Trauma

202 22 0
                                    

Kehidupan keluarga Phantomhive seperti biasa terlihat harmonis. Tak lupa bunga mawar dari Phantomhive yang selalu menjadi pusat perhatian setiap ia datang dalam acara sosial bangsawan. Sungguh cantik hingga ia banyak memanfaatkan kecantikannya untuk membantu pekerjaan ayahnya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Dalam rangka merayakan ulang tahun adiknya yang ke-10, ia membantu ibunya menyiapkan pesta. Setelah ia memeriksa hasil kerja pelayan, ia pun meminta izin ayah dan ibu nya untuk mencari hadiah adiknya di kota.
Dengan mendapatkan izin mereka, ia pun langsung pergi ke kota dan mengunjungi beberapa toko mencari hadiah yang cocok untuk adiknya.

Di toko yang menjual teh impor dengan cangkir teh yang unik, Cayena merasa tertarik untuk membelinya. Disaat ia mengangkat sebuah cangkir, tiba-tiba cangkir itu sudah lepas dari tangannya dan berubah bentuk.

"Oh astaga, maafkan saya."

"Tidak apa-apa nona."

"Bisakah anda membungkus cangkir set yang tadi saya pecahkan dengan cangkir set ini?”

" Lalu, apakah anda punya rekomendasi teh yang sesuai untuk melengkapinya?”

"Oho~ tentu saja nona, silahkan lewat sini. "

Cayena pun mengikuti langkah orang tersebut, dan saat ia memfokuskan pandangannya, ia berada di pelukan orang tersebut.

"Nona, mohon hati-hati berjalan."

"Ahh maaf."

Entah mengapa firasat buruk menghantuinya sejak ia memecahkan cangkir. Dengan berusaha fokus, ia kembali dibuat bingung dengan orang yang membawanya lebih masuk ke tokonya. Dihadapannya ada sebuah meja dengan banyak jenis teh yang belum di racik.

"Sebelumnya perkenalkan saya manajer dagang Kong-Rong, Lau. Senang mendapatkan kehormatan dari bunga mawar Phantomhive."

"... Salam kenal."

"Baiklah, karena anda sudah kenal saya, apakah anda bisa menjelaskan ingin teh yang seperti apa? ”

Dengan sedikit ragu, Cayena menjelaskan teh yang cocok dengan dirinya dan keluarganya. Cayena memperhatikan tangan Lau yang sibuk kesana kemari menyeduhkan teh didepannya. Setelah siap, Lau mempersilahkan Cayena untuk mencobanya. Sisipan teh itu membuat Cayena lebih rileks dari pada sebelumnya.

"Ini sungguh enak, apakah saya bisa membungkus nya juga?”

" Tentu saja Cayena-sama. Oh ya, karena nona terlihat menyukai dagangan kami, saya akan memberikan bonus, semoga nona menyukainya."

"Hmm... Terimakasih"

Kereta kuda pun melaju menuju kediamannya dengan beberapa hasil berbelanjanya. Setelah memasuki area hutan, mata Cayena tak sengaja melihat kepulan awan hitam. Segera ia meminta kusir untuk mempercepat kereta kudanya.

Sesampainya di depan kediamannya, ia melompat turun dan berlari ke dalam gedung yang terbakar itu.

"AYAHHH?? IBUU??? CIELLL???"

Ia semakin berteriak memanggil anggota keluarganya, tanpa peduli perkataan orang yang berada di luar. Hingga ia berada di kamar utama, dimana tempat biasanya ayah dan ibunya menghabiskan waktu. 2 orang bersebelahan terduduk di sebuah sofa namun pakaian mereka banyak bernoda darah. Tangannya ia ulurkan meski bergetar, dan mengguncang kedua orang tersebut. Tak ada respon, membuat ia semakin mengguncang keras kedua orang itu.

Tanaka yang berada didekatnya langsung menariknya keluar dari kediaman yang terbakar itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanaka yang berada didekatnya langsung menariknya keluar dari kediaman yang terbakar itu.

"Nona? Apakah nona baik baik saja? ”

Tatapan kosong dengan tangan yang dilipat didepannya, hanya itu yang dia dapatkan. Anak perempuan dengan warna rambut yang menyerupai nonanya mendekati mereka dan memeluk Cayena yang lebih tinggi daripadanya. Tak lama kemudian kenalan keluarganya berkumpul.















1 minggu setelah kejadian itu, Cayena kembali pulih dengan melewati beberapa terapi.  Ia kembali menatap gedung tak ia tempati selama ia dirawat bibinya. Gedung dengan hiasan berwarna hitam mewarnainya, mengingatkanya kembali bahwa ia kehilangan keluarganya lagi.

Sebelum ia kembali ke kediamannya, ia menemui Tanaka yang menjadi saksi kejadian itu. Tanaka bercerita jika kejadian itu terjadi karena keteledoran pelayan yang membuat listrik konslet hingga menjadi api besar.

"Tanaka, ini kesempatan terakhirmu. Ceritakan yang sebenarnya. Atau kau memilih untuk mati perlahan di tanganku."

Tanaka membatu melihat perubahan nona yang dia layani. Dia baru pertama kali melihat aura ingin membunuh yang sama dengan milik tuan yang dia layani sebelumnya. Pada akhirnya dia menceritakan hal yang terjadi selama Cayena di luar kediaman.



Kakinya terus berjalan menyusuri tempat itu, hanya ruang bawah tanah yang masih aman sedangkan yang lain hangus menjadi abu. Di ruang bawah tanah, tak sengaja sepatunya menyeret kain putih hingga sebuah lukisan muncul dibalik kain tersebut.  Lukisan ayah dan ibu nya.

Melihat wajah mereka di lukisan itu membuatnya mengepalkan kedua tangannya.

'Beberapa tahun bersama kalian, aku paham mengapa Hillrose mempercayai kalian.
Biarkan aku yang membalas apa yang mereka lakukan pada kita.'


Membiarkan lukisan itu tanpa kain yang menutupi, ia pergi ke luar gedung dan mulai mengarahkan  beberapa tukang untuk memperbaiki gedung itu. Ia pun kembali ke dalam menuju kamar utama dan mengunci kamar itu, kemudian kembali ke townhouse Phantomhive yang berada di London, tempat dimana ia dirawat.











TBC

never let you go againTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang