10. Kangen!

17 5 0
                                    

"Kamu serius, tangan kamu luka loh Zea, emang masih bisa kerja?" tanya pak Reno selaku bos Zea di Resto tempat dirinya bekerja.

"Gakpapa kok pak, lukanya juga gak terlalu parah, Zea juga masih kuat kok!" ucap Zea menunduk hormat.

"Yasudah kalau nanti sakit kamu izin saja dulu, takutnya nanti sakitnya makin parah, lagian kamu ini ada-ada saja kenapa bisa jatuh pas disekolah?!" ucap Reno menasehati, mau bagaimana pun ia sudah menganggap Zea sebagai anaknya sendiri.

"Iya Pak, Zea nya aja tadi yg ceroboh makanya bisa jatuh!" ucap Zea berbohong, ia tidak mungkin memberitahu orang lain jika luka yg ia dapatkan itu bekas bullyan. "Yasudah pak Zea kerja dulu ya!" pamit Zea, setelah mendapatkan izin melalui anggukan kepala, Zea pun pergi melanjutkan pekerjaan nya yg sempat tertunda.

Namun saat dirinya keluar dari ruangan bos nya suara notifikasi di handphone nya mengalihkan atensi nya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah melakukan chat dgn kakak kelas nya selalu ikut membully nya, dirinya langsung kembali untuk bekerja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah melakukan chat dgn kakak kelas nya selalu ikut membully nya, dirinya langsung kembali untuk bekerja. Ia tidak akan mengingat lagi kejadian tadi siang di sekolah.

Pekerjaannya ia lakukan dgn baik sama seperti biasanya.

***
Dua bulan sudah berlalu, remaja laki-laki yg sudah melakukan operasi satu bulan lalu kini tengah berdiri di balkon apartemen nya di Singapura.

Tatapan nya menatap langit yg dipenuhi bintang-bintang, pikiran nya selalu di penuhi gadis bernama Zea itu. Setelah dirinya melihat wajah Zea di HP sang Ibu, dirinya tdk penasaran lagi dgn rupa gadis polos yg selalu bersamanya sebelum dirinya ke negeri orang untuk berobat.

"Zea kangen sama gua apa engga ya?" tanya nya entah pada siapa. Helaan nafas lelah ia keluar kan. Andai saja bunda nya tidak memiliki urusan mungkin dirinya sudah berada di negara asalnya.

Tia yg baru memasuki apartemen nya melihat sang anak yg tengah berdiri di balkon apartemen. Langkah kakinya mendekati anaknya.

Tangannya terulur menggapai pundak tinggi sang anak, dengan senyuman hangat dirinya menatap anaknya yg sudah bisa melihat ini. Ada perasaan senang yg tidak bisa ia jabarkan hanya dgn ucapan ataupun ungkapan.

𝐓 & 𝐙 {ᴛɪᴀɴ&ᴢᴇᴀ} ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang