Chappter 17

33 6 0
                                    

UAT (User Acceptance Testing) adalah pengujian akhir dari pengembangan atauu custom sebuah produk untuk mem-validasi bahwa sistem yang dibangun telah sesuai dengan kebutuhan user.

***

Membaca pesan dari Bian bergegas Airin mengemasi barangnya yang bertebaran di meja kerja dan menutup laptop. Airin beranjak dari tempat duduk dan menjinjingkan tasnya. "Ongkos pulang nanti bisa direimburse. Kalian lanjut besok saja, saya duluan ya."

"Hati-hati ci." Sahut rekan kerjanya.

Begitu menutup pintu ruang meeting, Suara pria yang sangat dikenalnya memanggil namanya membuatnya tersentak seperti disengat lebah. Reflek Airin menoleh.

"Pak Haris." Sapa Airin separuh terpaksa.

Celaka! Kenapa diwaktu yang tidak tepat berpapasan dengan pak Haris. Padahal waktu sore tadi Airin tidak melihat keberadaan pak Haris, tahu-tahu sudah dibelakangnya dan hendak pulang. Lantas terbayang sudah di kepala Airin bagaimana reaksi Bian nanti.

"Saya ngagetin kamu ya?" Tanya pak Haris ramah.

"Sedikit pak." Jawab Airin rikuh.

"Lembur? Kondisi kamu sudah baikan?" Pak Haris membuka topik obrolan selagi menunggu pintu lift terbuka. Beberapa hari silam sewaktu Airin kontrol ke dokter saat jam kerja pak Haris yang memberinya izin.

"Sudah jauh lebih baik pak. Kata dokter perbanyak olahraga saja, ngga perlu bergantung sama obat."

"Ah syukurlah. Jangan terlalu sering kamu lembur, takut-takut nanti malah sering kambuh." Ujar pak Haris perhatian, Airin tidak merasa ganjil dengan sikap pedulinya. Kepedulian pak Haris pada setiap karyawannya diakui oleh semua karyawan, jadi rasanya tak ada yang ganjil akan setiap perhatiannya. Perawakannya memang tampak tegas dan berwibawa namun dibalik itu semua pak Haris memiliki sisi hati yang lembut.

Suara lift berdenting. Pintu lift terbuka, mereka berdua masuk ke dalam. Pak Haris menekan tombol lift dan pintu kembali menutup. Sekilas Airin menatap sisi wajah pak Haris lewat pantulan dinding kaca lift. Meskipun usia pak Haris sudah separuh abad. Tetapi kematangannya yang justru menambah pesona yang dipancarkannya. Airin akui ketampanannya masih belum memudar. Gaya hidup yang sehat membuat pak Haris terlihat awet muda diusianya, ditambah tubuh atletisnya yang tegap. Sangat incaran ani-ani, sudah tampan pula kaya!

Lebih-lebih pak Haris memiliki pesona kharismatiknya tersendiri. Mungkin sebab mengapa Bian selalu naik darah melihat pak Haris dengannya. Padahal Airin sedikitpun tidak memiliki perasaan padanya. Sebatas hubungan atasan dan bawahan. Tanpa sengaja Airin menghela napas berat. Tiba-tiba saja ia merasa pengap seakan-akan oksigen mengental di udara. Dia hanya dapat berdoa semoga Bian tidak menjemput dirinya hanya untuk dibuat jengkel.

Mendengar Airin menghela napas, pak Haris berusaha menyembunyikan rasa ingin tahunya dibalik pertanyaan yang dibuat sesantai mungkin. "Ada yang terasa sakit, Airin?"

"Ah, tidak pak. Agak lelah saja."

"Mumpung belum masuk fase sibuk, kamu bisa ambil cuti."

"Terimakasih pak. Kalau sering istirahat nanti kerjaan saya menumpuk."

Lift kembali berdenting, mereka berdua keluar lift begitu pintu terbuka. "Sibuk projek apa Rin? Kok sampai lembur."

"Persiapan UAT projek Labuba."

"Bukannya masih sebulan lagi?"

"Iya pak, biar ngga babak belur diakhir."

Pak Haris tertawa geli. "Luar biasa persiapan tim kamu."

Elegi biru | BaekReneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang