Waktu terus berjalan tidak mempedulikan kesenangan maupun kesedihan yang terjadi. Begitu pula keadaan istana yang kembali seperti semula menjalankan aktivitas seperti biasanya tanpa berubahan. Bahkan peristiwa malam itu hanya menjadi cerita mulut ke mulut para pelayan dan penjaga istana, tanpa mengetahui keasliannya.
Ciel yang telah kembali ke mansion utama Phantomhive hanya berdiam diri. Dalam kepalanya sering kali ia memikirkan mantan kakaknya yang telah menghilang entah dia hidup atau mati. Baik itu kata-kata terakhirnya, maupun hal hal yang dia tinggalkan untuknya.
Saat melihat lukisan kakaknya yang ada di hall utama, ia merasakan sesak dari dalam dadanya. Sebastian yang menyadari perubahan itu segera membawa tuannya ke tempat lain. Setelah terlihat tenang, Sebastian pun menawarkan sesuatu.
"Bocchan, apakah saya boleh memindahkan lukisan itu?”
" Taruh saja di gudang, dan buat itu tidak akan muncul di hadapanku."
"Yes my Lord"
Dengan persetujuan Ciel, Sebastian pun meminta Fin dan Baldroy menurunkan lukisan itu dan menyimpannya di gudang bawah tanah. Dengan sedikit drama pertengkaran keduanya dalam melaksanakan tugasnya, lukisan di tangan mereka masih aman dan utuh hingga tujuan."Padahal hanya lukisan ini yang menggambarkan cantiknya Hojou-sama, kenapa disimpan ya?" Rasa penasaran Fin pun tak bisa ia sembunyikan setelah menutup lukisan itu dengan kain putih.
"Jangan komentar lagi, Fin. Kita sudah membahasnya tadi. Tapi aku yakin bocchan ingin menaruh lukisan dirinya seperti Hojou-sama hehehe."
"Hemm naruhodo. Aku jadi tidak sabar melihat lukisan Bocchan."
Di ruang kerjanya, yang sebelumnya merupakan ruang kerja kakaknya, Ciel duduk dan melihat dokumen-dokumen yang menumpuk di mejanya. Satu persatu ia membaca judulnya dan meletakkannya kembali hingga ia menemukan satu dokumen aneh. Dengan judul "untuk adikku, Ciel", Ciel membuka halaman selanjutnya dari dokumen itu. Perlahan lahan, tangannya dengan cepat membolak-balikan kertas itu dan membongkar dokumen lain yang sebelumnya hanya ia lihat sekilas. Dengan meja kerja yang berantakan, ia menemukan sebuah teka-teki yang ditinggalkan oleh mantan kakaknya.
"Hahhaahhahaha, aku tak percaya, kamu mempersiapkan semuanya dengan rapi, tapi kenapa harus mati di tanganku..... Nee-san"
Air matanya tanpa sadar mengalir kembali, meski ia sudah menangisinya setiap malam. Sungguh tersiksa hati Ciel.
Di tempat lain~
"Ratu? Tenangkan diri anda. Tidak apa apa."
John yang panik dengan keadaan ratu yang masih berduka atas Cayena, hanya bisa menenangkannya dengan kata-kata itu. Meski kata-kata itu tak membantu sama sekali, tapi setidaknya ratu dapat meluapkan kekecewaannya dengan menarik rambut John dan Grey.
KAMU SEDANG MEMBACA
never let you go again
Фанфикbercerita kakak angkat dari Ciel Phantomhive yang ikut serta dalam mencari orang yang membunuh keluarganya dan membalaskan dendam keluarganya Just fans fiction Karakter : Black Butler