What If...

80 7 0
                                    

Setelah pelukan mematikan Cayena yang membuat Ciel gagal napas, mereka memilih menghabiskan waktu mereka dengan makan malam bersama. Untuk kali ini Sebastian yang memasaknya dan dia berhasil diakui oleh Cayena.

Tak terasa sang penerang malam menghiasi langit dengan ramai, Cayena meminta mereka menginap saja malam ini di kediaman Phantomhive di kota bersamanya. Meski tidur berbeda kamar, Cayena tetap ingin tidur bersama Ciel. Dengan pelukan hangat yang menyelimuti Ciel, ia sedikit bercerita....

"Nee Ciel, kalau ayah ibu dan.... .. Masih hidup, apa yang kamu lakukan?"

"Aku tidak akan melakukan apapun. Lagi pula mereka telah tiada dan hanya ada nee-chan dan aku."

"Begitukah? Kalau misal aku bukanlah kakak kandung mu?"

"Nee-chan tetap akan jadi nee-chan bagiku" Balasnya sambil menghadapkan badannya ke kakaknya dan mencari posisi nyamannya dalam pelukannya.

"Aku senang mendengarnya." Sambil menepuk pelan punggungnya.

"Apa nee-chan akan menikah?”

" Pfffft.... Ahahha.. Bagaimana bisa aku menikah jika aku memiliki adik yang imut ini?”

"Aku serius nee-chan"

"Begitupula aku. Kalau pun aku dipaksa aku mungkin akan menikah dengan Edward Midford, kakaknya Lizzy."

"Apa harus dia? Tidak ada yang lain?”

" Memang ada pilihan lain? Kalaupun ada itu pun para pelamar yang kamu bakar suratnya.”

"Hahh~ yang pasti nee-chan kalau mau menikah... Tidak maksudku ada laki-laki yang mendekati nee-chan bilang padaku"

"Memangnya mau kamu apakan?”

" Tentu saja aku akan mengetes mereka."

"Bukan ingin menyuruh Sebastian melukai mereka?”

" Mungkin itu salah satu tesnya... Hoamm~"

"haha, aku serahkan padamu tentang itu. (Sesekali mengelus kepala Ciel)
Ciel, kalau nee-chan melakukan hal yang membahayakan kerajaan dan ratu memintamu membunuhku, apa kamu tetap melakukan tugasmu? ”

" Itu..... Aku... Tidak tau... Zzzzzz" Dengan wajah yang polos tertidur, Cayena tersenyum melihatnya.

"Oyasumi Ciel" Dengan itu ia mencium dahi Ciel dan mengikutinya ke dunia mimpi.















The next day, Cayena sedikit mencari keberadaan Ciel dengan mata tertutup. Tak mendapatkan apa yang ia cari, ia pun membuka mata dan melihat tak ada siapa pun yang menemaninya. Di meja dekat kasur sudah ada teh dengan koran dan sepucuk kertas.
Setelah pengumpulan nyawanya penuh dan peregangan badan, Cayena mengambil kertas itu dan membacanya.





To Nee-chan

Maaf meninggalkan nee-chan pagi pagi, aku ada pertemuan nanti siang jadi harus kembali dulu ke kediaman utama. Lalu nee-chan tolong pastikan nee-chan mengkunci pintu kamar nee-chan saat mau tidur.

From your brother
Ciel

"

Memang kenapa dengan pintu kamar? ”

Pertanyaan ini muncul seketika setelah membaca suratnya. Sedangkan Ciel yang berada di kereta bersin tiba-tiba, seperti dia merasa kakaknya dengan membicarakan.


Waktu terus berlalu, Ciel tetap terus menulis surat untuk kakaknya meski tak ada balasan setelah ia datang ke kantor kakaknya sesuai keinginan kakaknya dari surat yang ia terima terkahir kali. Dan entah dari mana, dia merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi pada kakaknya. Bahkan saat mengunjungi bisnis kakaknya, ia tak dapat bertemu dengannya.

'Apa mungkin sedang sibuk mengurus tugas ratu?' hanya itu yang Ciel pikirkan mengenai kakaknya.


Nyatanya, Cayena berada di sebuah tempat dengan anak buahnya yang telah ia siapkan sejak lama. Dengan pengetahuannya dan keahliannya, ia memimpin rencana balas dendamnya dengan melukai dan membunuh ratu. Ia tak pernah berkomunikasi kembali dengan siapapun yang ia kenal, bahkan bisnisnya telah ia berikan pada temannya yang ia percaya untuk dapat memberikannya pada adiknya.

Berbekal informasi yang ia dapat dari pekerjaan di istana, ia dengan mudah mengetahui semua seluk-beluk istana. Mungkin ia bisa dengan sekali percobaan, balas dendamnya akan terselesaikan. Terlebih anak buahnya juga ingin menghancurkan bangsawan yang telah banyak merugikan rakyatnya. Sehingga ia menyusunnya dengan rapi.







Kembali ke Ciel. Sebuah surat dari Ratu dia terima. Jika biasanya ratu menulis kekuatirannya, kali ini surat itu berisikan permintaan untuk menyelidiki hal aneh yang sering terjadi di London. Para polisi yang berpatroli saat malam hari ditemukan tak sadarkan diri di jalanan sepi saat pagi hari dan terdapat beberapa bangsawan yang mengalami pencurian. Segera Ciel ke London dan mulai menyelidikinya.

Sesampainya di rumahnya yang di London, dia langsung menyuruh Sebastian membuat daftar list bangsawan yang telah menjadi korban yang yang belum. Dengan data dasar itu, dia mencari tau apa motif pencuri ini. Kesamaan yang mereka temui adalah pencuri itu hanya mencuri dari bangsawan yang korup. Dan pencuri itu tak mengambil hasil curiannya, malah dibagikan ke rakyat jelata. Dan masyarakat menyebutkan Robin Hood telah kembali.

Dari informasi yang sudah dikumpulkan Sebastian, Sebastian dan Ciel memulai pekerjaan lapangan mereka dengan mengamati kediaman bangsawan yang mereka duga menjadi sasaran berikutnya.
Namun, malam itu tak menghasilkan apapun.

Keesokan malamnya, Sebastian dan Ciel mencoba cara lain untuk mengamatinya. Caranya, Ciel digendong oleh Sebastian dan mengamati dari dahan pohon sekitar kediaman bangsawan. Dan ternyata berhasil. Segera Ciel dan Sebastian mengejar pencuri itu saat mereka melihatnya keluar dari rumah itu dan berlarian membawa kantong.

Para pencuri itu terkejut mengetahui mereka diikuti Sebastian dan Ciel. Segera mereka menaiki dan memacu kuda yang mereka taruh di gang kecil setelah berlari melewati kediaman bangsawan. Namun apa daya mereka yang sedang dikejar iblis langsung terjatuh setelah kuda mereka dicegat oleh aura yang dikeluarkan Sebastian. Dengan keadaan panik yang muncul, Ciel mulai mengorek informasi mereka ditemani Sebastian yang siap menyiksa mereka.

Belum sampai melakukan penyiksaan, mereka sudah memberikan semua informasi yang mereka ketahui.

"Kenapa langsung memberitahukannya langsung?” tanya Ciel pada pencuri itu.

" Ka-kami melakukannya se-se-seperti yang diperintahkan pe-pemimpin kami."

"Ka-kami boleh membocorkannya saat keadaan gen-genting yang dapat membuat nya-nyawa kami melayang. De-dengan janji kami harus kembali hidup-hidup"

"Bawa kami ke pemimpinmu dan aku pastikan nyawamu pergi untuk kedua kalinya."

Segera mereka berdiri dengan tangan yang sudah diikat oleh Sebastian dan berjalan menyusuri jalanan malam. Tak ingin ambil pusing, Ciel mengikuti mereka sambil menodongkan pistolnya.

Sesampainya di sebuah ruang bawah tanah dari bar yang ada di pemukim warga, dari tangga ruang bawah tanah, Ciel mendengar suara tidak asing. Namun suara itu langsung hilang bersama dengan suara ramai ruangan itu saat dia menapakkan kakinya.

"Ada urusan apa bangsawan ke sini?” kata pria dengan otot besarnya yang mulai merenganggkan otot-ototnya untuk siap menghajar siapapun.

Sebastian dengan cepat berdiri di depan Ciel dengan tenang. Saat pukulan pria berotot itu hampir melayang, sebuah suara dari orang berjubah menghentikannya dan berjalan ke depannya menatap bocah bangsawan dan pelayannya.

"Ciel?”


TBC

never let you go againTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang