bercerita kakak angkat dari Ciel Phantomhive yang ikut serta dalam mencari orang yang membunuh keluarganya dan membalaskan dendam keluarganya
Just fans fiction
Karakter : Black Butler
Di taman rumah kaca mansion Phantomhive, kakak beradik dengan ditemani seorang pelayan menghabiskan waktu tea time. Adiknya yang hilang telah datang kembali dengan membawa seseorang. Kedatangannya pun tidak diketahui siapapun.
~transback~
Setelah Cayena menyelesaikan urusannya dengan Count Bavel, tiba-tiba terdengar suara pistol memuntahkan peluru di dalam mansion. Cayena tidak percaya bahwa didepannya terdapat peluru menancap di retakan dinding. Dengan cepat ia segera membalikkan badannya, namun ia telah di todong senjata itu.
"Pablo.... "
"Cayena Phantomhive"
Pablo melihat calon korbannya terlihat tak percaya dan meringkuk ketakutan membuatnya lebih berani dalam bertindak lebih kasar. Namun keberaniannya tergantikan dengan amarah setelah mendengar kekehan Cayena. Segera ia menodongkan pistolnya dengan mantap dan bersiap menekan pelatuknya.
"Dasar wanita iblis. MATILAHHH"
Suara beberapa tembakan terdengar dari luar hingga membuat hewan hewan disekitar mansion pergi menjauh. Tak hanya itu, semburan berwarna merah di kaca jendela terlihat jelas juga. Cayena dengan perlahan berdiri dari posisinya dan memandang dingin pelayannya yang bersandar di dinding sebelah kusen jendela.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Apa ada kata kata terakhir, Pablo?"
"Cuhh... Sampai jumpa di neraka." Sambil memegang perutnya yang mengeluarkan darah, dia meludahi Cayena kembali.
"Heee~ padahal aku sudah berbaik hati padamu. Tapi memang jika anjing peliharaan itu setia pada tuannya ya, meski ia telah membunuh tuannya sendiri."
"Aku anggap itu sebagai pujian"
"Hmmm.... Baiklah, sampai jumpa. "
Suara memekakkan telinga itu pun kembali mengudara dan meninggalkan tubuh tak bernyawa. Cayena melihat mantan pelayannya dengan tatapan tidak puas. Mengingat ia harus membesarkannya sendiri karena pelayan di mansion masih dalam proses mencari/seleksi.
Setelah membereskan kekacauan yang ia perbuat, Cayena memandang langit yang menggelap disusul dengan angin kencang. Entah mengapa ia merasakan kerinduan dengan keluarganya. Segera ia pergi ke makam keluarganya dengan beberapa bunga yang telah ia petik dari rumah kaca.
Saat sampai gerbang, bunga-bunga itu terjatuh dan Cayena membeku tak percaya.
"Tuan Ciel, ada wanita di gerbang."
Anak laki-laki dengan pakaian lusuh itu pun berbalik memandang wanita yang disebutkan pelayannya. 1 detik kemudian, anak kecil itu sudah berada di dalam rengkuhan Cayena.
" Syukurlah kau kembali."
Sudah lama ia tak merasakan pelukan hangat sang kakak, anak itu membalas pelukannya dengan sedikit kaku. Sesekali ia menepuk pelan punggung sang kakak yang terisak.
"Aku pulang kakak."
Setelah merasa puas melepas rindunya, Cayena merenggangkan pelukannya dan melihat wajah adiknya yang sedikit berubah.
"Apakah kamu........"
"Kakak?"
"....(menggelengkan kepalanya) Kamu pasti lelah. Ayo masuk."
Dengan saling bergandengan tangan kakak adik itu berjalan menuju rumah tempat mereka, tak lupa bersama laki-laki berpakaian pelayan mengikuti mereka dari belakang. Cayena baru menyadari kehadiran laki-laki yang mengikutinya saat akan membuka pintu masuk utama dan bertanya pada adiknya itu.
