Chappter 13

35 7 0
                                    

Sebelum mulai ada Istilah-istilahnya ya gaes. Aku terjemahin sesimple mungkin.

BRD (Business Requirement Document) = dokumen yang isinya solusi bisnis dari projek. Jadi sistem yg dibuat itu patokan awalnya dari BRD.

CR (Change Request) = Permintaan tambahan proses atau berubahan dari User diluar BRD, simplenya revisi tapi dah diluar konsep sebelumnya. Ini kena charge alias bayar.

List issue = point-point keluhan user menggunakan sistem, misal salah upload data, human error, karena bug sistem atau sistem ada error. Kalau ada issue ini biasa langsung di perbaiki sm tim.
Terakhir bisa jadi permintaan user yang baru kepikiran karena sudah pakai sistem. (Nah ini kena CR)

Tambahan ya ges. Kalau projeknya besar alias mahal nanti dapat bonusnya makin gede jg. Projek gede itu dari mana? Makin banyk yg di custom sistemnya dan makin byk permintaan. Dan dapat bonus waktu projeknya kelar. Semoga kebayang yak.

***

Perlahan-lahan Airin bangkit dari atas tempat tidurnya demikian hati-hati agar tidak membangunkan Bian. Masih duduk di atas tempat tidur, tanpa sengaja Airin menghela napas jengkel. Terlalu keras dalam kesunyian kamar itu. Pagi-pagi begini sakit kepala, semalam ia tidak bisa langsung terlelap tidur, inilah akibatnya. Diliriknya kesebelah, Bian belum terjaga.

Pukul delapan kurang Bian masih belum terjaga padahal Airin sudah siap berangkat ke kantor. Bian tidak mau bangun biarpun Airin mengecup dan mengusap-usap pipinya lembut.

"Bian...." Bisik Airin di dekat telinga suaminya. "Bangun, sudah siang."

Tidak ada jawaban, melenguhpun tidak. Sunyi, pagi ini tanpa ada tawanya yang lepas menyapa dinding-dinding kamar mereka, tidak ada ciuman selamat pagi yang mendarat di pipi Airin seperti biasa. Tidak ada kegaduhan pagi-pagi di dapur. Semuanya seakan membisu.

Sia-sia Airin menunggu, memanggilnya, menunggu lagi, hanya membuang waktu saja. Bian tidak membuka matanya walaupun ia tahu Bian sudah bangun. Bian masih membeku dalam kemarahannya. Hari ini bi Sri diminta Airin datang lebih pagi, entah mengapa ia sedikit khawatir meninggalkan rumah dan membiarkan Bian seorang diri di rumah dalam keadaan marah.

"Bian, aku berangkat kerja dulu." Izin Airin walaupun tahu Bian tidak akan menyahutnya. Bian juga tidak bergerak dari tempat tidurnya. "Tadi aku beli sarapan, sarapannya ada di meja makan." Imbuh Airin sesaat sebelum keluar dari pintu kamarnya.

***

"Belum bangun?" Nyonya Tanaka mebelalakkan mata sedemian rupa sampai bi Sri mundur ngeri. "Airin ngga bangunin?"

"Sudah bu. Cuma pak Bian belum mau bangun."

"Haduh Airin tahunya cuma kerja! Suami ngga diurus."

Bi Sri hendak membantah, baru membuka mulut tiba-tiba nyonya Tanaka menerjang kedepan. lantas Bi sri menepi. Begitu lewat tubuh wanita paruh baya itu tercium harum tapi tidak dengan perilakunya. Ia naik ke lantai dua, seolah-olah berada di rumah sendiri. Mendorong dan membuka pintu kamar dengan kasar.

"Bian!" Seru nyonya Tanaka tidak sabar membangunkan putra kesayangannya masih mendengkur di atas kasur pada pukul sebelah. Diguncang-guncangkan tubuh Bian dengan gemas. "Bangun Biiii! Sudah jam berapa ini."

"Ah, mama!" Bian membalikkan tubuhnya dan menyambar selimut menutupi wajahnya. "Masih ngantuk!"

Ditarik selimut yang menutupi wajah Bian. Disingkirkan selimut itu jauh-jauh. Langsung tercium sisa bau rokok yang menempel di pakaiannya. "Kamu semalam ngerokok? terus langsung tidur begini, astaga Bian!"

Elegi biru | BaekReneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang