The Secret & Another Task

162 18 0
                                    

Cayena dengan pakaian berbeda mendekati Ciel. Aura mengerikan sangat terasa semakin mencekam dengan terkikisnya jarak antara mereka berdua. Tubuhnya tidak bisa digerakkkan, tanpa pikir panjang Ciel memanggil Sebastian.

"....."

"Sebastian itu apa Ciel?"

Suara nan dingin tak seperti kakaknya yang selalu hangat kepadanya, bahkan tangan kakaknya yang menyentuh bahunya terasa sangat dingin. Tidak mungkin Sebastian datang terlambat setelah dipanggil. Genggaman tangan Ciel mengerat dan tiba-tiba tangan dingin yang menyentuh bahunya telah hilang. Tubuh Cayena pun jauh dari sang adik karena Sebastian menarik tangannya dan membantingnya ke arah dinding.

"Bocchan"

"Jauhkan tangan kotormu dari adikku, atau aku akan membunuhmu." sedikit tertatih-tatih, namun ia berusaha kuat menahan badannya untuk berdiri.

"Apa maksud kakak sebenarnya?"

"Aku tau kau memang adikku tapi makhluk apa sebenarnya yang menempel padamu itu."

"...."

"Cih. Dia itu seperti ingin membunuhmu jika ada kesempatan Ciel."

Ciel mendekati sang kakak, meski Sebastian menghalanginya pada awalnya. Sesampainya di depan sang kakak, ia memperhatikan keseluruhan kakaknya. Di matanya sebelumnya, sang kakak terlihat hangat, penyayang, dan tempat ia dapat bersandar, namun sekarang ia melihat sisi kakaknya yang kacau sekali. Dia tak pernah melihat Cayena sekacau ini. Dengan tangan mungilnya, dia mengelus pipi sang kakak dan menatap matanya.

"Kakak....... Sudah melakukan banyak hal untuk mencari adikmu ini meski itu mengotori tanganmu?"

"Asalkan aku tak kehilangan kalian lagi itu sudah cukup." Cayena menggegam tangan Ciel dengann erat.

"Maaf kakak, jika aku memberitahumu, apakah kakak juga akan memberitahu rahasia yang kakak sembunyikan?"

"....." Cayena tak bisa berkata-kata. Entah rahasia apa yang harus ia berikan pada adiknya.

"Aku menyembunyikan ini." dia melepaskan genggangaman Cayena dan melepas penutup mata yang dia gunakan.

"Sebastian itu iblis dan........ "

Mendengar peristiwa yang telah Ciel alami, Cayena tak kuasa menahan derai air mata. Tubuhnya terasa lemas mengingat ia tak dapat menjaga keluarganya dari musibah yang sama.

Ciel dengan inisiatifnya sendiri, dia memeluk dan mengelus punggung kakaknya yang bergetar. Dalam pelukannya dia mendengar kakaknya yang meminta maaf berkali-kali.


Setelah dirasa sudah tenang, Cayena menatap kembali wajah Ciel dan dia memberikan salah satu rahasianya, yaitu.....

"Aku membunuh banyak orang. Salah satu contohnya itu." Telunjuknya menunjuk ke papan yang ditemukan Ciel.

"Kakak melakukannya atas nama Phantomhive?"

" .... (Menggelengkan kepala). Untuk keluargaku "











~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Kembali ke rumah kaca.





Di taman rumah kaca, Ciel menurunkan gelas tehnya dan menatap sang kakak.

"Sedikit, namun itu ciri khas Phantomhive."

"Hmm~ Sepertinya kamu sudah siap untuk mengambil kedudukanku. Setelah ini belajarlah yang banyak."

never let you go againTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang