Aku masih mau ngasih yang manis-manis nih!
Happy Reading ❤️
🍁🍁🍁
Seperti hari-hari sebelumnya, sore ini aku ke rumah Aska lagi untuk belajar. Aku sudah bisa fokus karena tak ada lagi beban di pikiranku sekarang. Hasilnya aku jadi lebih cepat mengerjakan soal-soal matematika yang Aska berikan. Dia sampai heran.
"Emang jatuh cinta bisa bikin orang rajin ya?" tanyanya.
Aku juga bertanya-tanya sendiri. "Gue jatuh cintanya udah lama tapi rajinnya baru hari-hari ini tuh!"
Aska mengangguk-angguk. "Efek pacaran ya ini?"
"Tergantung pacarannya sama siapa sih," timpalku.
"Kalau pacarannya sama gue?" tanya Aska lagi.
Aku mengangkat alis. Menilai Aska yang menatapku serius. "Coba gue tanya Wati, deh! Kalian pacaran kan?" selorohku.
Aska menimpuk kepalaku dengan bantal. Aku terbahak-bahak. Dia paling sebal jika aku sudah menyebut Wati untuk meledeknya.
"Nggak lucu," ketusnya.
Aku langsung berhenti tertawa. Teringat perkataan Rian tempo hari tentang aku dan Aska yang sering berdua.
"Ka, kayaknya mulai besok kita sendiri-sendiri aja, deh!" Aku memulai.
"Maksud lo?" tanya Aska heran.
"Ya kita berangkat sendiri-sendiri," jelasku.
"Emang lo berani bawa motor sendiri? Ntar kalau beneran nyungsruk di got gimana lo?"
Aku mencebik kesal. Bisa-bisanya dia malah mengingatkanku kejadian memalukan saat pertama kali aku membonceng Aska dengan Pikachu. Saat itu kami hampir masuk selokan, tapi Aska dengan sigap membelokkan setang melewati tubuhku dengan tangan kanannya. Aku bersyukur Aska memiliki tangan dan kaki yang panjang.
"Gue serius pe'a!" timpalku sebal.
Aska malah tertawa. "Lagian lo tiba-tiba banget."
"Gue ngasih kesempatan lo biar bisa bonceng cewek lain sekarang. Wati misalnya-awww!!!" Aku terpekik karena dia menjitak kepalaku tiba-tiba. "Sakit, Bego!"
"Makanya nggak usah bawa-bawa Wati!" sergahnya.
"Lo beneran nggak tertarik sama Wati, Ka?" tanyaku serius. Menurutku Wati itu manis. Dia juga baik, setia kawan, minusnya hanya satu: suka gosip. Sudah pernah kukatakan Wati itu lambe turah kan?
"Nggak. Jangan ngide comblangin gue sama dia!"
peringat Aska."Padahal gue beneran pengen berangkat sendiri loh Ka," ucapku.
"Kenapa? Biar nggak digosipin sama gue?" tebaknya. Aku menoleh cepat.
"Itu rumor udah lama. Selama ini juga lo fine-fine aja kan?" tukasnya lagi.
Aku mendesah. Jadi sudah lama. Kupikir aku sudah menjelaskan berkali-kali kalau Aska hanya sahabatku pada mereka yang bertanya.
"Tapi kan sekarang gue beneran punya cowok, Ka."
Aska mendengus. "Cowok lo abang gue ya kalau lo lupa! Lagian Bang Shaka mana mungkin cemburu sama gue."
"Bukan itu, ih!" kesalku. "Emang lo nggak pengen dekat sama cewek lain apa? Lo normal kan, Ka? Aduh-" Lagi-lagi kepalaku jadi korban tangan usilnya.
"Sembarangan. Kalau gue mau, gampang mah dapat cewek. Tapi gimana ya? Amma nyuruh gue jagain perawan gila kayak lo sih," alasannya. Aku tahu Aska hanya bercanda. Tapi aku bukannya tertawa, malah merasa bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sad Things About Renala [END]✔️
Teen Fiction🐼RORA X HAECHAN🐻 ⚠️DILARANG PLAGIAT!!!! DOSA!!! Renala Sabitha: Memang benar hadirnya aku adalah sebuah kesalahan. Tapi aku sama tak berdosanya sepertimu. Arshaka Argantara: Bagaimana bisa seseorang yang tak merasakan kasih sayang penuh bisa menci...