Aku Cemburu

39 12 0
                                    

Sejak pagi, sudah ada 2 kandidat pengasuh yang datang ke rumah ini. Jika kemarin Gena tidak ikut serta mengawasi calon pengasuh tersebut, maka hari ini Gena meliburkan diri dari kedai kopinya, full di rumah untuk menerima tamu berupa calon pengasuh.

Sudah dua calon pengasuh yang datang kemari, bisa dibilang wajah Jenar terlihat kurang bersahabat. Gena bisa merasakan perubahan di wajah Jenar. Benar-benar loyo seperti tidak memiliki semangat.

"Nanti kami kabari ya, Mbak. Kami diskusiin dulu," kata Gena pada dua orang yang baru saja akan pamit pulang.

"Kalau bisa tolong kasih pekerjaan ini ya Pak, saya jamin track record saya baik."

Better. Salah satu dari mereka  memperlihatkan kesungguhannya untuk bekerja mengasuh anak. Terlihat dari cara mereka menenangkan Jihan yang tengah menangis, cara memberi susu Jihan, dan cara menggendong Jihan yang kelihatannya sudah profesional. Gena juga memeriksa latar belakangnya, tidak ada trackrecord yang buruk. Dan tidak masuk daftar hitam pengasuh.

"Akan kami beritahu secepat mungkin, Mbak."

Setelah itu, mereka pamit pulang kembali ke yayasan. Tinggal Gena dan Jenar yang berada di ruang tamu. Jihan sudah mereka tidurkan di ayunan.

"Gimana menurut kamu? Aku tertarik sama yang barusan ini." Gena mendudukkan diri di samping Jenar. Ia menyeruput kopi yang tadi sempat Jenar buatkan ketika tamu datang.

"Aku ngikut," jawab Jenar lesu.

"Kamu kenapa dari tadi lesu gitu mukanya? Sakit?"

Gena menempelkan punggung tangannya di kening Jenar, membuat perempuan itu menghela napas panjang. Badan Jenar tidak panas. Jika begini, sudah dipastikan Jenar sedang banyak pikiran.

"Aku nggak kenapa-kenapa. Lagi capek aja." Jenar kemudian berdiri dari dudukannya, lantas berjalan menuju kamar. Sebelum masuk ke kamarnya, Jenar berkata, "Aku sore ini izin keluar sebentar, ya?"

"Mau ke mana kamu?"

"Ketemu teman lama."

"Cowok apa cewek?"

"Cowok."

"Oh ..." Hanya itu respon Gena. Mau melarang, memangnya ia harus apa? Melarang Jenar bertemu dengan teman cowoknya? Atau bertanya siapa teman cowok itu? Tidak. Gena tidak mungkin melakukannya. Memangnya dia siapanya Jenar sampai harus melarang-larang segala?

Walau terbesit rasa penasaran dalam diri Gena saat tahu Jenar akan bertemu dengan teman lelakinya. Ia tidak munafik. Rasanya ... seperti tidak rela.

"Aku nggak akan kemalaman baliknya. Paling jam tujuh udah pulang."

"Ya. Sebaiknya begitu. Jangan terlalu malam. Ingat ada Jihan," kata Gena mengingatkan.

"Aku ingat, kok. Aku cuma kepengen cari udara segar."

Setelahnya Jenar masuk ke dalam kamar, meninggalkan Gena dengan perasaan aneh di dada. Ada rasa tidak rela, rasa penasaran, rasa sakit hati, dan banyak lagi yang membuat Gena kehilangan mood. Tapi ia tidak berani bilang....

Sementara Jenar di kamarnya merasa sedih karena Gena tidak melarangnya pergi. Padahal ia berharap tadinya Gena bertanya dengan siapa ia pergi. Nyatanya lelaki itu malah tidak peduli sekali pun ia bilang temannya adalah lelaki.

Mungkin benar kamu selama ini nggak ada perasaan sama aku. Jenar membatin sedih.

****

Storia Kafe. Itulah nama tempat di mana Hanif mengajak Jenar bertemu. Kafe yang sangat cocok dijadikan tempat nongkrong anak muda. Dekorasinya aesthetic memanjakan mata. Dulu, Hanif pernah mengajak Hana dan Jenar ke kafe ini. Dan selanjutnya kafe ini menjadi tempat nongkrong favorit Hana dan Jenar sewaktu mereka kuliah.

Ours BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang