Jean tidak salah 'kan, dia hanya dilarang membantu masak bukan berarti dia tidak boleh membantu memindahkan makanan ke ruang makan. Mereka makan dengan tenang, sehabis makan barulah mereka pindah ke ruang tamu.
"Kapan mulai skripsi?" tanya Jean tiba-tiba.
Bukan tanpa alasan Jean bertanya demikian, mereka sudah masuk semester genap yang artinya Irene sudah mulai sibuk dengan skripsi. Irene yang tadinya fokus menonton, dia menatap Jean yang masih menunggu jawaban darinya.
"Minggu depan," balas Irene diangguki Jean pelan.
"Fokus skripsi saja Rene, aku tidak mau kamu kelelahan jika kerja," kata Jean perhatian.
"Apa ini alasan kamu biar aku tidak pantau kamu dari dekat?" tanya Irene penuh selidik.
"Tidak," balas Jean cepat.
Jean tidak mau Irene salah paham, dia benar-benar tidak mau Irene kelelahan dan fokusnya terbagi antara kerja dan kuliah, walau dirinya bisa melakukan keduanya namun Irene baru merasakan dan dia tidak mau menunda kelulusan Irene gara-gara skripsi yang tertunda.
"Aku tetap ke kantor, tapi aku kerjain skripsi bukan kerja tidak masalah 'kan?" tanya Irene meminta izin.
"Sama sekali tidak masalah, malah aku suka seperti itu," balas Jean tersenyum.
Senyum yang membuat Irene senang, dia menyukai senyuman itu. Dia juga tidak menyesal sudah menikah dengan Jean, Jean sangat perhatian dan selalu mengalah demi dirinya. Dia tetap ke kantor untuk mengawasi Jean, dia tidak mau Jean terlalu fokus bekerja sampai melupakan waktu makan.
"Yuk tidur," ajak Jean lalu Irene mematikan televisi yang sedari tadi menyala.
Mereka kembali ke kamar dan beristirahat, Irene sangat senang melihat Jean yang mengajak mereka tidur lebih awal itu artinya Jean mulai membiasakan diri untuk tidur teratur. Di kamar, mereka langsung beristirahat karena aktivitas mereka besok masih berlangsung.
Keesokan harinya mumpung hari sabtu dan mereka tidak ada yang ke kampus, sudah jelas Irene akan bangun siang apalagi selama 5 hari ini sangat melelahkan baginya. Berbeda dengan Jean, dia tetap bangun pagi dan menyiapkan sarapan.
Jean sarapan lebih dulu dan membiarkan Irene masih tertidur, dia tidak mau menganggu tidur Irene namun dia sudah menyiapkan sarapan untuk Irene jadi Irene terbangun tidak akan kelaparan.
Setelah sarapan, Jean memutuskan untuk ke ruang kerja dan mengerjakan tugasnya yang belum kelar kemarin. Jika Irene tahu dia bekerja sepagi ini, sudah jelas dia akan dimarahin habis-habisan namun dia tidak peduli juga toh Irene belum bangun.
2 jam kemudian, jika Jean bekerja jam 7 pagi artinya Irene baru bangun jam 9 pagi, bisa dikatakan sangat terlambat untuk sarapan. Kapan lagi coba menikmati hari libur kecuali sabtu dan minggu? Itu pun kalau tidak diganggu dengan tugas kuliah atau hal lainnya.
Saat Irene terbangun, dia tidak melihat Jean di kamar. Dia segera mandi lalu ke ruang makan, di sana dia melihat ada makanan untuknya dan sudah dingin dia yakin Jean bangun sudah lama. Dia sarapan walau makanannya tetap dingin, tetap saja rasanya sangat enak.
Sehabis makan, Irene menuju ruang kerja Jean. Di ruang tamu, dia tidak melihat Jean karena ruang makan dengan ruang tamu tidak jauh. Setibanya di ruang kerja, dia melihat Jean fokus pada berkas-berkas.
Irene tahu Jean bos muda yang memiliki perusahaan besar, apa perlu waktu liburan yang digunakan untuk bersantai bersama keluarga malah sibuk dengan kertas-kertas yang memuakan?
"Je, aku sudah bilang apa sama kamu? Tidak boleh kerja saat di rumah, kenapa kamu malah kerja?" tanya Irene datar menatap Jean tajam.
"Maaf, aku tidak bisa tunda. Bahan ini harus aku selesaikan segera, hari Senin sudah harus siap," balas Jean lembut.
Irene yang sudah kesal memilih keluar dari ruang kerja Jean menuju ruang tamu, dia lagi malas memarahi Jean lagi jika Jean saja tidak mau mendengarkan kata-kata dia.
"Pasti marah deh," gumam Jean pusing.
Di satu sisi Jean memiliki tanggung jawab penting dalam kerjaan, apalagi berkas ini memang penting dan hari Senin dirinya ada rapat jadi dia harus menyelesaikan sekarang. Di sisi lain, dia tidak mau melihat Irene kesal dan marah padanya.
Jean tahu harusnya dia bersantai dengan Irene hari ini, bukan sibuk dengan tumpukan berkas. Mau tidak mau dia meminta Nayla untuk membereskan sisanya, setelah itu dia mencari Irene untuk meminta maaf.
"Rene maaf," kata Jean berlutut sambil memegang kedua tangan Irene.
"Kerja aja sana," balas Irene menarik tangannya yang dipegang.
"Maafin aku, aku janji tidak ngulangin lagi. Maafin ya," pinta Jean bersungguh-sungguh.
"Aku maafin," balas Irene lulus membuat Jean tersenyum.
"Kamu mau ngapain hari ini?" tanya Jean setelah dirinya duduk di samping Irene.
"Ke rumah Papa dan Mama kita yuk, kita nginap sehari di rumah aku lalu sehari di rumah kamu," usul Irene menatap Jean.
"Boleh, ayo berangkat," ajak Jean cepat.
Mereka tidak perlu membawa pakaian karena pakaian mereka di rumah masing-masing masih ada, lagipula mereka nginap hanya sehari dan ukuran pakaian mereka juga sama jadi bisa meminjam satu sama lain.
Irene sangat senang Jean menyetujui usulnya, mereka segera berangkat ke rumah Irene lebih dulu mengingat rumah Irene memang lebih jauh dibanding rumah Jean. Selama di perjalanan, Jean sesekali melihat Irene.
"Je, apa kamu tidak marah dengan sifatnya yang keras kepala dan kadang pemaksa?" tanya Irene menatap Jean yang fokus menyetir.
"Pernikahan itu untuk menyatukan dan melengkapi satu sama lain, jika aku tidak menerima kekurangan kamu untuk apa kita menikah?" balas Jean serius.
Sungguh Irene sangat terharu dengan jawaban Jean, Jean berkata jujur karena dia menerima segalanya dari diri Irene. Jika dia marah dan egois, pernikahan mereka tidak akan berlangsung lama. Salah satu harus ada yang mengalah, jika tidak menerima ya bisa dibicarakan dengan baik.
Apa pun yang dibicarakan dalam kondisi marah, dampaknya tidak baik. Ibarat api yang membara ditambah bensin, bukannya padam malah tambah besar apinya. Jean tidak mau hal itu terjadi, dia mau pernikahan ini hanya sekali dan bertahan sampai mereka tua.
Setibanya mereka di rumah Galeno, Jean memarkirkan mobilnya lebih dulu barulah mereka masuk bersama. Kedatangan mereka tentu membuat Galeno dan Shila kaget, tidak dipungkiri kalau Galeno dan Shila sangat merindukan Irene anak kesayangannya.
Jika Galeno dan Shila tahu mereka akan datang hari ini, Shila akan memasak makanan kesukaan mereka. Tapi Shila juga tidak sedih, ini masih pagi dan dia bisa menyiapkan makanan untuk siang dan malam juga ditambah keduanya senang saat tahu mereka akan menginap semalaman.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
34. Young Marrige
Short StoryBudayakan membaca sebelum lanjut! Cerita ini GxG (Girl x Girl) Kalau kalian tidak suka atau trauma (phobia) atau masih bocah sebaiknya mingat dari sini, jangan asal main report saja! Karena kalian yang salah masih terus baca, sudah tahu ada peringat...