"Kakak tidak berubah ya" Kekehan kecil sang adik membuat Cayena merasakan kembali kehangatan di dalam hatinya.
"Dia Sebastian"
"Sebuah kehormatan dapat melayani lady."
"Sebastian, mohon bantuannya menjaga anak ini ya."
"Kakak, jangan memperlakukanku seperti anak kecil."
"Memangnya kamu sudah dewasa dengan badan sekecil ini? Hahahaa"
"Tuan muda memang masih termasuk anak kecil sehingga diperlukan perlakuan khusus."
"Diamlah Sebastian" Muka bak tomat tak bisa disembunyikan sang adik. Sang kakak hanya tertawa melihat reaksinya, sedangkan Sebastian hanya tersenyum menahan tawanya.
Sesampainya di depan kamar, Cayena berhenti dan berbalik menatap sang adik. Tanpa ia sadari, tangannya mengacak-acak rambut abu-abu biru kehitaman adiknya.
"Ciel, mandilah dulu. Kakak akan membuat makan malam. Sebastian tolong bantu dia ya"
"Yes my lady."
Sesampainya di dapur saat mempersiapkan bahan yang akan dipakai, sebuah teriakan terdengar disusul dengan suara pertengkaran. Tangannya terus bekerja meski dikepalanya mengkuawatirkan sang adik yang sering melakukan hal ceroboh.
"Lady, apakah ada yang bisa saya bantu?"
Lemparan pisau hampir saja melukai Sebastian. Secara reflek Cayena melempar pisau ditangannya karena kehadiran Sebastian yang mendadak dan sadar akan akan kelakuannya ia meminta maaf pada Sebastian, jika tidak mungkin sang adik akan merajuk padanya.
Tapi dalam sekejap ia telah berada diruang makan bersama Ciel dan makanan yang telah jadi. Dengan otak yang sedang memproses kejadian aneh ini, ia pun bertanya sebelum menyentuh makanannya.
"Ciel, Sebastian sebenarnya apa?"
Sedikit tercekat dengan pertanyaan mendadak membuat Ciel menghentikan memotong makanannya. Melihat lawan bicara dalam mode serius, membuatnya sedikit ragu. "..... Hanya butler"
"Lalu, bagaimana bisa aku berada di sini, padahal makanannya mau selesai?"
"Ara~ ara~ Hojou-sama, anda terlalu banyak pikiran."
"Kakak sepertinya kecapekan."
"Tapi....... bruk (tak sadarkan diri) "
"Sebastian, antar kakak ke kamarnya dan awasi dia."
"Yes my lord"
Sebastian dengan lembut membawa Cayena dalam gendongannya dan membawanya keluar dari ruang makan dan menyisakan Ciel dan beberapa makanan. Suara keroncongan menggema dan dengan terpaksa dia memakan makanan yang dibuat kakaknya dan Sebastian. dengan lahap dia memakannya hingga saat 1 suapan dari daging panggang dengan rasa yang aneh muncul. Ciel percaya bahwa kebanyakan menu di meja ini dibuat oleh kakaknya dan pasti rasanya dapat dipercaya karena sebelumnya pun ia telah merasakannya. Dalam batin pun ia menduga jika Sebastian hanya bisa membuat makanan terlihat enak namun tidak dengan rasanya.
Dirasa sudah cukup mengisi perutnya, Ciel pun mengelilingi mansion sendirian. Tatanan rumah tidak banyak berubah, mengingatkannya banyak ingatan manis yang terkubur di dalamnya. Ruang bawah tanah pun dia jelajahi, namun ia terkejut saat ia menemukan papan dengan beberapa foto yang saling dihubungkan dengan benang. meski sulit membaca tulisan yang ada di papan itu, Ciel sedikit paham dengan hubungan antar foto-foto itu.
"Krieeet~" Suara pintu tua yang memisahkan ruangan bawah tanah itu berbunyi keras.