untuk beristirahat sebelum jam 9 malam. Keesokan harinya, Jean mengantar Irene ke kampus barulah dia ke kampus juga.
Bedanya, hari ini Irene benar-benar mau ke kantor Jean bukan pulang ke rumah. Jean tidak masalah, terlebih ini masih pagi baru sekitar jam 11 an. Setibanya di kantor, mereka disapa sama karyawan yang berlalu lalang dan mereka membalas sapaan tersebut.
"Tujuan kamu ikut aku ke kantor apa, Rene?" tanya Jean penasaran.
"Aku mau belajar menjadi sekretaris kamu mulai sekarang, orang tua kita sudah setuju," balas Irene santai membuat Jean kaget.
Irene tidak bilang kalau dia mau belajar menjadi sekretaris Jean hari ini, kalau Jean tahu dia mau begini belum tentu dia izinkan apalagi dia sebentar lagi akan skripsi dan Jean tidak mau dia terganggu namun Jean tidak mungkin menolak di saat mereka sudah di kantor.
"Kak Nay, istri aku mau belajar tolong bimbingannya," kata Jean serius.
"Tenang saja Nona, saya akan mengajari Nona Irene," balas Nayla mantap.
"Aku masuk dulu ya, sayang," kata Jean mencium pipi Irene sekilas lalu masuk ke ruangannya.
Irene kaget dengan Jean yang mencium pipinya tiba-tiba apalagi di depan Nayla, seperti bukan Jean. Jean biasanya malu-malu dan tidak mau menunjukkan sisi romantisnya di depan orang lain selain merangkul saja, sekarang malah berani mencium pipinya.
"Nona mau mulai belajar sekarang?" tanya Nayla sopan.
"Apa tidak ganggu kerjaan Kakak?" tanya Irene balik.
"Tentu tidak Nona," balas Nayla jujur.
Nayla mulai mengajarkan apa yang harus Irene lakukan, Irene yang pada dasarnya mudah mengerti apa yang diajari membuat Nayla kagum. Mereka berhenti saat jam makan siang, Nayla menawarkan diri untuk memesankan makanan untuk mereka.
Irene tentu setuju, dia memesankan makanan untuk dia dan Jean. Walau dia belum tahu banyak makanan kesukaan Jean, dia bisa meminta Nayla merekomendasikan makanan untuk mereka. Tidak butuh waktu lama, makanan mereka sampai.
Nayla tentu makan di kantin, sebelum dia pergi dia sudah memberitahu Irene kalau Jean pasti masih bekerja karena Jean selalu lupa waktu kalau sudah bekerja. Irene membenarkan hal itu, setelah dia mengambil makanan dan mengucapkan terima kasih, dia segera masuk ke ruangan Jean.
"Makan dulu, Je," perintah Irene saat dia melihat Jean masih sibuk.
"Nanti Rene, kerjaan belum selesai," balas Jean tanpa melihat Irene.
"Makan atau kita pulang," ancam Irene membuat Jean menghampiri Irene dan membiarkan berkas-berkas di meja.
Irene memberikan makanan yang dipesan untuk Jean, mereka makan dengan tenang. Sehabis makan, Irene melarang Jean untuk langsung kerja. Jam makan siang masih panjang, Irene mau Jean meluangkan waktu sebentar untuk istirahat dulu.
Jean mengiyakan saja, jarang-jarang dia bersantai seperti ini saat di kantor, kalau bukan Irene yang memintanya, mana mungkin dia mau juga. Setelah jam istirahat berakhir, mereka kembali ke aktivitas masing-masing. Jean dengan berkasnya yang dia tunda tadi, sedangkan Irene ke tempat Nayla dan belajar kembali supaya dia bisa menjadi sekretaris Jean.
Waktu cepat berlalu, Irene yang melihat sudah jam 4 sore, dia memutuskan untuk pamit sama Nayla lalu ke ruangan Jean. Nayla tidak mungkin melarang Irene pulang, semenjak Jean menikah juga Jean memutuskan untuk pulang lebih awal jadi wajar-wajar saja terlebih Jean bos di sini.
"Ayo pulang," ajak Irene saat dirinya di ruangan Jean.
"Ayo," balas Jean menyetujui.
Sebenarnya Jean tidak masalah jika Irene menjadi sekretarisnya, hanya saja dia merasa Irene bukan sekretaris dia saja melainkan sebagai penjaga dirinya. Bukannya dia tidak suka diingatkan waktu makan dan pulang, hanya saja itu bukan tugas Irene dan dia tidak mau membebani Irene dengan segala hal yang Irene tidak sukai.
Namun Jean tidak bisa menolak Irene juga, dia tidak mau usaha yang Irene lakukan seolah sia-sia di matanya. Dia merapikan berkas-berkas miliknya, tidak ada berkas yang akan dia bawa pulang. Bisa-bisa Irene marah padanya, dia tidak mau istrinya marah untuk hal kecil saja.
Setidaknya Jean sudah menyusun berkas yang harus dia kerjakan besok pagi, supaya dia bisa mengerjakan berurutan sesuai tingkat mana yang harus dia dulukan atau bisa nanti-nanti.
Sehabis merapikan berkas, Jean mengambil blazer miliknya yang dia gantung lalu dilipat dan dibiarkan tergantung pada lengannya setelah itu dia mengambil tas dan merangkul Irene menuju parkiran.
Mereka yang melihat sudah biasa, tenang mereka tidak ada yang menghujat bos mereka menikah dengan siapa pun apalagi itu bukan hak mereka. Sepanjang perjalanan, baik Jean maupun Irene selalu disapa pulang tentu sapaan mereka dibalas sama keduanya.
Apalagi keduanya juga sangat ramah sama siapa pun, mereka beruntung memiliki bos dan istri bos yang sama-sama ramah dan baik ke siapa saja tanpa memandang status mereka di sini.
Seperti biasa, Jean selalu membukakan pintu untuk Irene lebih dulu baru dia masuk ke kursi pengemudi dan melajukan mobilnya ke rumah. Setibanya di rumah, Jean memarkirkan mobil lebih dulu barulah mereka sama-sama masuk ke rumah.
"Kamu mandi dulu saja, aku mau siapin makan malam," kata Jean yang pastinya ditolak mentah-mentah.
"Kita sama-sama mandi, kamu tidak boleh sentuh dapur," tegas Irene diangguki Jean.
Lagi dan lagi Jean harus mengalah, sebenarnya dia tidak lelah namun Irene tidak mau dia jatuh sakit lagi. Ditambah, saat Irene baru menjadi sekretaris dia, Irene baru tahu kalau dia langsung bekerja setelah kuliah berakhir tanpa beristirahat lebih dulu.
Jika Irene tahu lebih awal, sudah jelas Irene akan membatasi pergerakan dia di kantor, sayangnya dia selama ini terlalu cuek. Setelah mereka mandi, mereka sama-sama ke dapur. Sayangnya Irene menolak Jean untuk membantunya, dia tahu Jean lebih lelah darinya.
Jean tentu saja membantah, Irene juga sama lelahnya. Kenapa dirinya hanya disuruh diam saja? Dia membantu supaya Irene bisa masak lebih cepat dan mengurangi lelah yang Irene miliki, namun Irene lagi dan lagi menolak untuk dibantu membuat dia hanya bisa diam memperhatikan Irene memasak. Setelah Irene memasak, Jean membantu Irene membawa masakan itu ke ruang makan.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
34. Young Marrige
Kısa HikayeBudayakan membaca sebelum lanjut! Cerita ini GxG (Girl x Girl) Kalau kalian tidak suka atau trauma (phobia) atau masih bocah sebaiknya mingat dari sini, jangan asal main report saja! Karena kalian yang salah masih terus baca, sudah tahu ada peringat...