Chappter 7

47 9 2
                                    

Presentasi presale berjalan mulus bahkan Airin bisa menarik perhatian calon client dengan materi yang dibawa, sesi tanya jawab bisa Airin atasi. Meskipun ada beberapa point pertanyaan yang tidak terlalu dikuasi olehnya namun ia tetap menjawab dengan percaya diri dan tampil menguasi panggung. Para BOD dibuat puas bahkan yakin perusahaan bisa menang tender kali ini. Terutama pak Haris terlihat bangga dengan kecakapan yang dimiliki oleh Airin, persis salinan sang ibu yang cakap dalam public speaking.

"Luar biasa Airin." sambut pak Haris bangga ketika Airin kembali kemeja timnya dan acara kembali dipandu oleh MC.

"Terimakasih. Ini semua juga berkat kesempatan bapak ibu." Jawab Airin

"Bagaimana bu yakin kita menang?" Tanya salah seorang lead divisi.

"Kalau dilihat point kita sekarang lebih unggul. Semoga harganya masuk ya."

Acara selesai beberapa vendor mulai meninggalkan aula pertemuan. "Keren banget kamu Rin." Puji salah seorang pria tinggi dari tim sales.

"Makasih Yoel." Balas Airin tersenyum. "Kalau kita menang ini hasil kerja tim."

Yoel menunduk dan mendekat ke arah telinga Airin. "Pantas Bian ngejar lo mati-matian." Bisiknya menggoda agar rekan kerja yang berdiri dekat mereka tidak ikut mendengar.

Mendengar pujian Yoel sekaligus godaan, Airin tertawa kecil.

"Ka Yoel!"

Keduanya menoleh, seorang wanita menghampiri mereka. bola mata Yoel membulat, senyumnya mengembang melihat siapa yang memanggil namanya. Sementara Airin tertegun sesaat. Dia hampir tidak dapat mempercayai matanya sendiri.

"Wendy! apa kabar?"

"Baik. Lupa kapan terakhir kita ketemu. Ngga nyangka justru ketemu disini."

Ditatapnya Wendy dari atas sampai ke bawah. Airin membetulkan letak kaca matanya. Melihat dengan cermat lanyard yang terkalung di leher Wendy. Queen group. Penampilan Wendy berubah drastis waktu terakhir kali bertemu, surainya dicat coklat terang dibiarkan tergerai dengan ikal diujung bawah. Riasan wajahnya tidak menoncolok serasi dengan office wear yang slim fit membalut tubuh rampingnya menambah kesan dewasa.

"Loh kamu kerja di Queen group Wen?" Seingat Yoel sejak bertolak kuliah masternya di luar negeri, Wendy belum lanjut bekerja. Tanpa disangka sekarang justru menjadi calon client-nya. Lumayan kenal orang dalam. Pikir Yoel geli.

"Ah iya aku belum lama join." Pandangan Wendy bergulir, ia separuh terkejut menyadari wanita yang berdiri disebelah Yoel. Penampilan anggun Airin membuat Wendy nyaris tidak mengenalinya, kini memakai kaca mata dengan office wear menambah kesan kharismatik tersendiri. Tubuhnya juga terlihat lebih ramping. Namun buru-buru Wendy meralat sikapnya barusan. "Eh, ci."

Airin memaksakan senyum. "Halo Wendy."

"Hi ci, sorry ya ngga bisa lama-lama. Aku duluan ya, kak Yoel, ci Airin." Wendy mohon diri sambil tersenyum ramah juga ke rekan kerja lainnya.

Ketika Wendy benar-benar menghilang dari pandangan, salah seorang bertanya penasaran. "Kalian kenal dengan orang Queen group?"

"Kami satu almamater." Sahut Yoel.

***

Airin duduk pada tepi beton taman mall mengusung konsep Mall without walls, dari kejauhan Bian berjalan kearahnya dengan kedua tangannya membawa segelas kopi dan milkshake strawberry. Cahaya senja yang terbias mengenai surai putihnya tampak seperti malaikat tampan yang bersinar terang penuh kedamaian, memandangnya mengalirkan kehangatan dalam hati Airin. Begitu sorot matanya yang selalu tersenyum itu berubah amat lembut. Airin tak mampu mengindahkan tatapannya.

Elegi biru | BaekReneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang