Chapper 11

32 10 2
                                    

Hari ini anniversary ke dua pernikahan mereka dan Airin datang ke kantor lebih pagi dari biasa berharap dapat merampungkan lebih banyak pekerjaan. Sejak pagi ia sudah disibukkan dengan meeting, begitu meeting berakhir bukannnya memikirkan bagaimana strategi selanjutnya justru berganti dengan kebingungan. Agenda hari ini cukup padat, terlebih siang nanti ada jadwal online meeting dengan client.

Bian mengajaknya makan malam bersama merayakan hari anniversary mereka. Airin sempat menolak, bukan tidak ingin merayakannya namun hari ini ia harus bekerja. Ah, seperti tidak ada lagi hari esok, padahal mereka masih bisa merayakan diakhir pekan. Dirayakan kapanpun maknanya juga akan tetap sama. Kelakuan Bian sungguh menjengkelkan!

Satu bulan menempati posisi baru Airin sudah tujuh kali izin pulang cepat, entah event musik Bian, masalah sekolah Karina dan beberapa kali ia harus kontrol ke dokter. Kebetulan di kantor memang tidak ada absen dan tidak ada yang berani menegur, apalagi mencela. Tapi entah mengapa Airin selalu merasa mereka membicarakannya. Dibelakang kepalanya tentu saja. Maklum, jabatan baru jadi berani seenaknya. Ditambah semua orang di kantor tahu, Airin memiliki privilage. Hubungan baiknya dengan pak Haris selaku direksi membuatnya di mata karyawan lain tampak memiliki posisi spesial. Padahal kalau Airin mau, ia bisa menjilat pak Haris demi memperoleh kedudukannya sekarang tanpa perlu bersaing dengan pak Darian. Tentu ia tidak akan melakukan hal memalukan seperti itu!

"Ci dipanggil pak Haris." ujar Joy menariknya kembali dari lamunan.

Airin masuk ke dalam ruang meeting dimana pak Haris sudah menunggu didalam, di Kantor para direksi tidak memiliki ruangan sendiri, duduk berbaur dengan karyawan lain. Ruang meeting sendiri lebih seperti ruang serba guna.

"Rin seusai kantor, saya ada acara kecil-kecilan. Ingin mengajak BOD dan kepala SBU (sub business unit) lain mengangkat toast mengucapkan selamat untukmu sekalian membahas sedikit strategi untuk projek selanjutnya."

"Hari ini pak?"

"Sebelumnya sudah saya periksa, jadwal hari ini tidak ada yang onsite. Kamu bisa?"

Bagaimana menyampaikan penolakan atas undangan pak Haris? Sudah jauh hari pak Haris merencanakan ini namun Airin tak menduga seusai kantor nanti. Pak Haris pasti kecewa! padahal dialah yang mempromosian kedudukan Airin sekarang. Dan dia sudah menyiapkan segalanya....

"Tidak apa Rin." Kata pak Haris setulus air mukanya. "Saya mengerti kok."

"Saya betul-betul minta maaf pak." desah Airin dengan perasaan serba salah. Dia menyesal tidak dapat mengemukakan alasan yang lebih simpatik. Tapi harus bagaimana lagi? Airin tidak bisa berdusta. Dia mengatakan apa adanya.

"Atau acaranya dimajukan saja? nanti kamu bisa pulang lebih dulu. Hitung-hitung tidak menggangung jam pulang yang lain." usul Pak Haris sebelum Airin sempat mengundurkan diri dari ruang meeting membuatnya tak bisa mengelak ajakan acara tersebut.

***

Penjaga toko bunga itu tersenyum melayani pemuda yang tengah memilih deretan bunga terpajang segar pada estalase toko. Dapat menerka untuk siapa bunga itu dibeli, berkencan kemudian memberikan seikat bunga kepada sang kekasih, manisnya. Meskipun sebuket bunga segar tidak bisa bertahan lama namun harum kesegarannya memiliki kenikmatan tersendiri. Pancaran kebahagian tampak di wajah pemuda itu. Seraya merangkai bunga pilihannya menjadi sebuah buket, sang penjaga toko bertanya basa-basi "Buat pacar?"

"Bukan, istri saya." Bian tersenyum, sudah lama ia tidak memberikan bunga kepada Airin padahal ia tahu Airin sangat menyukainya.

Jarang sekali ia mendapati pelanggan memilih bunga hydrangea 'little purple' sebagai buket, kebanyakan cenderung memilih mawar maupun melati yang dianggap sebagai simbol rasa cinta dan kasih sayang. Buket bunga hydrangea memberi kesan penerimanya wanita yang anggun. "Jarang loh yang pilih bunga hydrangea."

Elegi biru | BaekReneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang