Prolog

79 13 4
                                    

Ditulis oleh Bian Tanaka


Saat kuliah, aku tertarik dengan salah seorang asisten dosen. Airin namanya. Gadis itu pintar, begitu lugas kala membantu dosen menerangkan materi. Di kelas cukup ramah meskipun tidak banyak bicara dan aktif dalam berbagai kegiatan kuliah. Meskipun bukan anggota mahasiswi hits tetapi ia cukup memiliki banyak teman. Aku yakin, bukan hanya aku yang tertarik dengannya.  Di mataku dia begitu sempurna. Selain punya otak brilian, wajahnyapun cantik. Pandanglah tubuhnya, pinggangnya ramping, payudara padat walau tidak membeludak.

Berbagai cara aku lakukan demi menarik perhatiannya, sering bertanya waktu belajar, mengirim pesan tentang mata kuliah yang tidak menarik bagiku sebab gadis itu yang lebih menarik. Paling tidak dia mengetahui namaku. Hubunganku dengannya tidak banyak berubah. Ah, seperti cerita lama. Ia hanya memandangku sebagai adik kecil. Tentu hal tersebut tidak membuat semangatku patah, semakin sulit makin menantang.

Menjelang wisuda kabar kurang mengenakan tentang ayahnya menyebar cepat. Di area parkir kampus tanpa sengaja aku mendapatinya menahan tangis. Ia berjalan cepat masuk ke dalam mobil. Hampir aku berlari memeluk tubuhnya yang rapuh itu. Aku ingin menghibur dukanya, tapi siapalah aku? Bisa dikira mahasiswa mesum memeluk paksa seorang gadis di tempat sepi.

Hari wisuda tiba, sedih bercampur bahagia. Sedih lantaran akan sulit bertemunya lagi, tetapi ikut bahagia setelah tahu ia menjadi mahasiswi terbaik diangkatannya. Aku bawa hadiah kelulusan yang sudah kusiapkan jauh-jauh hari, sayangnya gadis pujaanku tidak hadiri acara wisuda.

Waktu berlalu. Aku memberanikan diri mengajaknya keluar, ngedate ceritanya dengan dalih  memberikan hadiah kelulusan. Dia bersedia, mungkin agar tidak dicap sombong. Aku pikir itu pertemuan terakhir kami. Ah, susah sekali bagiku untuk melupakannya. Raut wajah gadis itu seolah sudah terukir dibenakku.

Pepatah jodoh tidak kemana, seperti benar adanya. Tuhan pempertemukan kami kembali. Dua tahun tidak bertemu, aku magang di tempatnya bekerja. Gadis itu lebih kurus dari terakhir kali kami bertemu. Aku tidak menemukan sosok yang dahulu pernah kukenal. Sorot matanya teduh, makin tidak banyak bicara kecuali perihal pekerjaan. 

Singkat cerita masa kontrak magangku berakhir, hubungan kami semakin dekat walaupun ibu menentang. Setelah lulus dan setahun bekerja, aku bertambah mantap menjalin hubungan serius dengannya. Banyak rintangan yang kami hadapi, hingga tekatku bulat menikah dengannya. Tunggu, belum happy ending- Nyatanya hubungan pernikahan bukan sesuatu hal yang mudah. 

#to be continued#

Cerita ini slice of life yg mencoba realistis dan moga ga lebay 😂  Setiap karakter dibwt punya kelebihan dan kekurangan masing2 ya gaess. jgn berharap setiap protagonis selalu baiq hati dan kuat. Sebagian cerita murni dr ide, pengalaman pribadi atau terinspirasi dari temen2 sekeliling author plus bumbu2 drama jg sih xD

Elegi biru | BaekReneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang