Bab 23 | Renala: Happy Me!

252 64 165
                                    

Akhirnya update setelah seminggu lebih hihihi

Karena kalian sabar nunggu, aku kasih yang manis-manis nih!

Happy Reading ❤️

🍁🍁🍁

"Bukan gitu cara cium yang benar, Ren!"

Berikutnya kurasakan bibir Kak Shaka sudah menempel di bibirku. Ini gila! Aku dicium lagi. Aaarggghhhh!!!

Hatiku serasa ingin meledak saking bahagianya. Apalagi Kak Shaka sampai memeluk pinggangku dan memperdalam ciumannya. Gila! Ini bahkan ciuman yang panas, berbeda dari ciuman kami yang pertama. Aku kewalahan. Kepalaku sampai berputar karena aku hampir kehabisan nafas. Dengan sangat menyesal kudorong Kak Shaka untuk melepaskan bibirku.

"Kak, kita pacaran kan?" tanyaku memastikan. Kak Shaka mengangguk dan mengecupku lagi. Kali ini hanya kecupan singkat lalu ditariknya tubuhku untuk dia peluk.

Aku tak bisa berhenti tersenyum dalam pelukannya. Tak sia-sia selama ini aku menunggu. Kak Shaka akhirnya jadi pacarku. Pacar pertamaku.

"Pengen teriak boleh nggak sih?" celetukku. Kak Shaka tertawa. Lalu aku benar-benar teriak dalam dekapannya, suaraku teredam dada Kak Shaka yang bidang. Arrrgggghhhh!!! Kurasa aku tak bisa mengontrol ekspresi bahagiaku sekarang.

Untungnya Kak Shaka masih sabar memaklumi tingkahku yang di luar nalar. Dia hanya terkekeh. "Gemes banget, Bocah!" serunya sambil sesekali mengecup kepalaku.

Jika saja Kak Shaka sedang tidak mendekapku sekarang, pasti aku sudah menari-nari kegirangan.

🍁🍁🍁

I love happy me

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

I love happy me. She's so pretty.

Aku tak bosan memandang bayanganku di cermin. Ini seragam dan jaket yang biasa kupakai, tapi entah kenapa aku terlihat lebih cantik pagi ini. Pasti karena aku sedang bahagia.

Setelah siap, kulangkahkan kaki dengan riang ke rumah Amma. Ralat: rumah pacar. Menyebut Kak Shaka pacar dalam hati saja aku sudah tersenyum sendiri seperti orang gila. Astaga! Mulutku sampai pegal. Bisa-bisa kerutan di area bibir ini muncul lebih cepat.

"Assalamualaikum!" seruku seperti biasa. Aku langsung menuju ruang makan. Tiga pasang mata menoleh ke arahku bersamaan. Amma dengan senyum hangatnya, Aska dengan kerlingan tengilnya, dan pacarku disana, menyambutku dengan senyum yang luar biasa manisnya.

Kak Shaka langsung menarik kursi di sampingnya ketika aku tiba. Aku lalu duduk, sedikit menggeser kursiku mendekat kepadanya.

"Pagi, Cil," sapanya sambil mengusap kepalaku. Aku tak keberatan dia memanggilku Bocil lagi, meski sebenarnya aku lebih suka saat Kak Shaka menyebut namaku seperti tadi malam.

"Pagi juga Kak," sahutku ceria.

Aku mengambil piring berisi nasi goreng yang disodorkan Amma. "Makasih, Ma," ucapku.

Sad Things About Renala [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang