DUA PULUH SEMBILAN

39 5 3
                                    


hai haii. up nya bakalan lama banget nanti. soalnya lagi sibuk banget jadi ga ada waktu buat lanjut🥹

nanti deh eca bakalan usahain buat up secepatnya ya.

happy reading semuaa.

°°°

Malam ini hujan turun dengan sangat deras, Aletta memeluk lututnya sambil memandangi hujan dari arah jendela kamarnya.

"Gue gak bisa diam terus kayak gini, gue harus dapatin kasih sayang mama. Persetan dengan respon nya nanti" monolog Aletta.

Aletta lalu bangun dari tempat tidurnya, ia yakin kelurganya sedang berkumpul di ruang keluarga.

Saat Aletta melewati kamar Nathan, terdapat selembar kertas yang berada di lantai kamar cowok itu.

Aletta mendekati secarik kertas itu untuk di tempatkan di atas meja belajar Nathan.

Rasanya Aletta ingin pingsan saat membaca isi kertas itu, bagaimana bisa Nathan menyembunyikan hal sebesar ini darinya?

Aletta bergegas turun menuju ruang keluarga.

°°°

Aluna menyanyi dengan riang, dia sudah mengingat Aletta sepenuhnya. Aluna ingin segera memeluk Aletta, namun Nathan bilang bahwa Aletta sedang belajar.

Aluna tidak ingin mengganggu adik kecilnya itu.

Nathan duduk di depan Geo. "Pa, Nathan minta maaf karena udah jadi Abang yang buruk bagi Aluna dan Aletta. Nathan memang pantas terima semua apa yang papa lakuin selama ini sama Nathan. Pa, sebelum Nathan pergi jauh, tolong maafin Nathan ya?" Ujar Nathan. Semakin hari kondisinya semakin lemah, Nathan tinggal menunggu kapan ia akan di jemput dengan maha kuasa.

Geo menggeleng. "Ini semua salah papa, maaf karena papa sudah berbuat hal tidak baik ke kamu. Papa cuman tidak terima atas takdir yang menimpa kita, tapi lihat lah sekarang. Kita di kumpulkan kembali seperti ini, semoga kelengkapan keluarga ini bisa bertahan lama. Papa tidak ingin salah satu di antara kalian ada yang duluan ninggalin papa. Lebih baik papa yang pergi duluan daripada harus menyaksikan kepergian kalian" Geo amat terasah bersalah dengan putra nya ini.

Maya memukul lengan Geo. "jangan ngomong yang aneh-aneh. Intinya sekarang kita harus membangun kembali keharmonisan kita. Lupain tentang masa lalu, ya?" Maya berkata dengan lembut membuat Geo ingin memeluk wanita ini.

Sementara itu ada Aletta yang berada di anak tangga dengan nafas yang menggebu-gebu serta air mata yang melirih turun di wajahnya. Aletta memandang Nathan dengan perasaan yang kesal dan marah.

"Lo jahat, bang" pekik Aletta tertahan.

Geo, Maya, Aluna dan Nathan memandangi Aletta.

Geo mengerutkan keningnya, "kamu kenapa, Zea?" Tanya Geo sedikit khawatir.

Nathan mengerutkan keningnya lalu menatap kertas yang berada di genggaman Aletta. Sial. Ko lo bisa ceroboh si, than.

Aletta berjalan guntai menuju Nathan dengan matanya yang sendu. Setelah tepat berada di depan Nathan, Aletta melempar kertas yang tadi ia pegang ke muka Nathan yang pasrah.

Geo dan Maya berdiri. "Apa-apaan ini Aletta?!" Bentak Geo.

Maya menggelengkan kepalanya lalu menampar Aletta. "Keterlaluan kamu, dia itu Abang kamu. Apa pantas Kamu berbuat seperti itu?" Maya lalu mendekati Nathan.

"Pa, ma..dia udah bohong ke kita semua, dia nyembunyiin sesuatu yang sangat penting. Untung tadi Zea liat kertas ini, kalau gak? Sampai dia mati kita gak akan tahu apapun." Aletta memandangi Nathan yang tertunduk.

Aluna memeluk dan mengelus rambut Aletta. "Sebaiknya kita dengar dulu perkataan Zea, biar kita semua bisa paham dengan situasi ini" ucap Aluna.

Emosi Aletta sekarang ini naik drastis karena Nathan tidak mengatakan apapun. "LO YANG NGASIH TAU ATAU GUE??! PUNYA MULUT KAN LO? JAWAB! JANGAN DIAM AJA," teriak Aletta.

Aletta duduk di depan Nathan, sedari tadi cowok ini tidak bergerak dari duduknya. "Jawab bang.." lirih nya dengan nada serak.

"Nathan ngidap kanker darah, maafin Nathan nyembunyiin ini semua dari kalian. Nathan gak mau buat kalian repot dan khawatir sama Nathan" seperti biasa, Nathan memasang senyum nya.

Maya langsung terduduk mendengar hal itu, "stadium berapa sayang?" Tanya nya berusaha menenangkan dirinya.

"Akhir.." bukan Nathan yang membalas, melainkan Aletta.

Tangis Maya langsung pecah, "ya Tuhan. Kenapa kamu gak ngomong sama mama, sayang. Kamu gak ngerepotin siapa-siapa kok, nak.."

Aletta dan Aluna berpelukan dengan tangis mereka yang semakin pecah. "Bang Nathan jahat" lirih Aluna.

Geo menenangkan Maya, ia lalu menelpon sekretaris nya untuk segera mencarikan dokter kanker darah yang terkenal untuk pengobatan Nathan.

Nathan sendiri mati-matian menahan tangisannya. Bodoh lo, mati aja sana. Ngerepotin.

Malam itu bukan hanya dunia yang menangis m, tetapi keluarga yang baru akan membangun keharmonisannya juga ikut menangis. Malam itu menjadi saksi sakit mereka  atas hal yang di sembunyikan oleh Nathan.

TBC .

JUJUR GUE IKUTAN NANGIS NULISNYA🥹

SEMOGA NATHAN GAK JADI UBI YA🥹🥹🙏🏻

TIGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang