sorry gess telat up, heheg.
Lagi banyak kerjaan.°°°
Erick menuju ke ruang ganti baju untuk yang bekerja sebagai bartender disebuah club. Sekarang cowok itu sudah siap dengan pakaian bartender nya dan rambutnya yang sedikit ia rapikan.
Erick melihat pantulan dirinya di sebuah cermin, cowok itu sedikit tersenyum kecil. Bukan kehendaknya bekerja disini, namun apa boleh buat, takdir yang memaksanya seperti ini. Disaat teman-temannya sibuk belajar untuk menghadapi ujian sekolah yang semakin dekat, sedangkan dirinya harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Iri, ya itu yang dirasakannya saat ini. Erick memukul pelan dada nya. "Lo hebat bro, lo hebat bisa bertahan sampai detik ini. Gue bangga sama lu, bro. Kita hadapi semua rintangannya bersama ya, fokus ke depan. Jangan dulu nyerah,oke. Kita tunjukkan ke dunia kalo Erick Jonathan itu adalah laki-laki hebat, tangguh." monolog nya menyemangati dirinya agar tetap bertahan.
Erick langsung saja menuju ke sebuah meja bar, namun langkah nya di hentikan dengan kehadiran Aletta dan, Dito?
Erick langsung bersembunyi di balik lemari yang berisikan berbagai minuman. Ia mengotak-atik handphone nya menghubungi seseorang.
(Abaikan jam)
Setelah mengirimkan pesan terkahir kepada Angkasa, Erick langsung mematikan handphone nya dan mengamati gerak-gerik keduanya.
Namun salah satu bartender menegur dirinya untuk memulai pekerjaan nya. Erick pun segera memulai pekerjaannya, sebelum itu dia sempatkan untuk melihat ke Aletta yang nampak sedikit ketakutan.
°°°
Angkasa langsung saja menarik tangan Aletta untuk keluar dari tempat mereka sekarang ini.
Aletta masih mencerna semuanya, tiba-tiba saja saat ia sadar, dirinya sedang berada di dalam mobil Angkasa.
Aletta menunduk dalam. Sial. Ini jebakan ze, bisa-bisa nya lo gak sadar? Kalo papa tau anak nya baru aja ke club, gimana tanggapan papa, ya? Apa papa bakal marah?kecewa?sedih?. I hope he doesn't find out.
Angkasa menyempatkan melirik kecil ke arah Aletta yang berada di samping nya. Kenapa cewek kek lo ada di club, ze? Gue kira lo beda dari cewek yang selama ini ngedeketin gue, ternyata lo sama aja kayak mereka. Gue kira gue yang paling mengenal lo karena kita udah temenan dari kecil, tapi ternyata enggak. Gue gak terlalu mengenal lo, bahkan gue sama sekali gak kenal lo.
Angkasa menelan Saliva nya kasar. "Ngapain ke club?" Terdengar dari nada bicaranya bahwa sekarang ini cowok itu lagi menahan emosinya.
Aletta memandangi ke arah jendela mobil Angkasa, " gak tau" Aletta berkata lelah. Dia tidak ingin membahas ini sekarang, dirinya juga tidak tahu mengapa ia bisa berada di club? Tempat yang selalu papa nya larang bila ia pergi bersama teman-temannya. Namun perkataan papa nya justru ia langgar, tidak bisa di bayangkan betapa marahnya Geo jika mengetahui tentang hal ini.
Angkasa berdecih kesal. " Gak mungkin lo gak tau" Angkasa sedikit mengepalkan tangannya.
Aletta memandang sayu Angkasa. "Sa? Jangan nanya-nanya dulu bisa? Gue capek, gue pengen mencerna semuanya" ketus Aletta.
Angkasa memberhentikan mobilnya di dekat sebuah taman yang tidak terlalu jauh dari perumahan nya Aletta dan Nathan.
Jika Angkasa membawa mobil nya dengan perasaan yang emosi, ia takut itu akan membahayakan dirinya dan Aletta. Untuk itu yang terpaksa berhenti untuk mengintrogasi Aletta.
Angkasa menatap tajam Aletta. "Kata Nathan, lo pergi bareng temen lo kan?"
Aletta mengangguk. "Iya" terlalu lelah baginya saat ini.
Angkasa menghembuskan nafasnya kasar. " Emang temen lo itu gak ngasih tau tujuan pergi nya mau kemana apa? Lo gak usah nyari alasan, Ze!" Angkasa sedikit membentak di akhirnya.
Mata Aletta memanas memandang Angkasa, ingin rasanya ia menangis, namun ia tidak ingin kelihatan lemah di hadapan cowok ini.
Aletta memejamkan sebentar matanya agar air matanya tidak mengalir. Ia menatap tidak percaya ke Angkasa. "Sa? Lo tau gue paling gak suka di bentak. Gue pikir lo kenal gue, tapi nyatanya enggak. Gue pikir lo tau semua hal tentang gue karena lo sahabat gue dan bang Nathan dari kita kecil. Emang dari dulu kita itu jarang komunikasi, sa. Tapi lo yang always ada di saat gue sedih. Lo yang selalu berusaha buat hibur gue biar gue gak nangis, walaupun cara lo ngehibur gue cuman dengan sebuah pelukan."
"Tapi sekarang, malah lo yang buat gue nangis. Lo yang menyalurkan kehangatan dari pelukan lo, sekarang lo malah menyalurkan sakit dari semua ucapan lo. Lo gak percaya sama gue? Fine. Dari dulu gue gak ada sedikitpun minta pengertian dari lo, gue gak pernah minta lo buat ngehibur gue saat gue sedih. Lo sendiri yang datang ke gue, tapi sekarang apa, Sa?! apa?!! LO GAK PERCAYA SAMA GUE! GUE BENCI LO, ANGKASA NALENDRA!!" Pekik Aletta di akhir nya.
Angkasa yang selama ini ia kira tidak akan pernah menyakitinya, namun ternyata dugaannya salah. Justru Angkasa lah yang paling memberikan sakit ke hati nya. Sekarang Aletta tidak tahu mau mempercayai siapa lagi. Semua orang pada akhirnya akan menyakiti dirinya.
Terdengar suara petir serta kilat yang memancar dari atas langit, seperti sekarang dunia ikut bersedih terhadap dirinya. Se menyedihkan itu seorang Aletta. Harus beberapa sakit lagi yang ia terima hanya untuk mendapatkan sebuah kebahagiaan yang akan abadi selamanya.
Aletta lelah, andai saja bunuh diri itu tidak berdosa, mungkin sudah lama dirinya gantung diri.
Angkasa merutuki dirinya sendiri, terlalu larut dalam emosi membuatnya bicara sesuai pikiran nya. Padahal Angkasa mati-matian menahan dirinya untuk tidak pernah membentak Aletta, apalagi menyakiti nya. Namun hari ini ia melakukan larangan itu.
Angkasa membawa Aletta kedalam pelukannya walaupun Aletta memberontak. Karena tenaganya terlalu kuat di bandingkan Aletta, maka Aletta mau tidak mau menerima pelukan dari Angkasa. Air mata yang sedari tadi ia tahan untuk tidak mengalir, kini mengalir sangat deras membasahi pipi nya, hujan pun turun bersamaan dengan air mata Aletta.
"Maaf. Maaf, Zea. Maaf. I know orang kek gua gak pantes buat dapat maaf dari lo. Gua minta maaf, Zea. Gua janji setelah ini gua bakalan nge jauhin lo, lo pasti gak mau kan dekat gue yang udah memberikan luka ke lo. Maaf, Zea. Ini terakhir kalinya kita berkomunikasi dalam hal yang tidak di perlukan. Gua bakalan jauhin diri ini dari lo supaya gua gak nyakitin lo lagi. Gue bodoh karena gak percaya sama lo, gue cowok bajingan, Ze."
Aletta mendengar jelas ucapan Angkasa terhadap dirinya. Tidak, dia tidak ingin Angkasa menjauhi dirinya, namun apalah daya nya yang terlalu lelah walaupun sekedar mengeluarkan sepatah dua kata.
Setelah Aletta menenangkan dirinya, Angkasa mengantarkan Aletta ke rumah nya. Aletta menghapus air matanya, matanya sedikit bengkak akibat terlalu lama menangis dalam pelukan Angkasa. Bisa di lihatnya kaos putih Angkasa yang terbalutkan jaket Tiger itu basah karena air matanya.
TBC.
⚠️ Di ingatkan lagi untuk para readers lama silahkan baca ulang bab SEMBILAN BELASagar tau alur nya sebelum lanjut ke bab selanjutnya. Karena SEMBILAN BELAS alurnya saya ubah, DIBACA‼️⚠️
KAMU SEDANG MEMBACA
TIGER
Teen Fictionsebuah perkumpulan geng motor remaja yang terdiri dari 6 inti geng dan 250 anggota. geng ini di ketuai oleh Aidan yang dimana mempunyai sifat yang suka berubah-ubah menurut suasana hatinya,atau istilahnya 'Mood Swing'. Dan geng ini mempunyai satu an...