Part 17

535 19 0
                                    

Beberapa hari kemudian, Irene sudah mulai skripsi tentu dia selalu ke kantor Jean walau dia hanya numpang duduk dan ngerjain skripsi saja. Lagipula Nayla selaku sekretarisnya dulu masih bekerja, Jean tidak memindahkan Nayla ke mana pun.

Nayla tetap menjadi sekretaris Jean sekalipun Irene juga menjadi sekretarisnya, dia melakukan ini supaya Irene tidak kelelahan dan alasan dia yang masuk akal membuat Galeno dan Sean menyetujui hal itu.

Jean tahu membuat skripsi itu membuat Irene stress belum lagi banyak maunya dosen pembimbing, bukan berarti dia cuek saja. Malam harinya saat Irene sudah pulas tertidur, dia malah terbangun.

Dirinya hanya pura-pura tidur, alasannya? Jean tahu Irene sudah kelelahan dan dia mau membantu membuatkan skripsi Irene, walau dia tahu ini tidak baik namun dia tidak mau melihat Irene nantinya bergadang.

Bersyukurlah Jean yang memiliki otak cerdas, dia mencari tahu semua tentang skripsi Irene secara cepat lalu dia mulai menyusun dari bab 1 sampai ke bab 3. Jika Irene sudah mengerjakan, dirinya tinggal menambah atau mengurangi isi dari skripsi yang Irene buat.

Jean mengerjakan semuanya dengan cepat, dia tidak mau kepergok Irene sedang mengerjakan skripsi Irene. Setelah dia melihat waktu sudah jam 3 pagi, dirinya buru-buru menutup laptop dan kembali beristirahat, dirinya tidak masalah kalau beristirahat sebentar saja.

Jam 6 pagi, Irene sudah bangun lalu dia mandi dan menyiapkan sarapan untuk mereka. Dia melihat wajah damai Jean yang masih terlelap, dia akan membangunkan Jean setelah sarapan jadi. Berhubung Jean tidak bisa makan nasi untuk sarapan, Irene membuat pancake untuk sarapan mereka.

Setelah pancake dan susu sudah jadi, Irene kembali ke kamar untuk membangunkan Jean. Biasanya Jean akan bangun lebih dulu sebelum Irene, hal ini membuat dia heran bahkan setelah dia membuat sarapan saja Jean belum bangun.

"Je, bangun yuk," kata Irene sambil menepuk pipi Jean pelan.

Jean yang merasa terusik, dia segera bangun dan melihat Irene berada di depannya sambil tersenyum. Dia ikut tersenyum dan menyapa Irene, tentu saja Irene menyapa dia balik.

Jujur, Jean merasa tidak enak karena dia bangun belakangan. Dia segera ke kamar mandi, setelah itu mereka turun ke ruang makan untuk sarapan bersama. Di ruang makan, mereka sarapan dengan tenang.

Setelah itu, mereka berangkat bersama ke kampus. Irene ke kampus tentu untuk mencari referensi sekaligus konsultasi ke dosen pembimbing mengenai skripsinya. Sedangkan Jean, sudah jelas dia ke kampus karena dia ada jadwal.

Setelah mereka tiba di kampus, Irene mencium pipi Jean seperti biasa dan Jean membalas ciuman Irene di pipi juga sehabis itu Irene turun dan Jean melajukan mobilnya menuju kampus. Tujuan Irene ke perpustakaan, dia mengeluarkan laptop dan membuka word yang sudah dia tulis kemarin.

Anehnya, Irene merasa skripsi dia berubah bahkan bertambah banyak. Seingat dia, dia hanya menulis beberapa halaman saja sekarang sudah berpuluh-puluh halaman.

Siapa yang mengerjakan? Hanya Jean yang di rumah, apa mungkin Jean yang mengerjakan? Tapi, dia sudah memastikan Jean tertidur lebih dulu, mana mungkin Jean mengerjakan.

Jujur Irene pusing, namun skripsi ini tidak ada yang aneh malah nyambung dengan judul yang dia tuliskan. Daripada pusing-pusing, mending dia melanjutkan tugasnya. Sedang Jean, dia fokus kuliah walau dia kurang tidur semalam.

Rutinitas mereka berlangsung begitu, sampai seminggu ini Irene merasa aneh dengan skripsi yang dia tulis selalu berbeda saat besoknya dia mengerjakan. Bahkan seminggu ini juga Jean selalu bangun lebih lama dibanding Irene, hal ini membuat Irene menaruh curiga pada Jean.

Hari ini, sehabis Irene membuat sarapan, dia membangunkan Jean dan dia panik saat badan Jean panas. Dia segera mengambil ponsel Jean, berhubung mereka sudah dekat jadi password ponsel masing-masing itu ulang tahun pasangan mereka.

Setelah membuka ponsel Jean, Irene mencari kontak Reina. Reina yang ditelepon buru-buru mengangkat hanya saja dia bingung karene suaranya bukan suara Jean, akhirnya dia tahu kalau ini Irene istrinya Jean.

Tanpa basa basi Irene langsung memberitahu kalau Jean demam lagi, padahal obat yang Reina berikan masih ada. Seharusnya Irene tidak perlu sepanik ini, Reina lebih dulu menenangkan Irene setelah itu barulah dia bertanya soal obat yang pernah dia berikan sebelumnya.

Jika obatnya habis, nanti Reina datang dan memberikan lagi. Jika masih ada, sebaiknya minum obat yang ada dulu. Seandainya panasnya belum turun juga besok, barulah Irene bawa Jean ke rumah sakit.

Biasanya Jean hanya demam seharian saja, besoknya sudah turun. Kecuali, Jean pingsan barulah Irene boleh membawa Jean ke rumah sakit.

Irene mencari obatnya dulu tanpa memutuskan panggilannya dengan Reina, setelah dia menemukan obatnya barulah dia menutup telepon dan meminta maaf sudah menganggu waktunya Reina.

Irene mengambil makanan dari ruang makan lalu kembali ke kamar dan membangunkan Jean untuk makan, setelah Jean makan barulah dia menyuruh Jean meminum obatnya.

"Jujur sama aku, kamu 'kan yang ngerombak skripsi aku," kata Irene tegas.

"Maaf," balas Jean pelan.

"Kenapa sih Je! Kamu tahu sendiri tubuh kamu gimana, kenapa malah bergadang? Ini tugas aku, bukan tugas kamu," kata Irene yang kesal.

"Aku tidak mau kamu jatuh sakit gara-gara kelelahan," balas Jean jujur.

"Sekarang siapa yang sakit? Kamu tidak pikirin gimana perasaan aku saat tahu kamu sakit?" tanya Irene membuat Jean bungkam.

Jean tidak berpikir sama ke sana, dia hanya berpikir Irene tidak boleh sakit karena dia tidak mau sampai hal itu terjadi. Dia tidak memikirkan gimana perasaan Irene jika dirinya yang sakit, padahal dia sudah tahu Irene selalu kuatir padanya jika dia sakit dan dia mengabaikan hal itu.

"Sudahlah, kamu mending istirahat," lanjut Irene lembut.

Irene tidak mau Jean tambah pikiran lagi, dia tahu gimana sifat istrinya itu. Lebih mementingkan dirinya dibanding diri sendiri, namun melihat Jean begini juga membuatnya sakit.

Sehabis Jean makan dan minum obat, Irene memutuskan untuk sarapan dulu barulah dia balik ke kamar dan menemani Jean beristirahat. Dia sudah tahu Jean tidak akan mau beristirahat tanpa ada pelukan atau elusan di kepalanya dan benar saja setelah dia kembali, dia melihat Jean masih terjaga padahal dia sudah menyuruhnya istirahat.

Irene merawat Jean dengan baik, hal ini membuat Jean menyesal karena dirinya tidak mempertimbangkan kalau dia akan tumbang. Kalau dia sakit, sama saja dia menyusahkan Irene dan membuat Irene tambah lelah.

Mau menyesal juga sudah kejadian, Jean lebih baik istirahat di pelukan Irene yang sangat nyaman untuknya. Apalagi Irene selalu memanjakan dia saat sakit, walau dia tahu Irene kesal karena dia tidak bisa jaga kesehatan dengan baik.

TBC

34. Young MarrigeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang